Cakupan Vaksinasi Lengkap Capai 40 Persen, Tantangan Perluasan Kian Besar
Cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia meningkat. Meski begitu, vaksinasi perlu diperluas untuk menjangkau kian banyak warga disertai protokol kesehatan, pelacakan, dan pemeriksaan masif untuk mencegah lonjakan kasus,
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Warga menjalani vaksinasi Covid-19 di Jalan Tuparev, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (8/11/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Cakupan vaksinasi lengkap pada penduduk Indonesia telah mencakup 40 persen dari target yang harus disasar. Meski begitu, tantangan perluasan vaksinasi kian berat karena akses yang makin sulit.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 16 November 2021, jumlah penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap mencapai 85,3 juta orang atau 40,9 persen dari sasaran vaksinasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan setiap negara setidaknya bisa memvaksinasi 40 persen populasi penduduk pada akhir 2021.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Senin (16/11/2021), menuturkan, tantangan untuk mencapai 60 persen penduduk yang belum mendapatkan vaksin makin besar. Sebagian besar sasaran yang belum divaksin berada di daerah terpencil. Selain itu, masih ada penolakan dari masyarakat perlu segera diatasi.
”Tantangan saat ini berbeda dengan awal vaksinasi dilakukan yang lebih banyak menyasar daerah urban dan perkotaan. Sasaran kali ini banyak yang berada di daerah rural di perdesaan yang aksesnya lebih sulit, bahkan ada yang harus ditempuh dengan perahu,” katanya.
Karena itu, Nadia mengungkapkan, kesiapan sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung lainnya perlu diperkuat. Setiap daerah pun diharapkan bisa mengejar capaian vaksinasi Covid-19.
Tantangan saat ini berbeda dengan awal vaksinasi dilakukan yang lebih banyak menyasar daerah urban dan perkotaan. Sasaran kali ini banyak yang berada di daerah rural di perdesaan yang aksesnya lebih sulit, bahkan ada yang harus ditempuh dengan perahu.
Pemerintah juga terus berupaya memastikan stok vaksin tetap tersedia sesuai dengan kebutuhan. Stok vaksin Covid-19 di Indonesia per 13 November 2021 sebanyak 342,5 juta dosis, baik dalam bentuk jadi maupun bahan baku (bulk).
KEMENTERIAN KESEHATAN
cakupan vaksin dosis kedua
”Masyarakat diimbau agar tidak ragu dengan vaksin yang ada. Tidak perlu memilih merek vaksin sehingga gunakan vaksin yang tersedia terlebih dulu saat ini. Pemerintah menjamin vaksin yang diberikan kepada masyarakat aman, bermutu, dan berkhasiat,” kata Nadia.
Meskipun vaksinasi harus terus diperluas, pemberian vaksin tetap perlu memperhatikan kelompok prioritas, yakni warga lanjut usia (lansia). Kelompok lansia dinilai butuh perlindungan lebih karena kerentanan pada penularan Covid-19. Selain dapat mengalami perburukan, risiko kematian lebih besar.
Cakupan vaksinasi pada lansia sampai dosis lengkap baru mencapai 27,8 persen dari target yang ditetapkan atau sebanyak 5,9 juta orang. Sementara target sasaran vaksinasi lansia sebesar 21,5 juta orang.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama menuturkan, kewaspadaan akan penularan Covid-19 harus tetap ditingkatkan meski cakupan vaksinasi sudah tinggi. Vaksinasi bukanlah satu-satunya cara untuk mencegah penularan Covid-19.
Berbagai negara dengan cakupan vaksinasi lebih dari 70 persen, sekalipun tetap mengalami lonjakan kasus ketika varian Delta meluas. Kedisiplinan pada protokol kesehatan serta pelaksanaan upaya pengetesan dan pelacakan yang optimal juga menentukan keberhasilan penanganan Covid-19.
Kompas/Wawan H Prabowo
Sehari menjelang berakhirnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1, kawasan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, ramai dikunjungi warga yang berolahraga, Minggu (14/11/2021). Sebelumnya, pemerintah resmi menetapkan PPKM level 1 di DKI Jakarta terhitung mulai 2-15 November 2021.
”Kita harus tetap waspada, terutama dengan kemungkinan lonjakan saat libur Natal dan Tahun Baru nanti. Kebijakan pengetatan mobilitas masyarakat perlu kembali diperkuat,” kata Tjandra yang juga anggota Independent Allocation Vaccine Group (IAVG) yang dibentuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Lonjakan kasus
Secara terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate dalam siaran pers mengatakan, kebijakan pembatasan mobilitas menjelang Natal dan Tahun Baru telah ditetapkan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan.
Pada periode libur panjang sebelumnya telah memicu lonjakan kasus baru. Periode libur Idul Fitri pada 2020 memicu penambahan 68-93 persen kasus harian baru dan penambahan kasus mingguan sampai 3.917 orang. Sementara itu, secara kolektif, libur Maulid Nabi dan Natal tahun 2020 memicu penambahan 37-95 persen kasus harian baru dan penambahan kasus mingguan hingga 38.340 orang.
”Kita tidak ingin kenaikan kasus Covid-19 seperti yang terjadi di masa lalu, terulang kembali. Kepedulian dan kedisiplinan kita amat dibutuhkan dalam menghadapi pandemi. Ingatkan juga kepada orang lain agar mematuhi protokol kesehatan dan segera ikut vaksinasi,” kata Johnny.