Sebagian orang yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 masih mengalami gejala berkepanjangan atau disebut ”long covid”. Studi terbaru membuktikan, dengan vaksinasi dosis lengkap, risiko tersebut bisa berkurang.
Oleh
EVY RACHMAWATI
·4 menit baca
Kompas/Priyombodo
Petugas mempersiapkan tabung oksigen di ruangan Poli di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, Selasa (15/6/2021).Sebanyak 1.569 tempat tidur di Tower 8 RSDC Wisma Atlet Pademangan disiapkan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 tanpa gejala.
Pemberian vaksin Covid-19 dosis lengkap terbukti tidak hanya mengurangi risiko tertular, tetapi juga infeksi yang berkembang menjadi long covid. Karena itu, cakupan vaksinasi sebagai salah satu cara mengendalikan pandemi perlu diperluas, terutama bagi kelompok rentan.
Hasil penelitian yang dipimpin oleh King’s College London menunjukkan, pada sebagian kecil orang yang mendapatkan vaksin Covid-19 dua dosis kemungkinan mengalami gejala yang berlangsung lebih dari empat minggu berkurang 50 persen dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi.
Banyak penderita Covid-19 sembuh dalam empat minggu. Namun, tak sedikit pasien yang dinyatakan sembuh mengalami gejala berkepanjangan hingga lebih dari 12 minggu, bahkan berbulan-bulan setelah infeksi parah ataupun ringan. Menurut National Health Service, dalam laman resminya, hal ini disebut sebagai sindrom pasca-Covid-19 atau long covid (Long-term effects of coronavirus).
Sejumlah gejala long covid, antara lain, kelelahan luar biasa, sesak napas, jantung berdebar-debar, nyeri dada, gangguan memori dan konsentrasi disebut kabut otak, nyeri sendi, depresi dan cemas berlebihan, sakit kepala, dan perubahan daya penciuman dan pengecap rasa.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pasien Covid-19 tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri senam bersama di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (25/6/2021).
Bahkan, studi skala besar oleh University College London (UCL) mengidentifikasi 200 gejala yang memengaruhi 10 sistem organ pada penderita long covid, di antaranya halusinasi, insomnia, kehilangan ingatan jangka pendek, gangguan bicara, serta persoalan kandung kemih dan kulit. Tingkat keparahan gejala bervariasi, tetapi banyak pasien tak bisa beraktivitas sehari-hari, seperti mandi, berbelanja, dan mengingat kata-kata.
Sejauh ini, penyebab long covid belum diketahui secara pasti. Salah satu kemungkinannya ialah infeksi membuat sistem kekebalan beberapa orang menyerang bukan hanya virus korona, tetapi juga jaringan mereka sendiri. Itu bisa terjadi pada orang yang memiliki respons imun amat kuat.
Banyak riset menyebut hal itu makin mungkin terjadi seiring bertambahnya usia dan lebih cenderung terjadi pada perempuan. Dari analisis database kesehatan oleh King’s College London, 1-2 persen orang berusia 20-an tahun terinfeksi kena long covid daripada 5 persen orang berusia 60 tahun ke atas. ”Tapi, 1-2 persen dari 100.000 kasus sehari itu banyak orang,” kata Dr Claire Steves, penulis studi itu.
Penulis senior di majalah UCL, Dr Athena Akrami, kepada BBC, Rabu (1/9/2021), mengatakan, ”Kita akan menghadapi gelombang besar penularan Covid-19 yang tampaknya ringan di mana kemungkinan satu dari tujuh orang akan mengalami long covid. Itu akan terjadi di antara kaum muda.”
Di Indonesia, dari survei yang dilakukan oleh Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Umum Pusat Persahabatan menemukan, sekitar 63,5 persen pasien Covid-19 mengalami long covid. Gejala terbanyak yang dialami ialah lelah (fatigue), batuk, nyeri otot, sakit kepala, gangguan tidur, dan sesak napas (Kompas.id, 4 April 2021).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Penjual makanan keliling berjalan kaki melewati mural dengan pesan untuk melawan Covid-19 di Jalan Pakin, Jakarta Utara, Senin (23/8/2021). Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 dirasa tidak lagi efektif karena pemerintah telah mencabut beberapa pembatasan.
Vaksinasi lengkap
Terkait hal itu, tim peneliti di King’s College London dalam artikel yang dipublikasikan di The Lancet Infectious Diseases mengatakan, vaksinasi menyelamatkan nyawa dan mencegah penyakit serius, termasuk mengurangi risiko mengalami long covid. Para ahli juga menyebut vaksinasi mengurangi tingkat keparahan gejala akibat sindrom tersebut.
Kita akan menghadapi gelombang besar penularan Covid-19 yang tampaknya ringan di mana kemungkinan satu dari tujuh orang akan mengalami long covid. Itu akan terjadi di antara kaum muda.
Para periset di King’s College London menganalisis data yang dikumpulkan dari aplikasi UK Zoe Covid Study, yang melacak gejala dan vaksin serta tes yang dilaporkan sendiri. Itu berarti antara Desember 2020 dan Juli 2021, lebih dari 1,2 juta orang dewasa melaporkan menerima satu suntikan vaksin Covid-19 dan 971.504 orang menerima dua suntikan atau dosis lengkap dalam periode itu.
Hanya 0,2 persen dari orang yang disuntik dua dosis mengatakan mereka terkena Covid-19 setelah vaksinasi (2.370 kasus). Dari 592 orang yang divaksinasi lengkap dan memberi data selama lebih dari sebulan, 31 orang (5 persen) mengalami long covid. Pada kelompok yang tidak divaksinasi, angka ini sekitar 11 persen.
Para peneliti menemukan beberapa orang lebih berisiko terkena Covid-19 setelah divaksin daripada yang lain, termasuk orang dewasa yang rentan atau mempunyai penyakit penyerta, warga lanjut usia, dan warga yang tinggal di daerah miskin. Ini terutama terjadi pada mereka yang hanya mendapat satu suntikan vaksin.
Sejauh ini, long covid pada anak-anak tidak menimbulkan gejala parah. Namun, kaum perempuan paruh baya terdampak paling parah dari long covid. Karena itu, peneliti utama studi tersebut, Dr Claire Steves, mengatakan, orang yang berisiko tinggi perlu diprioritaskan untuk suntikan booster (penguat).
”Dalam hal beban Covid-19 yang lama, kabar baik bahwa riset kami menemukan vaksinasi ganda (dua dosis) secara signifikan mengurangi risiko tertular virus dan mengalami gejala Covid-19 berkepanjangan,” ungkapnya, sebagaimana dikutip BBC, Kamis (2/9/2021).
Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, vaksin telah menyelamatkan lebih dari 105.000 nyawa dan mencegah lebih dari 24 juta infeksi di Inggris. ”Jelas vaksin membangun dinding pertahanan melawan virus dan merupakan cara terbaik melindungi orang dari penyakit serius,” ujarnya.