Kapan Kram Otot Perlu Dianggap Serius?
Kram otot sering mengagetkan dan membuat tidak nyaman. Umumnya akibat ketegangan dan keletihan otot ataupun dehidrasi. Namun, kram bisa merupakan gejala sejumlah kondisi medis yang perlu diwaspadai.
Kram otot saat berkegiatan atau bahkan sedang berbaring sering mengagetkan dan menyakitkan. Kram berupa otot yang menegang tiba-tiba, bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi umumnya terjadi pada otot kaki, terutama di betis.
Selain nyeri tajam, sering kali terasa ada gumpalan jaringan otot yang mengeras di bawah kulit. Kram dapat berlangsung beberapa detik hingga 15 menit. Selain di bagian kaki, yakni otot paha, betis, ataupun jari, kram juga bisa terjadi pada dinding perut, otot lengan dan tangan.
Menurut laman Mayo Clinic, pemicu kram, antara lain, ialah otot tegang atau terlalu keras bekerja, kurang pemanasan atau peregangan sebelum olahraga, berkegiatan di cuaca panas, dan dehidrasi. Namun, dalam banyak kasus, penyebab kram tidak diketahui.
Kram otot, demikian WebMD, 17 Maret 2020, umumnya terjadi pada orang lanjut usia karena massa otot berkurang, dan tendon (jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) memendek, olahragawan atau mereka yang beraktivitas pada cuaca panas, perempuan hamil, serta mereka yang obesitas. Karena itu, bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Kram otot bisa merupakan efek samping dari beberapa obat. Antara lain obat diuretik, misalnya furosemide, hidroklorotiazid; obat Alzheimer, seperti donepezil; obat miastenia gravis (melemahnya otot tubuh akibat gangguan pada saraf dan otot), misalnya neostigmin, obat tekanan darah tinggi, seperti nifedipine; obat osteoporosis, seperti raloxifene; obat asma, contohnya terbutaline dan albuterol; obat penyakit Parkinson, seperti tolcapone; obat statin untuk kolesterol, seperti atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin, atau simvastatin.
Upaya pertama untuk mengatasi jika kram terjadi di otot betis atau paha belakang (hamstring) bisa duduk atau berbaring dengan kaki lurus kemudian tarik kaki ke arah kepala. Jika yang kejang otot paha depan, berpegang pada kursi, tekuk lutut kaki yang sakit, lalu tarik kaki ke arah pantat.
Relaksasi otot bisa dilakukan dengan memijat atau mandi air hangat dengan garam Epsom (magnesium sulfat alami) atau kompres dengan bantal pemanas. Untuk mengurangi nyeri, bisa digunakan kompres es atau minum obat pereda nyeri, seperti ibuprofen dan naproxen.
Menjaga asupan cairan, melakukan peregangan setiap hari dan sebelum berolahraga bisa mencegah kram. Lakukan olahraga secara bertahap agar otot tidak tegang. Jangan langsung berolahraga setelah makan.
Selain itu, makan lebih banyak makanan tinggi vitamin, kalium, kalsium, dan magnesium, mengenakan sepatu yang nyaman, membatasi konsumsi kafein dan alkohol, dan berhenti merokok.
Manfaat larutan elektrolit
Penelitian Wing Yin Lau dan kolega dari Edith Cowan University (ECU) Australia mengungkapkan, pemilihan jenis cairan yang diminum menjadi penting. Dalam laporan di Journal of International Society of Sports Nutrition, 15 Maret 2021, disebutkan, minum larutan rehidrasi oral yang mengandung elektrolit selama dan setelah berolahraga efektif mencegah kram otot dibandingkan dengan minum air biasa.
Kekurangan elektrolit berkontribusi pada kram otot, bukan dehidrasi.
Penelitian ini didasarkan pada bukti bahwa kekurangan elektrolit berkontribusi pada kram otot, bukan dehidrasi. ”Banyak orang mengira dehidrasi menyebabkan kram otot dan minum air putih saat berolahraga akan mencegah kram,” kata Kazunori Nosaka, Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ECU yang menjadi peneliti utama, seperti dikutip Science Daily, 18 Maret 2021.
