Sebanyak 14 warga Indonesia diduga terpapar Covid-19 varian Omicron. Untuk mencegah meluasnya penyebaran varian itu, pemerintah melacak kontak erat dengan kasus pertama varian Omicron di Indonesia yang teridentifikasi.
Oleh
EVY RACHMAWATI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sumber penularan ataupun kontak erat kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia terus ditelusuri. Sejauh ini 14 orang diduga terinfeksi varian tersebut. Sebagian besar kasus tersebut merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri yang menjalani karantina di Wisma Atlet, Jakarta.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, Minggu (19/12/2021), di Jakarta mengatakan, pemerintah terus menelusuri sumber penularan kasus N, petugas kebersihan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, yang terinfeksi varian Omicron. Pemerintah juga melacak mereka yang kontak erat dengan N.
Menurut Siti Nadia, pemerintah belum mengidentifikasi terjadinya penularan varian Omicron di level komunitas. ”Belum dideteksi adanya penularan varian Omicron di komunitas. Kasus N tinggal dan bertugas di Wisma Atlet, sedangkan dua kasus positif lainnya baru pulang dari luar negeri dan dikarantina di Wisma Atlet,” ujarnya.
Belum dideteksi adanya penularan varian Omicron di komunitas. Kasus N tinggal dan bertugas di Wisma Atlet, sedangkan dua kasus positif lainnya pulang dari luar negeri dan dikarantina di Wisma Atlet.
Dari data Kementerian Kesehatan, ada tiga kasus terkonfirmasi positif Covid-19 varian Omicron. Mereka adalah N, pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet, dan dua pelaku perjalanan yang baru pulang dari luar negeri dan tengah menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet. Informasi itu diketahui dari hasil pengurutan genom menyeluruh (whole genome sequencing).
Sementara jumlah kasus probable Omicron sebanyak 14 orang. Tiga kasus probable Omicron di antaranya baru datang dari China dan kini menjalani karantina di Manado. Selain itu, ada tujuh kasus probable Omicron yang melintasi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kalimantan Barat, dan kini dikarantina di Entikong. Sebagian besar kasus tersebut merupakan pekerja migran Indonesia.
Pulang dari Nigeria
Dari pelacakan sumber penularan kasus N, ada satu kasus probable Omicron, yakni pekerja migran Indonesia yang baru pulang dari Nigeria. Ia dirujuk dari Wisma Pademangan dan dirawat di RSDC pada 27 November sampai 8 Desember 2021. Sampel kasus diperiksa dengan WGS, tetapi gagal karena CT 38. Dari pemeriksaan dengan S-gene target failure (SGTF), dinyatakan probable Omiron.
Berdasarkan hasil pelacakan pasien yang masuk RSDC pada 24 November-3 Desember 2021, ada 169 orang dan seluruhnya warga negara Indonesia, 129 orang di antaranya merupakan pelaku perjalanan internasional. Adapun 136 orang telah divaksin. Dari jumlah total pasien itu, 40 orang masih dirawat.
Dari hasil pengurutan genom menyeluruh (WGS), 5 orang dinyatakan negatif, 88 orang non-Omicron, dan 51 orang belum ada spesimennya, serta 24 orang gagal diperiksa karena CT tinggi. Sementara 1 sampel sedang dikerjakan. ”Pemeriksaan spesimen dengan WGS membutuhkan waktu 3-4 hari,” kata Siti Nadia.
Untuk pasien yang positif Covid-19, maka harus kembali menjalani isolasi. Kemudian pihaknya menelusuri pelaku perjalanan yang paling mungkin membawa varian Omicron, terutama dari 11 negara terjangkit wabah Omicron. Pelacakan awal menggunakan mesin dengan spesifikasi khusus. Jika protein S gagal dibaca, kemungkinan besar itu merupakan varian Omicron.
Sementara itu, 70 orang diidentifikasi kontak erat dengan N, sebagian besar merupakan petugas dan mereka yang dikarantina di Wisma Atlet. Dari hasil pelacakan itu, 10 orang positif Covid-19, lalu spesimen mereka dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan untuk mendeteksi varian Omicron. ”Pelacakan ini untuk memastikan apakah mereka tertular Omicron dari N atau tidak,” katanya.
Perkuat pelacakan
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama, dengan sudah lebih dari 85 negara di dunia ditemukan kasus Omicron, penyebaran di dunia tidak terbendung lagi. Pada 17 Desember lalu, para menteri kesehatan negara-negara G-7 sudah menyebut Omicron sebagai ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia sekarang ini.
Untuk itu, Indonesia perlu segera mengidentifikasi sudah seberapa besar penularan di masyarakat, yang bisa dimulai dengan dilaporkan ke publik tentang hasil telusur dari N. Pelacakan meliputi dari mana dia tertular, siapa saja anggota masyarakat lain yang sudah tertular, apakah semua sudah dikarantina, dan ke tempat mana saja mereka berkunjung. Dengan demikian, warga lain yang juga berkunjung ke tempat yang sama bisa waspada.
Selain itu, pengawasan di pintu masuk wilayah Indonesia mesti diperketat untuk mengantisipasi kemungkinan tambahan kasus lagi dari luar negeri. Itu bisa dilakukan dengan membatasi pelaku perjalanan yang masuk, melakukan karantina yang ketat dan jangan sampai ada yang lolos, dengan berbagai alasan.
”Dari kacamata kesehatan, sudah harus disiagakan fasilitas layanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan primer. Tentu perlu disiapkan daftar tenaga kesehatan kalau nanti diperlukan serta ketersediaan obat dan alat kesehatan. Masyarakat juga harus disiapkan kalau ada peningkatan kasus dan identifikasi kluster,” tuturnya.