Alasan Mengapa Covid-19 Mematikan bagi Penderita Diabetes
Riset menemukan, penyebab rentannya pasien diabetes terhadap Covid-19 adalah keberadaan enzim yang disebut SETDB2.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama pandemi, penderita diabetes menjadi salah satu pasien yang berisiko sangat tinggi sakit parah atau meninggal jika terinfeksi Covid-19. Sebuah studi baru mengungkapkan mekanisme di balik badai sitokin selama infeksi SARS-CoV-2 yang membuat pasien diabetes menjadi lebih berisiko.
Penelitian yang diterbitkan di Proceding of theNational Academy of Science of the United States of America untuk edisi September 2021 ini bisa diakses secara daring pada Rabu (8/9/2021). Penulis utama paper ini adalah William J Melvin dan Katherine Gallagher dari Department of Surgery, University of Michigan.
Para peneliti memulai kajian dengan menyelidiki hubungan antara enzim dan peradangan tak terkendali atau kerap disebut badai sitokin yang kerap dialami pada pasien Covid-19 dengan gejala berat. Riset kemudian menemukan, penyebab rentannya pasien diabetes terhadap Covid-19 adalah keberadaan enzim yang disebut SETDB2. Enzim ini telah terlibat dalam luka inflamasi non-penyembuhan yang ditemukan pada penderita diabetes.
Riset dimulai dengan menggunakan model tikus dengan diabetes yang terinfeksi SARS-CoV-2. Diketahui bahwa enzim SETDB2 menurunkan sel imun yang terlibat dalam respons inflamasi atau disebut makrofag. Mereka kemudian melihat hal yang sama pada makrofag monosit dalam darah dari penderita diabetes dan Covid-19 yang parah.
Mereka menemukan serum darah dari pasien Covid-19 dengan komorbid diabetes di ICU telah mengurangi tingkat interferon-beta dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.
Jadi, makrofag adalah sel imun bawaan utama yang terutama bertanggung jawab atas badai sitokin hiperinflamasi yang berbahaya pada pasien dengan Covid-19 parah. ”Menanggapi infeksi virus korona, ekspresi enzim pengubah kromatin, SETDB2, menurun pada makrofag, yang mengarah pada peningkatan transkripsi sitokin inflamasi,” tulis Melvin dan Gallagher.
Pada model tikus dan manusia, kedua peneliti mencatat, saat SETDB2 turun, peradangan meningkat. Mereka juga mengungkapkan bahwa jalur yang dikenal sebagai JAK1/STAT3 yang mengatur SETDB2 dalam makrofag selama infeksi virus korona.
Secara bersama-sama, hasilnya menunjukkan jalur terapi potensial. Temuan sebelumnya dari laboratorium menunjukkan bahwa interferon, sitokin yang penting untuk kekebalan terhadap virus, meningkatkan SETDB2 sebagai respons terhadap penyembuhan luka. Dalam studi ini, mereka menemukan serum darah dari pasien Covid-19 dengan komorbid diabetes di ICU telah mengurangi tingkat interferon-beta dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.
”Interferon telah dipelajari selama pandemi sebagai terapi potensial, dengan upaya bolak-balik mencoba meningkatkan atau menurunkan kadar interferon,” kata Gallagher.
Untuk menguji ini, tim peneliti memberikan interferon beta pada tikus dengan diabetes yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 dan melihat bahwa mereka mampu meningkatkan SETDB2 dan menurunkan sitokin inflamasi.
”Kami mencoba memahami apa yang mengontrol SETDB2, yang merupakan semacam pengatur utama dari banyak sitokin inflamasi yang meningkat pada Covid-19, seperti IL-1B, TNFalpha, dan IL- 6,” jelas Gallagher.
Melihat apa yang mengendalikan SETDB2 ini, menurut Gallagher, interferon berada di ujung atas dengan JaK1 dan STAT3 di tengah. ”Interferon meningkatkan keduanya, yang meningkatkan SETDB2,” ujarnya.
Melvin dan Gallagher berharap temuan penelitian ini akan menginformasikan uji klinis interferon yang sedang berlangsung atau komponen hilir jalur lainnya, termasuk target epigenetik, untuk Covid-19. Penelitian mereka juga menyoroti kebutuhan untuk memahami waktu dan kekhususan sel terapi dan untuk menyesuaikan penerapannya pada kondisi mendasar pasien, terutama pasien dengan diabetes.
”Penelitian kami menunjukkan bahwa mungkin jika kami dapat menargetkan terapi pasien diabetes dengan interferon, terutama pada awal infeksi mereka, itu sebenarnya dapat membuat perbedaan besar,” kata Melvin.