Tindak tanduk nyamuk penting dipahami agar gigitannya bisa dihindari. Ini karena nyamuk merupakan vektor penyakit, seperti demam berdarah dengue, malaria, chikungunya, dan zika.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Manusia kerap tidak sadar tubuhnya dihinggapi nyamuk. Mereka baru sadar ketika gigitan nyamuk terasa sakit atau saat kulit tubuhnya terasa gatal. Jika beruntung, manusia hanya akan merasa gatal dan kulitnya bentol-bentol. Jika keberuntungan sedang tipis, manusia bisa terjangkit demam berdarah dengue atau DBD, malaria, chikungunya, dan zika.
Sebisa mungkin manusia perlu menghindari gigitan nyamuk. Lebih baik lagi jika perkembangbiakan nyamuk dicegah. Untuk itu, manusia perlu memahami perilaku vektor penyakit menular ini.
Siklus hidup nyamuk rata-rata 8-12 hari. Telur nyamuk menetas menjadi jentik dalam 1-2 hari. Jentik butuh waktu 6-8 hari untuk menjadi pupa, kemudian 1-2 hari lagi untuk berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk betina akan kawin dengan nyamuk jantan. Setelahnya, nyamuk betina mencari darah manusia karena darah mengandung protein yang dapat mematangkan telurnya. Sementara itu, nyamuk jantan makan dari sari bunga.
Semakin panas udaranya, semakin cepat pula perubahan nyamuk menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk betina yang sudah kenyang akan bertelur. Nyamuk Aedes dapat menghasilkan hingga 100 butir telur berukuran sekitar 1 milimeter dalam sekali bertelur. Lokasi bertelurnya di tempat penampungan air. Telur-telur biasanya ditemukan menempel di dinding penampungan.
Telur tersebut yang mesti dibasmi agar perkembangbiakan nyamuk terkendali. Itu sebabnya, menguras bak mandi, membuang sampah yang berpotensi menampung air, hingga mengganti wadah minum hewan peliharaan rutin dilakukan. Penampungan air juga mesti ditutup agar nyamuk tidak bisa masuk. Selain itu, wadah penampungan air mesti rutin disikat dan disiram. Air panas dapat merusak telur hingga gagal menetas.
Membuang air di penampungan juga dapat mengurangi risiko telur menetas sebab telur baru dapat menetas jika terkena air. Adapun telur dapat bertahan di tempat kering selama tiga bulan.
Habitat nyamuk
Musim hujan, seperti saat ini, perlu diwaspadai karena menimbulkan genangan air, terlebih di kawasan luar rumah. Genangan air bisa ditemukan di lubang pohon, ceruk batu, hingga ketiak daun. Benda-benda buatan manusia juga berpotensi jadi habitat nyamuk, seperti ember, bak mandi, kaleng, dan ban karet.
Pemerintah pun mengampanyekan gerakan 3M untuk memberantas sarang nyamuk, yaitu menguras dan menyikat penampungan air, menutupnya, serta mengubur atau mendaur ulang sampah. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat dilakukan seminggu sekali.
Adapun pada hari ketujuh nyamuk masih berwujud jentik atau pupa di air. Memberantas keduanya dinilai lebih mudah dibandingkan dengan membunuh nyamuk dewasa. Kalaupun nyamuk telanjur tumbuh dewasa, manusia mesti melakukan pengasapan atau fogging sekitar dua pekan sekali.
Teknisi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Mujiyono, Sabtu (11/12/2021), mengatakan, membunuh nyamuk dewasa mesti memperhatikan spesiesnya. Nyamuk Aedesaegypti penyebab DBD dapat diberantas dengan pengasapan, tetapi upaya itu belum optimal untuk memberantas nyamuk Anopheles penyebab malaria.
”Nyamuk penyebab malaria beristirahat di luar rumah, tetapi mencari darah di dalam rumah. Setelah menghisap darah, nyamuk biasanya akan hinggap sebentar di dinding rumah. Itu sebabnya, menangani malaria bisa dengan menyemprot indoor residual spraying,” kata Mujiyono di Salatiga, Jawa Tengah.
Indoor residual spraying berisi insektisida untuk membunuh nyamuk. Semprotan itu bisa bertahan di dinding rumah selama sekitar enam bulan.
Selain itu, masyarakat bisa memelihara hewan pemakan jentik nyamuk. Beberapa di antaranya ikan guppy dan ikan cupang. Ikan cupang dapat memakan hingga 89 jentik nyamuk sehari, sedangkan kemampuan ikan guppy memakan jentik tergantung dari ukuran tubuhnya. Semakin panjang tubuhnya, semakin tinggi kemampuannya melahap jentik nyamuk.
Peneliti B2P2VRP Salatiga, Aryani Pujiyanti, menambahkan, siklus hidup nyamuk pun ditentukan oleh suhu udara. Semakin panas udaranya, semakin cepat pula perubahan nyamuk menjadi nyamuk dewasa.
Adapun nyamuk suka hidup di wilayah yang hangat. Adanya perubahan iklim dinilai memicu aktivitas nyamuk yang meningkat. Selain itu, perubahan iklim membuat sejumlah wilayah menjadi hangat. Wilayah yang sebelumnya tidak kondusif sebagai habitat nyamuk pun bakal jadi tempat nyamuk berkembang biak.
”Saya pernah membawa pupa nyamuk (dari Salatiga) ke Semarang saat pagi. Siangnya, mereka sudah berkembang menjadi nyamuk dewasa. Memang, Semarang cenderung lebih panas dari Salatiga,” kata Aryani. Padahal, pupa butuh waktu 1-2 hari untuk berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Peneliti B2P2VRP Salatiga, Sri Wahyuni Handayani, pun mendorong publik untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk sejak dini. Masyarakat bisa membuat alat perangkap telur nyamuk (lethal ovitrap) dengan alat-alat sederhana, seperti wadah berisi air yang dicampur larvasida. Bagian dalam dinding wadah diberi kain putih, misalnya kain mori, untuk menangkap telur-telur nyamuk yang menempel.
Alat ini dapat menurunkan populasi nyamuk secara bertahap. Kuncinya ada di pelaksanaan PSN yang konsisten dan dilakukan secara kolektif bersama masyarakat sekitar.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala B2P2VRP Salatiga Bagus Ferianto, perilaku nyamuk perlu dipahami agar penanggulangan penyakit yang disebabkan nyamuk efektif. Di sisi lain, riset dan inovasi pun penting agar penanggulangan optimal.
Hingga kini, B2P2VRP Salatiga sudah membuat sejumlah inovasi untuk menekan perkembangbiakan nyamuk, misalnya larvasida hayati, insektisida dari ekstrak tembakau, hingga larvasida berbahan dasar bakteri. Pihaknya juga sedang mengembangkan stiker antinyamuk.