Dua dari lima orang Indonesia berisiko osteoporosis. Konsumsi gizi yang cukup dan olahraga dapat mencegah penyakit ini.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Kompas
Peserta yang rata-rata berusia lanjut bersemangat mengikuti senam osteoporosis yang diasuh Perwatusi dan Perosi, di depan Pintu II dan IV Gelora Senayan, Jakarta, Kamis (30/8) pagi. Bila dilakukan teratur, olahraga yang tepat dapat membantu meningkatkan tingkat kepadatan tulang.
JAKARTA, KOMPAS — Menurut data Kementerian Kesehatan, dua dari lima orang di Indonesia berisiko mengalami osteoporosis. Penyakit tulang ini bukan isu saat berusia lanjut saja, melainkan harus dicegah sejak anak-anak dengan mengonsumsi gizi dan aktivitas fisik yang cukup.
Osteoporosis ditandai dengan menurunnya kekuatan tulang sehingga mudah patah. Diperkirakan ada satu kasus patah tulang baru per tiga detik akibat osteoporosis. Adapun osteoporosis tidak bergejala.
Koordinator Subdirektorat Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Kementerian Kesehatan Lily Banonah Rivai, Selasa (19/10/2021), mengatakan, osteoporosis tidak hanya berdampak terhadap kesehatan. Osteoporosis akan berdampak pula ke kehidupan ekonomi, sosial, dan psikis penderitanya.
Ada peningkatan osteoporosis dan fraktur tulang selama pandemi sehingga penting bagi kita untuk bertindak sekarang.
Risiko osteoporosis meningkat sejalan dengan naiknya angka harapan hidup penduduk Indonesia dari 70,5 tahun menjadi 71 tahun. ”Hal ini memicu meningkatnya penyakit degeneratif, termasuk osteoporosis,” kata Lily pada diskusi daring menjelang peringatan Hari Osteoporosis Nasional yang diperingati setiap 20 Oktober.
ARSIP ANLENE
Diskusi daring menjelang Hari Osteoporosis Nasional pada Selasa (19/10/2021). Hari Osteoporosis Nasional diperingati setiap 20 Oktober.
Di Indonesia, satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki berusia di atas 50 tahun berisiko osteoporosis. Jumlah kasus osteoporosis diperkirakan mencapai 288 juta tahun 2050 pada penduduk berusia di atas 60 tahun. Sebanyak 90 persen perempuan diperkirakan mengalami osteopenia (penurunan kepadatan tulang) dan 32,3 persen perempuan osteoporosis.
Perempuan lebih rentan terhadap osteoporosis dibanding laki-laki karena menopause. Saat menopause, hormon estrogen pada tubuh perempuan berkurang. Padahal, salah satu fungsi estrogen adalah untuk melindungi tulang agar tidak keropos.
Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Bagus Putu Putra Suryana mengatakan, risiko osteoporosis meningkat selama dan setelah pandemi Covid-19. Ini karena pola makan dan aktivitas masyarakat cenderung berubah selama pandemi.
”Dilaporkan ada peningkatan osteoporosis dan fraktur tulang selama pandemi sehingga penting bagi kita untuk bertindak sekarang,” ucap Bagus.
Cegah sejak dini
Menurut Bagus, kebanyakan masyarakat memandang osteoporosis sebagai penyakit yang identik dengan lansia. Padahal, pencegahan osteoporosis mesti dilakukan sejak dini.
”Masa awal kehidupan sangat penting untuk mencegah osteoporosis. Nutrisi yang cukup dan latihan fisik yang baik sejak dini bisa meningkatkan pencapaian puncak massa tulang,” katanya.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Seorang anak meminum susu sapi yang dibagikan di Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (7/4/2020). Susu merupakan salah satu sumber kalsium.
Pada usia anak dan remaja dianjurkan melakukan latihan fisik minimal 40 menit sehari, seperti berjalan, berlari, dan melompat. Hal ini meningkatkan kepadatan tulang 1-6 persen setiap enam bulan. Anak 4-18 tahun dianjurkan mengonsumsi 1.000-1.300 miligram kalsium dan 15 mikrogram vitamin D setiap hari.
Orang dewasa dianjurkan beraktivitas fisik 3-5 kali seminggu dengan durasi minimal 30-40 menit setiap aktivitas. Ini dapat mencegah penurunan massa tulang, kekuatan otot, dan menjaga postur tubuh. Orang berusia 19-50 tahun dapat mengonsumsi 1.000 miligram kalsium dan 15 mikrogram vitamin D setiap hari.
Adapun warga lansia disarankan berlatih aerobik 30-60 menit setiap hari tergantung usia, kekuatan fisik, dan kondisi kesehatan. Lelaki berusia 51-70 tahun didorong mengonsumsi 1.000 miligram kalsium dan 15 mikrogram vitamin D setiap hari, sedangkan perempuan 1.200 miligram kalsium dan 15 mikrogram vitamin D.
Menurut Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) Anita A Hutagalung, edukasi tentang osteoporosis perlu menyentuh seluruh lapis masyarakat, mulai dari anak-anak hingga warga lansia. Komunitasnya pun rutin mengadakan senam virtual tiga kali seminggu. Senam yang bertujuan menguatkan tulang itu diikuti warga lansia dan pemuda.
FRANSISKUS WISNU W DANY UNTUK KOMPAS
Senam Rekreasi Bersama Kementerian Kesehatan di Ruang Publik Terbuka Ramah Anak Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (19/10/2018), dalam rangkaian memperingati Hari Osteoporosis Sedunia pada 20 Oktober.
Edukasi osteoporosis pada generasi muda penting mengingat adanya bonus demografi. Menurut laporan Asia Pacific Regional Audit: Epidemiology, Costs, and Burden of Osteoporosis, diperkirakan penduduk Indonesia berusia 50-70 tahun naik 135 persen pada 2050. Penduduk berusia lebih dari 50 tahun setara sepertiga total penduduk. Adapun kelompok usia di atas 50 tahun paling berisiko osteoporosis.
Pencegahan sejak dini dapat dilakukan dengan mengenali faktor risiko, seperti usia, defisiensi kalsium dan vitamin D, menopause, dan riwayat osteoporosis pada keluarga. Orang yang berisiko dapat memeriksakan kepadatan tulang ke dokter 1-2 tahun sekali, tergantung anjuran dokter.
Lily menambahkan, pemerintah berkomitmen mencegah osteoporosis, antara lain, dengan edukasi, sosialisasi, dan deteksi dini. ”Menjaga kesehatan tulang butuh komitmen jangka panjang. Jadi, jalani gaya hidup sehat, tetap aktif, terpapar sinar matahari, dan tingkatkan pengetahuan akan nutrisi yang baik bagi tubuh dan tulang,” ujarnya.