Pandemi Covid-19 belum berakhir. Mobilitas warga yang meningkat di tengah penurunan kasus tidak menghilangkan risiko penyebaran kasus. Disiplin protokol kesehatan, tes, lacak, dan vaksinasi harus terus didorong.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Sebagian orang punya rencana bepergian jika pandemi Covid-19 sudah terkendali. Vaksinasi pun membuat mereka lebih percaya diri untuk itu. Namun, rencana bepergian hendaknya dipikirkan matang-matang untuk mencegah munculnya gelombang Covid-19 berikutnya.
Berdasarkan survei daring oleh Inventure-Alvara pada Juni 2021, dari 532 orang berusia 21-35 tahun, sebanyak 65,4 persen di antaranya mengatakan memilih berwisata di dalam negeri daripada luar negeri setelah divaksinasi. Sebanyak 59 persen responden juga merasa lebih aman bepergian sendiri atau dengan keluarga.
Survei yang sama menyebut, 59,4 persen responden memilih tidak berwisata saat libur panjang akhir pekan setelah divaksin. Sebanyak 61,8 persen responden lebih memilih wisata yang berkaitan dengan yoga, kebugaran, dan meditasi daripada wisata petualangan.
Keinginan untuk bepergian dan berwisata juga muncul di luar negeri. Mengutip laman Forbes, survei di Amerika Serikat pada Februari 2021 menyatakan 72 persen orang ingin bepergian di 2021.
Lalu apa saja yang perlu diperhatikan ketika memiliki rencana bepergian apalagi untuk berwisata?
Dalam panduannya untuk keluarga, Unicef menyebutkan, hal pertama yang perlu diketahui adalah status penyebaran Covid-19 di daerah asal kita dan daerah tujuan kita. Sebaiknya tidak bepergian jika sedang sakit, memiliki gejala Covid-19, atau kontak dengan pasien Covid-19 dalam 14 hari terakhir. Anggota keluarga yang rentan, seperti lansia dan punya penyakit penyerta, yang belum divaksin sebaiknya menunda bepergian hingga setelah vaksinasi. Tunda juga berkunjung atau kontak dengan anggota keluarga atau teman yang belum divaksin.
Di samping itu, cek juga aturan atau pembatasan mobilitas di daerah tujuan kita karena bisa jadi cepat berubah sesuai perkembangan kasus Covid-19. Pertimbangkan juga fasilitas kesehatan di tempat tujuan dan siapkan asuransi kesehatan sehingga kita bisa menyiapkan diri andai kata terinfeksi Covid-19 selama bepergian.
Jika menggunakan kendaraan umum, kurangi intensitas menyentuh permukaan yang sekiranya banyak disentuh orang dan sering mencuci tangan pakai sabun atau membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Selama perjalanan dan di tempat tujuan hindari kerumunan dan tetap jaga jarak.
Sementara jika membawa kendaraan pribadi bawa makanan dan minuman sendiri sehingga frekuensi berhenti di tempat istirahat publik bisa minimal.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS merekomendasikan untuk memantau kondisi kesehatan setelah bepergian dan jika muncul gejala Covid-19 lakukan tes.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, mengingatkan pentingnya menimbang rencana bepergian saat pandemi. Kendati kasus Covid-19 di Indonesia melandai beberapa pekan terakhir, bukan berarti pandemi hilang. Risiko lonjakan kasus seperti yang terjadi sekitar Juni 2021 lalu masih dapat terjadi.
Berdasarkan data per Selasa (28/9/2021), ada 2.057 kasus Covid-19 baru di Indonesia. Jumlah kasus aktif 38.652 kasus atau lebih sedikit 1.618 kasus dibanding sehari sebelumnya. Jumlah pasien sembuh tercatat 3.551 orang, sementara yang meninggal 124 orang.
”Kondisi ini perlu dijaga agar kasusnya jangan naik lagi. Jangan (terbawa) euforia karena risiko kasus meningkat lagi tetap ada. Pelonggaran aktivitas sosial-ekonomi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Aturan tetap harus diikuti, yakni patuhi protokol kesehatan dan segera divaksinasi,” kata Iwan secara daring, Selasa.
Momen liburan panjang selama 1,5 tahun terakhir perlu jadi refleksi. Mobilitas masyarakat umumnya meningkat di masa liburan. Kasus Covid-19 pun biasanya ikut melonjak dalam kurun waktu dua minggu hingga sebulan setelahnya.
Jangan (terbawa) euforia karena risiko kasus meningkat lagi tetap ada. Pelonggaran aktivitas sosial-ekonomi harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Aturan tetap harus diikuti, yakni patuhi protokol kesehatan dan segera divaksinasi
Rencana bepergian hendaknya dipikirkan dengan bijaksana mengingat risikonya. Iwan mengatakan, mutasi virus dapat terjadi apabila virus terus mereplikasi dirinya. Replikasi virus bisa ditekan jika mobilitas manusia dibatasi. Sebab, virus menular dari manusia ke manusia.
”Dengan kecepatan vaksin kita saat ini, kami memperkirakan 50-55 persen penduduk Indonesia telah divaksin hingga akhir 2021,” ucap Iwan. ”Penularan harus dihindari sebisa mungkin untuk mencegah mutasi. Yang sudah divaksinasi pun bisa repot jika ada mutan (virus) yang lebih ’ganas’,” tambahnya.
Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi UI Dicky Chresthover Pelupessy mengatakan, publik perlu menimbang manfaat dan risiko yang akan diperoleh pada setiap keputusannya, termasuk bepergian. Setiap orang perlu menanamkan kesadaran akan hal itu.
”Pandemi perlu dilihat sebagai risiko. Prinsipnya, kita perlu mengurangi risiko untuk beradaptasi (dengan pandemi),” kata Dicky.
Bepergian memang tidak dilarang. Namun, masyarakat diminta waspada dan tidak terlena dengan turunnya kasus Covid-19. Publik juga diminta menahan diri melakukan revenge traveling atau balas dendam berwisata. Masyarakat dan pemerintah perlu bekerja sama untuk memastikan protokol kesehatan dipatuhi, sanksi ditegakkan, dan agar aktivitas ekonomi-sosial dapat terus berjalan dengan risiko kesehatan seminimal mungkin.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono menyambut baik berjalannya lagi aktivitas ekonomi. Pemerintah pun mengizinkan restoran dan kafe beroperasi lebih lama. Ia tak lupa mengingatkan agar masyarakat disiplin protokol kesehatan.
”Pengunjung, karyawan, pengusaha, pemerintah, semua harus berdisiplin,” kata Sutrisno (Kompas.id, 22/9/2021).