Pertahanan alami tubuh terhadap flu biasa ternyata menawarkan perlindungan terhadap Covid-19. Namun, kita jangan menganggap siapa pun yang baru-baru ini menderita flu otomatis akan terlindungi dari Covid-19.
Oleh
EVY RACHMAWATI
·5 menit baca
Sel kekebalan tubuh yang dikenal sebagai sel-T level tinggi dari virus korona penyebab flu biasa ternyata dapat memberikan perlindungan terhadap Covid-19. Peran penting sel-T ini memberikan wawasan tentang pendekatan baru untuk menghasilkan vaksin generasi kedua.
Studi baru menunjukkan, pertahanan alami tubuh terhadap flu biasa ternyata juga dapat menawarkan perlindungan terhadap Covid-19. Studi skala kecil, yang diterbitkan di Nature Communications, ini melibatkan 52 orang yang tinggal dengan seseorang yang baru tertular Covid-19.
Influenza atau flu dan Covid-19 sama-sama merupakan penyakit pernapasan menular. Covid-19 disebabkan infeksi virus korona SARS-CoV-2 yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2019. Sementara flu terutama terutama disebabkan infeksi virus influenza.
Virus korona mempunyai sejarah panjang. Semula, virus ini teridentifikasi dari penderita flu biasa. Belakangan, virus makin ganas, menimbulkan penyakit parah, karena lompatan virus korona hewan ke manusia.
Sejarah virus korona pada manusia dimulai tahun 1965, saat DA Tyrrell dan ML Bynoe dari Rumah Sakit Harvard, Inggris, mengisolasi virus dari saluran pernapasan orang dewasa dengan flu biasa. Pada waktu bersamaan dan setelah itu, para peneliti lain mendapatkan virus-virus dengan karakteristik mirip dari orang-orang yang kena flu. (Kompas.id, 8 April 2020)
Dibandingkan dengan flu biasa, menurut Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), dalam laman resminya, Covid-19 yang kini mewabah secara global dapat menyebabkan kondisi yang parah pada beberapa orang serta memakan waktu lebih lama sebelum orang menunjukkan gejala dan menular lebih lama.
Karena beberapa gejala flu, Covid-19 dan penyakit pernapasan lainnya serupa, perbedaan antara keduanya tidak dapat dibuat berdasarkan gejala saja. Pengujian diperlukan untuk mengetahui apa penyakitnya dan untuk memastikan diagnosis. Orang dapat terinfeksi flu dan virus penyebab Covid-19 secara bersamaan serta mengalami gejala influenza dan Covid-19.
Sel kekebalan
Berdasarkan studi Imperial College London yang diterbitkan pada Senin (10/1/2022), mereka yang telah mengembangkan ”bank memori” sel kekebalan spesifik setelah terserang flu cenderung lebih kecil kemungkinannya terkena Covid-19. Meski demikian, para ahli mengatakan vaksin tetap jadi kunci untuk membentuk antibodi melawan Covid-19.
Meskipun vaksinasi Covid-19 secara massal efektif melawan SARS-CoV-2, korelasi perlindungan terhadap infeksi tetap tidak diketahui. Paparan terhadap SARS-CoV-2 tidak secara universal mengakibatkan infeksi dan sel-T yang didahului virus korona pada manusia dapat memediasi perlindungan dari virus penyebab Covid-19 tersebut.
Tim peneliti memfokuskan studi pada bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yakni sel T. Beberapa sel T ini membunuh sel yang terinfeksi virus tertentu misalnya, virus flu. Begitu flu hilang, beberapa sel T tetap berada dalam tubuh sebagai bank memori, siap memasang pertahanan menghadapi virus berikutnya.
Kekebalan terhadap Covid-19 tergolong kompleks. Sementara sejumlah studi membuktikan bahwa telah terjadi penurunan tingkat antibodi enam bulan setelah vaksinasi Covid-19. Sel-T diyakini memainkan peran penting dalam memberikan perlindungan dari penularan penyakit infeksi.
Penelitian yang dimulai pada September 2020 mengamati 52 orang yang belum divaksin tetapi tinggal bersama orang-orang yang baru dinyatakan positif Covid-19 untuk melihat apakah mereka kemudian tertular. Separuh dari kelompok tersebut kemudian terpapar Covid-19 selama masa studi 28 hari dan separuhnya tidak.
Hasilnya, 26 orang yang tidak tertular Covid-19 memiliki tingkat sel T dalam darah jauh lebih tinggi daripada orang yang terinfeksi. Itu kemungkinan terbentuk saat tubuh telah terinfeksi virus korona lain yang terkait dan paling sering yakni flu biasa. Variabel lain seperti ventilasi dan kontak dalam rumah juga berdampak pada apakah orang tertular virus.
Imperial tidak mengatakan berapa lama perlindungan dari sel-T akan bertahan. ”Kami menemukan sel T tingkat tinggi yang ada sebelumnya, dan dibuat tubuh saat terinfeksi virus korona lain seperti flu biasa, dapat melindungi dari Covid-19," kata penulis studi Dr Rhia Kundu, sebagaimana dikutip Reuters.
Kami menemukan sel T tingkat tinggi yang ada sebelumnya, dan dibuat tubuh saat terinfeksi virus korona lain seperti flu biasa, dapat melindungi dari Covid-19.
Profesor Ajit Lalvani, penulis senior studi tersebut, setuju bahwa vaksin merupakan kunci untuk perlindungan dari penularan penyakit infeksi. ”Belajar dari apa yang dilakukan tubuh dengan benar dapat membantu menginformasikan desain vaksin baru,” katanya.
Vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini menargetkan protein paku yang ada di luar virus dan terus bermutasi menciptakan varian seperti Omicron yang mengurangi kemanjuran vaksin. Sementara Sel-T tubuh menargetkan protein internal SARS-CoV-2 yang tak banyak bermutasi, sehingga vaksin yang memanfaatkan kerja sel-T bisa memberi perlindungan lebih luas dan tahan lama terhadap Covid-19.
Dr Simon Clarke dari University of Reading memaparkan, meski berskala kecil, studi tersebut menambah pemahaman bagaimana sistem kekebalan tubuh kita melawan virus dan dapat membantu vaksin di masa depan. ”Data ini tidak boleh diinterpretasikan berlebihan,” tuturnya, kepada BBC, Selasa (11/1).
”Tidak mungkin tiap orang yang meninggal atau memiliki infeksi lebih serius, tidak pernah mengalami pilek yang disebabkan virus korona. Bisa jadi kesalahan besar untuk berpikir siapa pun yang baru-baru ini menderita pilek terlindungi dari Covid-19, karena virus korona hanya menyumbang 10-15 persen dari pilek,” ujarnya.
Tim peneliti meyakini bahwa temuan mereka memberi wawasan bagaimana sistem pertahanan tubuh melawan virus. Covid-19 disebabkan sejenis virus korona, dan beberapa pilek disebabkan virus korona lain sehingga para ilmuwan bertanya-tanya apakah kekebalan terhadap satu penyakit itu dapat membantu dengan yang lain.
Namun, para ahli memperingatkan agar tidak menganggap siapa pun yang baru-baru ini menderita flu otomatis terlindungi dari Covid-19. Setidaknya, hasil studi ini bisa membantu memahami peran sel-T dalam membentuk pertahanan sebagai pendekatan baru untuk mengembangkan vaksin generasi baru.