Jika level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM diturunkan, harus ada kebijakan yang memastikan kasus Covid-19 turun, yaitu protokol kesehatan, tes dan pelacakan, serta vaksinasi.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4 berdampak pada penurunan kasus positif Covid-19, khususnya di Jawa dan Bali. Tren penurunan ini sebaiknya tidak membuat lengah. Protokol kesehatan, tes dan pelacakan, serta perluasan cakupan vaksinasi tetap diperlukan agar dampak PPKM optimal.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, mengatakan, berdasarkan model onset yang dilakukan, kurva kasus Covid-19 saat ini menurun dengan adanya PPKM level 4. Dengan demikian, PPKM dapat dilonggarkan dan levelnya bisa diturunkan.
”Jika level PPKM diturunkan, harus ada (kebijakan) yang memastikan kasus (Covid-19) turun, yaitu protokol kesehatan, tes dan pelacakan, serta vaksinasi. Ini tiga pekerjaan rumah yang kalau tidak dikerjakan, maka (PPKM) akan percuma,” kata Iwan pada diskusi daring, Senin (9/8/2021).
Ia menambahkan, PPKM akan selalu diperpanjang sebagai respons adaptif dari pandemi. Yang membedakan adalah level PPKM. Semakin tinggi level, maka semakin ketat pula pembatasan sosialnya. Ini terjadi jika kasus Covid-19 meningkat.
Penurunan kasus Covid-19 di DKI Jakarta tercatat paling signifikan selama PPKM. Mobilitas warga berhasil ditekan dan cakupan vaksinasi memadai. Per 8 Agustus 2021, sebanyak 8,3 juta penduduk di DKI Jakarta telah divaksinasi dosis pertama dan 3,4 juta orang menerima dosis kedua. Vaksinasi warga di DKI Jakarta ditargetkan rampung pada Agustus 2021.
Kementerian Kesehatan mencatat kurva Covid-19 di Jawa-Bali menurun. Sejak PPKM berlaku dari 3 Juli 2021 hingga kini, ada penurunan kasus 67 persen.
Peningkatan kasus
Di sisi lain, kondisi di luar Pulau Jawa dan Bali tengah disorot karena peningkatan kasus. Kasus di Sumatera Utara naik dari 174 kasus pada 1 Juli 2021 menjadi 1.417 kasus pada 31 Juli 2021. Sulawesi Tengah mencatat 78 kasus di awal Juli 2021 dan 418 kasus di akhir Juli 2021, sementara Sumatera Barat 78 kasus di awal Juli 2021 menjadi 886 kasus di akhir bulan.
Ini mengkhawatirkan. Kalau daerah luar Jawa-Bali dibiarkan dan tidak dilakukan apa pun, maka proyeksi kurvanya ke depan akan naik. (Iwan Ariawan)
”Ini mengkhawatirkan. Kalau daerah luar Jawa-Bali dibiarkan dan tidak dilakukan apa pun, maka proyeksi kurvanya ke depan akan naik,” ucap Iwan.
Staf ahli Kementerian Kesehatan Monica Nirmala mengatakan, tren kasus konfirmasi Covid-19 di luar Jawa-Bali meningkat, bahkan kini melebihi Jawa-Bali. Lima provinsi dengan kasus tertinggi di luar Jawa-Bali adalah Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Riau.
Salah satu faktor penyebabnya adalah mobilitas warga yang masih tinggi. Itu sebabnya mobilitas warga di luar Jawa-Bali perlu diturunkan 30-40 persen.
Monica mengatakan, ada empat strategi untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Pertama, meningkatkan kapasitas tes menjadi 400.000 tes per hari atau tiga kali lipat dari kapasitas tes saat ini. Tes diutamakan kepada suspek dan orang yang menjalin kontak erat dengan orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Kedua, konversi 30-40 persen tempat tidur dari total kapasitas rumah sakit untuk pasien Covid-19 dan menyiapkan tenaga kesehatan. Ketiga, vaksinasi. Keempat, perubahan perilaku masyarakat selama PPKM berlevel.
Salah satu inisiator LaporCovid-19 sekaligus jurnalis Kompas, Ahmad Arif, menekankan pentingnya data yang akurat dan transparan dalam menghadapi pandemi. Data dapat memengaruhi persepsi risiko masyarakat dan menentukan cara masyarakat dalam merespons pandemi.
Hingga kini, data yang tidak sinkron dan tidak sesuai kenyataan lapangan masih ditemukan. Ia mencontohkan data kematian akibat Covid-19 di Malang, Jawa Timur, pada 20 Juni 2021 menunjukkan angka nol. Padahal, menurut data yang dihimpun dari pemakaman setempat, sebanyak 26 orang meninggal pada hari itu dan dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Ia juga menekankan pentingnya memperkuat tes dan lacak. Hal itu bisa dilakukan dengan bantuan teknologi seperti yang dilakukan Singapura dan Korea Selatan. Tes dan pelacakan juga bisa dilakukan secara manual seperti Vietnam.