Pola makan nabati, rendah lemak dan rendah garam, lebih sehat dan aman bagi jantung. Hal itu dibuktikan dari dua penelitian observasional jangka panjang yang melibatkan ribuan perempuan.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·5 menit baca
Rajin makan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan bisa menurunkan risiko penyakit kardiovaskular alias gangguan jantung dan pembuluh darah. Hal itu didapatkan dalam dua penelitian observasional jangka panjang, yakni sepanjang 32 tahun dan 15 tahun.
Jenis penyakit kardiovaskular, antara lain, penyakit jantung koroner (penyempitan pembuluh arteri jantung akibat penumpukan plak), aritmia (detak jantung tidak normal), kardiomiopati (gangguan otot jantung), trombosis vena dalam (penggumpalan darah di pembuluh balik), dan stroke (tersumbat atau pecahnya pembuluh darah di otak). Gangguan kesehatan itu umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan berlemak, kurang serat, kurang gerak, dan merokok.
Dalam dua penelitian terpisah yang diterbitkan di Journal of American Heart Association, 4 Agustus 2021, tim peneliti menganalisis pola makan yang dijalani perempuan. Didapatkan, para perempuan yang sejak muda mengonsumsi makanan nabati yang sehat memiliki risiko lebih rendah mengalami serangan jantung dan penyakit kardiovaskular pada usia paruh baya.
Dalam penelitian pertama, Yuni Choi dan kolega dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Minnesota, Universitas Alabama, dan Universitas California, AS, mengamati dan menganalisis data 4.946 perempuan dewasa yang terdaftar dalam penelitian terjadinya risiko arteri koroner pada dewasa muda (CARDIA). Peserta berusia 18-30 tahun saat pendaftaran pada tahun 1985-1986 dan tidak menderita penyakit kardiovaskular.
Para peserta menjalani pemeriksaan lanjutan dari 1987-1988 hingga 2015-2016 mencakup tes laboratorium, pengukuran fisik, riwayat medis, dan penilaian faktor gaya hidup. Namun, peserta tidak diminta untuk makan makanan tertentu dan tidak diberi tahu nilai mereka terkait pola makan sehingga data pola makan jangka panjang yang dianalisis tidak bias.
Sepanjang masa penelitian, ada 289 peserta menderita penyakit kardiovaskular (serangan jantung, stroke, gagal jantung, nyeri dada terkait jantung, atau penyumbatan arteri di bagian tubuh mana pun).
Pada tahun penelitian ke 0, 7, dan 20, riwayat pola makan rinci dan kualitas pola makan peserta dinilai berdasarkan Skor Kualitas Diet A Priori (APDQS) yang terdiri atas 46 kelompok makanan. Kelompok makanan itu diklasifikasikan berdasarkan hubungan dengan penyakit kardiovaskular sebagai makanan yang bermanfaat (misalnya buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan biji-bijian); makanan yang merugikan (seperti kentang goreng, daging merah tinggi lemak, makanan ringan asin, kue kering, dan minuman ringan); dan makanan netral (kentang, biji-bijian olahan, daging tanpa lemak, dan kerang).
Peserta yang mendapat nilai tinggi ternyata makan berbagai makanan bermanfaat, sedangkan mereka yang memiliki nilai lebih rendah makan lebih banyak makanan yang merugikan. Secara keseluruhan, nilai yang lebih tinggi sesuai dengan pola makan nabati yang kaya nutrisi.
Peserta yang makan lebih banyak makanan nabati yang bermanfaat dan lebih sedikit produk hewani yang merugikan, 61 persen lebih kecil kemungkinannya menderita penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan peserta yang lebih banyak mengonsumsi kelompok makanan yang merugikan.
Setelah mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti usia, jenis kelamin, ras, konsumsi kalori rata-rata, pendidikan, riwayat penyakit jantung orangtua, merokok, dan aktivitas fisik rata-rata, peneliti menemukan, mereka yang mendapat nilai 20 persen teratas pada nilai kualitas pola makan jangka panjang memiliki risiko 52 persen lebih kecil untuk menderita penyakit kardiovaskular. Antara tahun penelitian ke-7 dan ke-20, saat usia peserta berkisar 25- 50 tahun, peserta yang makan lebih banyak makanan nabati yang bermanfaat dan lebih sedikit produk hewani yang merugikan 61 persen lebih kecil kemungkinannya menderita penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan peserta yang lebih banyak mengonsumsi kelompok makanan yang merugikan.