Para peneliti mendapatkan, orang yang hanya minum air putih sebelum dan sesudah berolahraga lebih rentan terhadap kram. Hal itu karena air mengencerkan konsentrasi elektrolit tubuh dan tidak menggantikan yang hilang saat berkeringat.
Penelitian ini melibatkan 10 pria yang berlari di treadmill dengan mode menuruni bukit di ruangan bersuhu 35-36 derajat celsius selama 40-60 menit agar kehilangan 1,5-2 persen berat badan melalui keringat. Sebagian peserta minum air biasa, sebagian lain minum larutan rehidrasi oral.
Massa tubuh diukur pada menit ke-20, selanjutnya tiap 10 menit saat lari, dan 30 menit pasca-lari. Contoh darah mereka diambil dalam beberapa jeda waktu.
Seminggu kemudian lari dan pengukuran diulang. Kelompok yang minum air biasa, ganti minum larutan rehidrasi oral. Demikian sebaliknya.
Para peserta diberi stimulasi listrik pada betis untuk menginduksi kram otot. Semakin rendah frekuensi stimulasi listrik yang dibutuhkan, artinya semakin rentan peserta mengalami kram otot. Didapatkan, peserta yang minum larutan rehidrasi oral lebih kebal terhadap stimulasi listrik.
Elektrolit adalah mineral termasuk natrium, kalium, magnesium, dan klorida yang sangat penting untuk kesehatan otot serta membantu tubuh menyerap air. Larutan rehidrasi oral mengandung elektrolit dalam proporsi tertentu. Produk itu bisa diperoleh di apotek ataupun supermarket. Namun, dapat dibuat sendiri dengan mencampur air, garam, dan gula. Karena, manfaatnya, mereka yang kehilangan cairan saat berolahraga, muntah atau diare, disarankan minum larutan rehidrasi oral.
Waspadai kondisi medis
Di samping ketegangan otot ataupun kekurangan elektrolit tubuh, menurut laman Mayo Clinic, kram otot bisa didasari oleh kondisi medis, seperti pasokan darah tidak memadai akibat penyempitan pembuluh darah di kaki, kaki datar (tidak ada lengkungan di telapak kaki) serta hipokalemia (rendahnya kadar kalium dalam darah).
Laman Cleveland Clinic menyebutkan, kram bisa menjadi tanda kondisi serius, termasuk sklerosis lateral amiotrofik (ALS) atau penyakit Lou Gehrig, suatu penyakit sistem saraf yang menyebabkan kelemahan otot. Selain itu, penderita penyakit kardiovaskular, sirosis hati, diabetes, gangguan ginjal, osteoartritis (penyakit sendi degeneratif), saraf terjepit di tulang belakang, hipotiroid (kurang hormon tiroid), penyakit Parkinson, penyakit arteri perifer, serta kerusakan saraf, juga cenderung mudah kram.
Baca juga : Jangan Abaikan Cedera di Tengah Pandemi
Jika kram menyebabkan rasa sangat tidak nyaman, kaki bengkak, kemerahan, atau perubahan warna kulit, terjadi kelemahan otot, kram sangat sering terjadi dan tidak membaik setelah ditangani sendiri, atau kram tidak jelas penyebabnya, perlu dipertimbangkan untuk periksa ke dokter.
Untuk mendiagnosis, demikian Healthline, 27 Agustus 2019, dokter mungkin melakukan elektromiografi (EMG), yakni tes untuk memeriksa dan merekam aktivitas sinyal otot. Bisa juga menggunakan myelografi mendapatkan gambar kanal tulang belakang. Alat lain adalah pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk memperoleh gambaran saraf tulang belakang.
Dengan mengetahui penyebabnya, kram bisa diobati sesuai kondisi medis yang mendasari.