Vaksin Penguat Dapat Meningkatkan Antibodi Covid-19
Vaksin penguat homolog dan heterolog dapat meningkatkan kadar antibodi terhadap. Covid-19. Peningkatannya sebesar 7,8 hingga 67 kali.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemberian vaksin penguat atau booster Covid-19 dapat meningkatkan kadar antibodi orang yang telah menerima vaksin dosis pertama dan kedua. Sementara itu, efikasi vaksin terhadap varian Omicron perlu diteliti lebih lanjut.
Peningkatan antibodi diperoleh dari vaksin penguat homolog maupun heterolog. Vaksin homolog ialah jenis vaksin penguat yang sama dengan vaksin primer, sedangkan yang berbeda disebut heterolog. Kementerian Kesehatan meneliti dampak pemberian vaksin penguat CoronaVac (homolog) dan Moderna (heterolog).
“Booster homolog dan heterolog menunjukkan peningkatan titer antibodi. Selain itu, tidak ada reaksi merugikan terhadap vaksin booster homolog maupun heterolog,” kata Senior Manager Strategic Delivery Unit Kementerian Kesehatan Ririn Ramadhany pada simposium daring berjudul “Indonesian Congress Symposium on Combating COVID-19 Pandemic without Boundaries”, di Jakarta, Minggu (16/1/2022).
Vaksin penguat CoronaVac mampu meningkatkan titer antibodi sebesar 7,8 kali sebulan setelah penyuntikan. Tidak ada perbedaan titer antibodi yang signifikan antarkelompok usia penerima vaksin. Ririn menambahkan, titer antibodi pada warga lanjut usia atau lansia cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok usia lain.
Booster homolog dan heterolog menunjukkan peningkatan titer antibodi. Selain itu, tidak ada reaksi merugikan terhadap vaksin booster homolog maupun heterolog.
Sementara itu, titer antibodi setelah pemberian vaksin penguat Moderna naik signifikan hingga 67 kali lipat. Sama seperti CoronaVac, tidak ada perbedaan kadar antibodi yang signifikan antarkelompok usia penerima vaksin produksi Amerika Serikat ini.
“Perlu diingat bahwa titer antibodi tidak menunjukkan tingkat perlindungan (terhadap Covid-19),“ ucap Ririn.
Di sisi lain, menurut penelitian oleh Sinovac Biotech Ltd, CoronaVac sebagai vaksin penguat dapat meningkatkan antibodi secara signifikan. Peningkatan antibodi bagi penerima vaksin berusia 18-59 tahun sebesar 20 kali dan 30 kali bagi lansia berusia 60 tahun ke atas.
Peneliti klinis Sinovac Biotech Ltd Yaping Qiao mengatakan, vaksin penguat mampu mengurangi tingkat keparahan Covid-19 dari 56 persen menjadi 80 persen. Ini berdasarkan penelitian di Chile pada Oktober 2021. “Selain itu, pemberian booster meningkatkan efektivitas CoronaVac untuk mencegah perawatan di rumah sakit dari 84 persen menjadi 88 persen,” ucap Qiao.
Urgensi vaksin penguat
Ilmuwan klinis senior di Eijkman-Oxford Clinical Research Unit Raph Hamers mengatakan, pemberian vaksin penguat penting. Sebab, antibodi pada tubuh penerima vaksin primer akan menurun seiring berjalannya waktu. Adapun tingkat efektivitas vaksin tertinggi terjadi saat 1-2 bulan setelah vaksinasi. Vaksin penguat dibutuhkan untuk mengantisipasi mutasi virus SARS-CoV-2.
Riset untuk menentukan vaksin penguat yang tepat terus dilakukan. Namun, untuk saat ini, publik dianjurkan untuk memilih vaksin penguat yang mudah diakses.
“Bukti menunjukkan bahwa pencampuran jenis vaksin (heterolog) bisa meningkatkan perlindungan terhadap Covid-19. Tapi, penelitian soal efektivitas dan capaian klinisnya masih dilakukan. Dengan adanya Covid-19 varian Omicron, urgensi vaksin booster meningkat,” tutur Hamers.
Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Ceva Wicaksono Pitoyo, Omicron berpotensi resisten terhadap antibodi yang dibentuk dari vaksin. Kendati demikian, titer antibodi dari vaksin penguat homolog diperkirakan memproduksi jumlah antibodi cukup untuk melawan beragam varian Covid-19, termasuk Omicron.
Adapun Vice President Sinovac Biotech Ltd Weining Meng mengatakan, mereka sedang mengembangkan vaksin Covid-19 yang mampu melawan Omicron. Mereka masih menanti hasil uji klinis vaksin tersebut. Vaksin itu ditargetkan bisa didistribusi pada Februari 2022.
“Saya yakin vaksin booster untuk Omicron akan baik untuk mengentaskan Covid-19. Kami bersedia bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan untuk memasok vaksin itu,” ucap Meng.
Pencegahan
Menurut data per 15 Januari 2022, ada 748 kasus Omicron di Indonesia. Sebanyak 569 kasus di antaranya berasal dari pelaku perjalanan luar negeri dan 155 kasus merupakan transmisi lokal. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mereka masih melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap 24 kasus Omicron lainnya.
“Kebanyakan kasus Omicron dari pelaku perjalanan luar negeri. Terbanyak dari Arab Saudi, Turki, Amerika Serikat, Malaysia, dan Uni Emirat Arab,” ucapnya.
Untuk mencegah lonjakan kasus Omicron, pemerintah memperkuat pintu-pintu masuk negara dan memberlakukan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri. Untuk saat ini, pasien Omicron diisolasi secara terpusat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet maupun di rumah sakit rujukan.
Pemerintah menyiapkan skenario isolasi mandiri jika kasus Omicron melonjak. Skenario itu bakal disertai pengawasan kuat dari puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat. Layanan telemedik juga akan digunakan.