Filantrofi Berperan Penting dalam Penanganan Covid-19 di Indonesia
Filantropi memiliki peran besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah saat penanganan Covid-19. Gerakan filantropi terlihat saat Indonesia dilanda pandemi Covid-19 pada awal Maret 2020.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Filantropi memiliki peran besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah saat mengatasi pandemi Covid-19. Semangat gotong royong dan solidaritas dari sektor swasta serta masyarakat meningkat pada masa pandemi Covid-19 lewat gerakan filantropi.
Meski pemerintah telah mengalokasikan dana Rp 405,1 triliun untuk penanganan Covid-19, hal tersebut dinilai belum cukup karena sifat aliran dana yang relatif kaku dan lambat. Dari catatan laman Filantropi Tanggap Covid-19 yang dikelola oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia, kontribusi sektor swasta hingga akhir Juni 2020 telah mencapai angka Rp 905 miliar.
Guna mengupas peranan filantropi dalam pendanaan kesehatan di masa pandemi Covid-19, Universitas Gadjah Mada mengadakan Forum Nasional II Filantropi Kesehatan secara daring pada Selasa hingga Rabu (25/8/2021). Kegiatan ini didukung oleh Health Policy Plus dan International Pharmaceutical Manufacturers Group.
Peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Jodi Visnu, mengatakan, filantropi memiliki peran besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah saat penanganan Covid-19. Gerakan filantropi terlihat saat Indonesia dilanda pandemi Covid-19 pada awal Maret 2020.
Tantangan pelaku filantropi korporasi adalah mengubah bentuk filantropi agar tidak hanya berbentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) jangka pendek, tetapi juga berupa bantuan yang berkesinambungan.
Berbagai lembaga non-pemerintah bergerak mengumpulkan donasi tanggap Covid-19 dengan berbagai metode. Tak hanya donasi dalam bentuk dana, tetapi masyarakat juga menyumbang dalam bentuk barang, seperti alat pelindung diri (APD) berupa masker, sarung tangan, baju hazmat, pelindung mata, dan barang lainnya.
”Masyarakat Indonesia telah berkontribusi lewat donasi langsung ke penyelenggara layanan kesehatan ataupun donasi lewat berbagai platform yang tersedia. Selebritas dan selebgram pun turut mendengungkan semangat berbagi dengan menjadi fundraiser dan memanfaatkan platform donasi,” katanya.
Jodi yang sekaligus menjabat Ketua Panita Forum Nasional II Filantropi Kesehatan mengatakan, tujuan diadakannya forum nasional ini salah satunya untuk mengeksplorasi peranan organisasi filantropi kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19. Lalu, mengeksplorasi keterlibatan filantropi untuk pembangunan kesehatan di Indonesia dan mengidentifikasi langkah kemitraan yang dapat dilakukan antar-organisasi filantropi kesehatan.
Jodi berharap lewat forum nasional ini dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah untuk melibatkan filantropi dalam sistem pendanaan untuk membantu masyarakat yang tidak mampu. Ini lantaran banyaknya masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.
Di samping itu, menjalin sinergi dan kolaborasi kemitraan antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah agar setiap masyarakat mendapatkan hak untuk sehat secara menyeluruh. Lalu, pemerintah diharapkan membuka kerja sama dengan badan usaha lewat berbagai platform start up dalam rangka penyediaan bantuan berupa barang bagi masyarakat.
”Tantangan pelaku filantropi korporasi adalah mengubah bentuk filantropi agar tidak hanya berbentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) jangka pendek, tetapi juga berupa bantuan yang berkesinambungan. Harapannya, filantropi dalam sektor kesehatan dapat mendukung pencapaian target pembangunan nasional dalam RPJMN IV 2020-2024 ataupun tujuan pembangunan berkelanjutan dan dilaksanakan secara integratif, sistematis, transparan, dan akuntabel,” kata Jodi
Secara terpisah, Ketua Yayasan Satriabudi Dharma Setia (YSDS) Vincentius SW Budhyanto membenarkan dukungan dunia usaha untuk mengatasi penanganan Covid-19 cukup besar. Penyaluran bantuan untuk membantu penanganan Covid-19 mulai dari dukungan laboratorium PCR di berbagai universitas dan fasilitas kesehatan, bantuan oksigen hingga alat pelindung diri (APD), disalurkan lewat YSDS ke sejumlah daerah di Indonesia dari berbagai perusahaan pada 2020 senilai Rp 76 miliar. Hingga Agustus 2021 sudah mencapai Rp 15 miliar.
Sejak tahun 2020, YSDS menyalurkan bantuan dari berbagai perusahaan senilai hampir Rp 100 miliar untuk dukungan pelayanan kesehatan. ”Target tahun ini, kami mau menggalang bantuan hingga Rp 300 miliar,” ujar Vincentius yang berlatar belakang dokter ini.
Vincentius mengatakan, fokus untuk mendukung penanganan Covid-19 di Indonesia muncul karena ada kebutuhan dunia usaha untuk terlibat. ”Ketika saya di start up kesehatan, saya bertemu banyak investor. Mereka pun merasa terpanggil untuk berkontribusi setelah kami memberikan proposal untuk membantu pemerintah menangani Covid-19 sejak awal pandemi ini terjadi di Indonesia tahun lalu,” kata Vincentius.
Menurut Vincentius, dirinya merasa gembira dukungan dari dunia usaha dan pihak lain untuk penanganan Covid-19 di Indonesia terus mengalir. ”Kami membantu pengumpulan dana, lalu menggunakannya untuk membiayai pengiriman atau logistik alat-alat kesehatan, hingga penyediaan laboratorium PCR di berbagai perguruan tinggi, rumah sakit, dan klinik. Termasuk juga penyaluran alat pelindung diri,” jelas Vincentius.