Kanker prostat merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak ditemukan. Pada stadium awal sering tidak menimbulkan gejala. Pemeriksaan di usia 50 tahun menjadi kunci.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Kanker prostat menjadi bahan pembicaraan setelah tersiar kabar bahwa Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono didiagnosis menderita kanker prostat stadium awal.
Prostat adalah kelenjar yang hanya ada pada pria. Fungsinya terkait pembuatan cairan yang merupakan bagian dari air mani (semen). Kanker prostat terjadi ketika sel-sel di kelenjar prostat tumbuh di luar kendali.
Menurut laman American Cancer Society (ACS), prostat terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum (dubur). Tepat di belakang prostat ada kelenjar yang disebut vesikula seminalis yang membuat sebagian besar cairan untuk air mani. Saluran kemih (uretra) yang membawa urin dan air mani keluar dari tubuh melalui penis melewati prostat.
Ukuran prostat berubah seiring bertambahnya usia. Pada pria lebih muda, kira-kira sebesar kenari dan bisa lebih besar pada pria lebih tua.
Hampir semua kanker prostat adalah adenokarsinoma. Jenis kanker lain pada prostat meliputi karsinoma sel kecil, tumor neuroendokrin, karsinoma sel transisional, dan sarkoma.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker menjadi salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Data Global Burden of Cancer (Globocan), jumlah seluruh kasus kanker sampai tahun 2018 mencapai 18,1 juta kasus dengan 9,6 juta kematian. Kematian akibat kanker diperkirakan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada 2030. Sampai tahun 2018, kanker prostat merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan di samping kanker paru, payudara, kolorektal, dan lambung.
Jumlah kasus
Perkiraan ACS untuk kanker prostat di Amerika Serikat tahun 2021 adalah 248.530 kasus baru kanker prostat dengan 34.130 kematian. Satu dari delapan pria berisiko menderita kanker prostat.
Kanker prostat lebih mungkin terjadi pada pria lebih tua. Enam dari 10 kasus didiagnosis pada pria berusia 65 tahun atau lebih dan jarang terjadi pada pria di bawah 40 tahun.
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata sebesar 7,2 per 100.000 pria per tahun. Menurut data dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Prostat dari Komite Penanggulangan Kanker Nasional 2017, jumlah penderita kanker prostat di tiga rumah sakit pusat pendidikan (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) selama delapan tahun terakhir adalah 1.102 pasien dengan rerata usia 67,18 tahun.
Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Cipto Mangunkusumo dan RS Kanker Dharmais, terdapat peningkatan jumlah penderita tahun 2001-2006 dua kali lipat dibandingkan tahun 1995-2000. Rata-rata per tahun ada 70-80 kasus baru. Umumnya penderita berusia lebih dari 60 tahun. Periode Januari 1995-Desember 2007, ada 610 penderita kanker prostat di dua rumah sakit itu.
Dalam kurun waktu 2004-2010, di RS Hasan Sadikin Bandung ada 318 kasus prostat. Di RSUD Moewardi, Solo, ada 30 kasus sepanjang 2000- 2006.
Dianjurkan pemeriksaan prostate-specific antigen (PSA) pada usia 50 tahun. Sementara yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan periksa PSA di usia 40 tahun.
Kanker prostat stadium awal hampir tanpa gejala. Untuk itu dianjurkan pemeriksaan prostate-specific antigen (PSA) pada usia 50 tahun. Sementara yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan periksa PSA di usia 40 tahun.
Untuk menegakkan diagnosis yang utama yakni anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA, serta ultrasonografi transrektal (TRUS). Kemudian dipastikan dari hasil biopsi prostat.
ACS menyebutkan, pada stadium lebih lanjut, kanker prostat dapat menyebabkan gejala, seperti aliran urine lambat atau sering buang air kecil, terutama di malam hari. Ada darah dalam urine atau air mani, disfungsi ereksi, nyeri pada pinggul, tulang belakang, tulang rusuk, atau area lain akibat penyebaran kanker ke tulang. Kelemahan atau mati rasa pada tungkai atau kaki, dan kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, akibat kanker menekan sumsum tulang belakang.
Di Indonesia, terapi yang banyak dipilih yakni orkhiektomi (pengangkatan buah zakar), diikuti terapi hormonal, prostatektomi radikal (pengangkatan prostat), radioterapi, pemantauan aktif, kemoterapi dan kombinasi.
Faktor risiko kanker prostat adalah usia, umumnya di atas 60 tahun. Di AS, orang Afrika memiliki risiko
lebih tinggi dibandingkan orang Asia dan Hispanik.
Memiliki anggota keluarga dengan kanker prostat meningkatkan risiko penyakit ini. Hal lain adalah mutasi genetik terkait mutasi BRCA1 atau BRCA2 dan sindrom Lynch.
Pola makan tinggi lemak jenuh, daging merah, kurang buah dan sayuran, rendah ikan meningkatkan risiko terkena kanker prostat. Diet tinggi kalsium juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker prostat.
Pencegahan
Hidup aktif, menjaga berat badan ideal, pola makan seimbang, cukup serat dari sayuran dan buah, biji-bijian, membatasi daging merah, minuman manis, dan makanan olahan membantu mencegah kanker prostat.
Para peneliti terus mencari cara membantu menurunkan risiko kanker prostat. Sejumlah zat dalam tomat (likopen) dan kedelai (isoflavon) dapat membantu mencegah kanker prostat. Penelitian mengenai hal itu terus dilakukan.
Beberapa penelitian menemukan, pria dengan kadar vitamin D tinggi memiliki risiko lebih rendah terkena kanker prostat. Demikian juga pria yang mengonsumsi aspirin atau obat penurun kolesterol (statin). Namun, hal ini masih terus diteliti. Para ilmuwan juga menguji obat hormonal inhibitor 5-alpha reductase untuk mengurangi risiko kanker prostat.
Meski merupakan jenis kanker yang cukup banyak ditemukan, angka kesintasan (survival rate) kanker prostat cukup baik. Angka kesintasan untuk 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun, masing-masing adalah 100 persen, 98 persen, dan 95 persen.