Varian HIV Sangat Ganas Ditemukan Beredar di Eropa
Varian HIV yang ganas baru saja ditemukan di Belanda. Selain lebih menular, varian tersebut meningkatkan risiko pasien mengalami AIDS lebih cepat.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Varian HIV yang sangat ganas dan diduga telah beredar dalam beberapa dekade terakhir baru saja diidentifikasi di Belanda. Selain lebih menular, varian yang disebut HIV-1 subtipe-B ini juga menyebabkan pasien berisiko mengalami AIDS lebih cepat.
Varian ini juga mengarah pada penurunan sel kekebalan yang disebut sel T CD4, menempatkan orang pada risiko mengembangkan AIDS jauh lebih cepat daripada mereka yang terinfeksi HIV versi lain. Temuan yang dipublikasikan di jurnal Science pada Kamis (3/2/2022) ini oleh tim peneliti dari sejumlah negara. Penulis pertama kajian adalah Christ Wymant, ahli epidemiologi evolusi di University of Oxford, Inggris.
”Kami menemukan varian HIV-1 subtipe-B yang sangat ganas di Belanda,” sebut Wymant, dalam papernya. ”Analisis genetik menunjukkan bahwa varian ini muncul pada 1990-an dari mutasi de novo, bukan rekombinasi, dengan peningkatan transmisibilitas dan mekanisme molekuler virus yang tidak dikenal. Ini berarti, mutasi tersebut berbeda secara genetik dari varian yang diturunkan.”
Peneliti menekankan bahwa individu yang didiagnosis lebih awal harus memulai pengobatan sesegera mungkin untuk mencegah penurunan sel CD4.
Para peneliti menganalisis 109 pasien dengan varian HIV-1 subtipe-B atau VB dan membandingkannya dengan pasien dari jenis HIV lainnya. Studi ini mencatat usia, jenis kelamin dan cara penularan yang dicurigai untuk 109 orang ini semuanya khas untuk orang yang hidup dengan HIV di Belanda.
Varian VB pertama kali diidentifikasi pada 17 orang HIV-positif, 15 di antaranya berasal dari Belanda, dari proyek BEEHIVE, sebuah penelitian berkelanjutan yang mengumpulkan sampel dari seluruh Eropa dan Uganda. Para peneliti kemudian menganalisis data dari kohort lebih dari 6.700 pasien HIV-positif di negara tersebut dan mengidentifikasi 92 orang tambahan dengan varian tersebut.
Menurut penelitian ini, orang-orang yang terinfeksi VB memiliki viral load antara 3,5 dan 5,5 kali lebih tinggi dari rata-rata. Selain itu, peneliti menemukan tingkat penurunan sel CD4 terjadi dua kali lebih cepat pada individu dengan varian VB, menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan AIDS lebih cepat.
Para peneliti memperkirakan bahwa, tanpa pengobatan, orang yang terinfeksi varian ini akan mengembangkan AIDS dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah diagnosis, dibandingkan dengan 6-7 tahun bagi mereka yang terinfeksi jenis HIV lainnya.
Para peneliti mengatakan individu dengan varian VB juga menunjukkan peningkatan risiko penularan virus ke orang lain. ”Tanpa pengobatan, HIV lanjut—jumlah CD4 di bawah 350 per milimeter kubik, dengan konsekuensi klinis jangka panjang—diperkirakan akan tercapai, rata-rata, sembilan bulan setelah diagnosis untuk individu berusia tiga puluhan dengan varian ini,” tulis para peneliti.
Namun, setelah memulai pengobatan, para peneliti mencatat bahwa individu dengan varian VB memiliki pemulihan sistem kekebalan dan kelangsungan hidup yang serupa dengan mereka yang memiliki varian HIV lain jika dimulai lebih awal.
Dengan menganalisis pola penyebaran variasi genetik, penelitian menunjukkan varian VB menyebar lebih cepat daripada varian HIV lainnya selama tahun 2000-an, tetapi telah menurun sejak sekitar tahun 2010.
Studi mencatat bahwa varian VB mungkin tidak terdeteksi begitu lama karena kurangnya data urutan virus untuk orang HIV-positif yang didiagnosis di Belanda pada 1990-an. Para peneliti percaya varian VB muncul meskipun pengobatan luas di Belanda. ”Kesimpulan kami adalah bahwa pengobatan yang meluas sangat membantu untuk mencegah varian baru yang mematikan, bukan berbahaya,” tulis para peneliti.
Mutasi virus
Para peneliti mengingatkan, virus tidak dapat bermutasi jika mereka tidak dapat bereplikasi. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menghentikannya berubah adalah dengan menghentikan penularannya. Namun, karena varian VB menyebabkan penurunan kekuatan sistem kekebalan yang lebih cepat, para peneliti menekankan bahwa individu yang didiagnosis lebih awal harus memulai pengobatan sesegera mungkin untuk mencegah penurunan sel CD4.
Seperti diketahui, HIV adalah salah satu virus yang paling cepat bermutasi yang pernah dipelajari. Mutasi itu, ternyata bisa menciptakan virus yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan perubahan dalam virulensi HIV secara keseluruhan, tetapi perubahan ini biasanya merupakan hasil dari banyak galur yang memperoleh mutasi yang berbeda. Studi di Science ini contoh nyata tentang bagaimana perubahan virulensi dapat didorong oleh beberapa mutasi dalam satu jenis HIV.