”Orang-orang yang memilih makanan nabati yang alami, tidak banyak diproses, mendapat manfaat bagi kesehatan jantung. Konsumsi makanan nabati tidak harus menjadi vegetarian. Mereka dapat mengosumsi produk hewani dalam jumlah sedang, seperti unggas dan ikan yang tidak digoreng, telur dan susu rendah lemak,” kata Choi sebagaimana dikutip Science Daily, Rabu (4/8/2021).
Hal ini sesuai dengan saran the American Heart Association Diet and Lifestyle Recommendations yang menekankan pola makan sehat berupa konsumsi berbagai buah dan sayuran, biji-bijian, produk susu rendah lemak, unggas dan ikan tanpa kulit, kacang-kacangan dan polong-polongan, serta minyak nabati. Selain itu, menyarankan pembatasan konsumsi lemak jenuh, lemak trans, natrium atau garam, daging merah, permen, dan minuman manis.
Turunkan kolesterol jahat
Penelitian kedua oleh Andrea J Glenn dan kolega dari Kanada, AS, dan Hong Kong, China, mengevaluasi kaitan antara pola makan yang menyertakan portofolio diet makanan nabati untuk menurunkan kadar kolesterol jahat atau kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-C) dan rendahnya kejadian penyakit kardiovaskular pada perempuan pascamenopause.
Diet portofolio berupa kacang-kacangan; protein nabati dari kedelai, polong-polongan atau tahu; serat larut dari gandum, barley, okra, terung, jeruk, apel, dan beri; sterol nabati dari makanan yang diperkaya dan lemak tak jenuh tunggal dari minyak zaitun dan canola serta alpukat. Diet ini juga membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol.
Penelitian melibatkan 123.330 perempuan di AS yang berpartisipasi dalam Women“s Health Initiative, sebuah penelitian nasional jangka panjang yang mengamati faktor risiko, pencegahan, dan deteksi dini kondisi kesehatan serius pada perempuan pascamenopause. Saat mendaftar sebagai peserta penelitian antara 1993 hingga 1998, para perempuan itu berusia 50-79 tahun (rata-rata 62) dan tidak memiliki penyakit kardiovaskular. Peserta penelitian diikuti hingga tahun 2017 (rata-rata 15,3 tahun).
Peneliti menganalisis apakah perempuan pascamenopause yang melakukan diet portofolio lebih sedikit menderita penyakit jantung. Mereka menggunakan data kuesioner frekuensi makanan yang dilaporkan peserta untuk menilai kepatuhan setiap perempuan terhadap diet portofolio.
Hasilnya, perempuan yang melaksanakan diet portofolio memiliki risiko 11 persen lebih kecil untuk mengalami semua jenis penyakit kardiovaskular, 14 persen lebih kecil menderita penyakit jantung koroner, dan 17 persen lebih kecil mengalami gagal jantung dibandingkan dengan perempuan yang lebih jarang mengikuti diet portofolio.
”Kami menemukan respons dosis dalam penelitian. Anda dapat memulai dari yang kecil, menambahkan satu komponen dari diet portofolio pada satu waktu, dan mendapatkan lebih banyak manfaat kesehatan jantung saat menambahkan lebih banyak komponen,” ujar Andrea J Glenn, mahasiswa doktoral di Rumah Sakit St. Michael di Toronto dan Ilmu Gizi Universitas Toronto, Kanada, kepada Science Daily.
Meski bersifat observasional dan tidak dapat secara langsung menetapkan hubungan sebab-akibat antara pola makan dan kejadian kardiovaskular, menurut peneliti, hasil ini memberikan perkiraan yang dapat diandalkan terkait hubungan pola makan dan kesehatan jantung hingga saat ini.
Jadi, tunggu apalagi. Selamatkan jantung Anda dengan makan lebih banyak sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.