Asap Kebakaran Hutan Terkait 33.500 Kematian Per Tahun
Lebih dari 33.500 kematian yang terjadi setiap tahun secara langsung diduga disebabkan oleh polusi dari kebakaran hutan di 749 kota dalam studi.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Paparan jangka pendek partikel halus atau PM 2,5 dari kebakaran hutan diketahui bisa memicu berbagai masalah pernapasan dan kardiovaskular. Kajian baru menemukan, lebih dari 33.500 orang di berbagai belahan dunia meninggal per tahun terkait dengan paparan polusi ini.
Penelitian tim internasional, yang dipimpin oleh Profesor Yuming Guo dan Shanshan Li, dari Monash University’s School of Public Health and Preventive Medicine di Melbourne, Australia, ini diterbitkan di The Lancet Planetary Health yang dirilis pada Kamis (9/9/2021).
Studi dilakukan dengan menganalisis lebih dari 65,6 juta kasus kematian, dari semua penyebab, di 749 kota di 43 negara dan wilayah dari 1 Januari 2000 hingga 31 Desember 2016. Peneliti kemudian melakukan referensi silang dengan konsentrasi harian PM 2,5 akibat kebakaran hutan.
Hasilnya, lebih dari 33.500 kematian yang terjadi setiap tahun secara langsung diduga disebabkan oleh polusi dari kebakaran hutan di 749 kota dalam studi. Menurut data, negara-negara dengan kematian terbanyak terkait asap kebakaran hutan termasuk Jepang, dengan lebih dari 7.000 kematian tahunan di 47 kota; Meksiko, lebih dari 3.000 di 10 kota; China, lebih dari 1.200 di 15 kota; Afrika Selatan, lebih dari 5.200 di 52 kota; Thailand, hampir 5.300 di 62 kota; dan Amerika Serikat, dengan hampir 3.200 kematian tahunan di 210 kota.
Partikel ini berbahaya karena dengan ukurannya yang sekecil itu bisa masuk ke paru-paru, melintasi alveoli di dinding paru-paru dan ke dalam sirkulasi darah.
Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi kebakaran hutan yang meluas, termasuk di antaranya dari 45 juta hektar hutan di Australia pada 2019-2020 dan lebih dari 1,2 juta hektar hutan di California sejak awal 2019. Selain itu, juga terjadi 190 kebakaran hutan di Siberia dan serangkaian kebakaran hutan di Indonesia. Hal ini menyebabkan rekor jumlah karbon dioksida yang dilepaskan.
Menurut Guo, kebakaran hutan dapat berdampak langsung pada kesehatan, seperti mengalami luka bakar. ”Namun, polusi dari asap kebakaran hutan dapat menyebar sejauh 1,000 kilometer–yang jauh dari sumber kebakarannya–dan risiko kebakaran hutan diproyeksikan meningkat seiring dengan memburuknya perubahan iklim,” katanya.
Salah satu polutan dalam asap kebakaran hutan yang paling mengkhawatirkan adalah partikel halus atau PM 2,5. Partikel ini berukuran kurang dari 2,5 mikron.
Partikel ini berbahaya karena dengan ukurannya yang sekecil itu bisa masuk ke paru-paru, melintasi alveoli di dinding paru-paru dan ke dalam sirkulasi darah. Polutan PM 2,5 lebih beracun daripada kebakaran perkotaan karena komposisi kimianya dan ukuran partikel yang lebih kecil dan suhu tinggi.
Dalam kajian ini, data kematian diperoleh dari Studi Kolaborasi Multi-City Multi-Country (MCC). Adapun estimasi konsentrasi harian PM 2,5 dimodelkan dengan mesin pintar berdasarkan data emisi transportasi bahan kimia, pengukuran PM 2,5 dari monitor darat, dan data cuaca.
Para penulis menyimpulkan bahwa pembuat kebijakan dan profesional kesehatan masyarakat harus meningkatkan kesadaran akan polusi kebakaran hutan untuk mendorong tanggapan publik yang cepat dan mengambil kebijakan mengurangi paparan. ”Kebijakan dan praktik pengelolaan lahan yang efektif harus diterapkan untuk mengelola vegetasi dan mengurangi perubahan iklim sejauh mungkin,” tulis paper ini.
Dampak di Indonesia
Kajian baru ini memang tidak spesifik menyebut dampak kebakaran hutan terhadap tingkat kematian di Indonesia. Namun, studi sebelumnya oleh peneliti dari Universitas Harvard dan Columbia, Amerika, yang dipublikasikan di jurnal Environmental Research Letters (2016) menyebutkan, setidaknya 90.000 orang di Indonesia mengalami kematian dini akibat kabut asap kebakaran hutan tahun 2015. Sementara kematian dini di Singapura dan Malysia yang terdampak kabut asap kiriman dari Indonesia mencapai 10.000 orang.
Adapun kajian dari Miriam E Marlier dari Universitas Columbia, Amerika Serikat, dan tim dalam jurnal GeoHealth yang terbit Juli 2019 telah memperingatkan, paparan asap dari kebakaran hutan dapat menyebabkan 36.000 kematian prematur per tahun di seluruh Indonesia, Singapura, dan Malaysia selama beberapa dekade mendatang jika tidak ada upaya radikal untuk mengatasinya.
Beberapa senyawa berbahaya yang terdapat dari polusi akibat kebakaran hutan di antaranya hidrokarbon, akrolein, formaldehid, dan benzena. Selain itu, juga terdapat karbon dioksida, nitrogen, karbon monoksida, sianida, sulfur dioksida, radikal bebas, ozon, dan PM 10 serta PM 2,5. Berbagai senyawa ini bersifat karsinogenik.