WHO Sarankan Pembatasan Mobilitas yang Lebih Ketat
Indonesia disarankan untuk menerapkan pembatasan mobilitas yang lebih ketat menyusul tren kenaikan kasus Covid-19 yang mulai meluas di luar Jawa dan Bali.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan karena telah terjadi di semua provinsi dengan 15 provinsi di antaranya mengalami peningkatan kasus 50 persen atau lebih dan 5 di antaranya di atas 100 persen. Indonesia disarankan memberlakukan pembatasan mobilitas lebih ketat secara nasional untuk mengurangi risiko kematian.
Situasi Covid-19 di Indonesia tersebut dipaparkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan terbarunya yang dirilis pada Rabu (14/7/2021). Lebih banyak kasus berarti lebih banyak rawat inap, beban bagi petugas kesehatan dan sistem kesehatan, serta meningkatkan risiko kematian.
”Ada kebutuhan mendesak untuk menekan penularan Covid-19 dengan fokus pada penerapan kesehatan masyarakat dan tindakan sosial yang ketat, termasuk pembatasan pergerakan di seluruh negeri,” demikian laporan WHO. Selain itu, WHO juga mendorong percepatan vaksinasi, terutama fokus pada peningkatan cakupan pada populasi warga lansia dan berisiko tinggi.
Pada Kamis (15/7/2021), penambahan kasus Covid-19 secara nasional kembali memecahkan rekor tertinggi, yaitu 56.757 kasus baru. Adapun kematian bertambah 982 orang. Sementara jumlah kasus aktif 480.199 orang atau ada penambahan 36.726 dalam sehari.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengatakan, jika 20 persen dari penambahan kasus aktif ini membutuhkan perawatan rumah sakit, artinya dibutuhkan penambahan tempat tidur pasien 7.345 unit.
Padahal, seperti disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, pekan lalu, sebanyak 40 persen dari kasus aktif di Jakarta bergejala sedang hingga berat sehingga membutuhkan perawatan.
Dicky mengingatkan, laju penularan diperkirakan masih akan terus berlanjut mengingat banyak kasus tidak ditemukan karena keterbatasan jumlah tes dan penelusuran yang secara total 128.564 orang dan yang diperiksa dengan polimerase rantai ganda (PCR) 70.141 orang. Dengan jumlah tes ini, angka tingkat positif secara nasional 30,6 persen dan tingkat positif dengan PCR 41,1 persen.
Padahal, di hari pertama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, 3 Juli 2021, hanya ada penambahan 14.138 kasus baru dari 110.983 orang yang di periksa dengan angka tingkat positif 25,2 persen dan yang meninggal 493 orang. Situasi ini, menurut Dicky, menunjukkan situasi Covid-19 di Indonesia yang semakin berbahaya.
Pemodelan yang dilakukan Dicky menunjukkan, jumlah kasus harian di masyarakat saat ini telah mencapai 273.166 kasus. Artinya, ada kesenjangan lebih dari lima kali lipat antara kasus yang ditemukan dan yang diproyeksikan. ”Harus lebih banyak tes, lacak, dan segera isolasi agar laju penularan bisa diturunkan,” ujarnya.
Ada kebutuhan mendesak untuk menekan penularan Covid-19 dengan fokus pada penerapan kesehatan masyarakat dan tindakan sosial yang ketat, termasuk pembatasan pergerakan di seluruh negeri.
Kematian saat isolasi mandiri
Laporan WHO menyebutkan, selama sepekan terakhir, secara rata-rata nasional telah terjadi peningkatan kasus 44 persen dan peningkatan kematian 69 persen. Sebanyak 15 provinsi mengalami peningkatan 50 persen atau lebih. Bahkan, ada lima provinsi dengan peningkatan lebih dari 100 persen, yaitu Nusa Tenggara Barat (200 persen), Gorontalo (194 persen), Maluku (169 persen), Sulawesi Utara (139 persen), dan Kalimantan Utara (107 persen).
Data LaporCovid-19 menyebutkan, tren peningkatan kematian pada pasien Covid-19 di luar rumah sakit juga terus meningkat, yaitu 621 orang. Mereka umumnya meninggal di perjalanan atau saat menjalani isolasi mandiri setelah ditolak rumah sakit yang penuh.
Jawa Barat memiliki kasus kematian pasien Covid-19 di luar rumah sakit terbanyak, yaitu 224 orang, disusul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 107 orang, Jawa Tengah 83 orang, Banten dan Jawa Timur masing-masing 67 orang, serta Jakarta 53 orang. Laporan kematian pasien di luar rumah sakit juga mulai muncul di luar Jawa. Beberapa daerah tersebut, di antaranya Riau, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Barat.
Komandan Posko Dukungan Operasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 DIY Pristawan mengatakan, kematian pasien isolasi mandiri di wilayahnya memang meningkat drastis sejak Juli 2020. ”Karena rumah sakit penuh, pasien isolasi mandiri semakin banyak. Puskesmas sebagai pintu pertama tidak punya pilihan, akhirnya semua pasien, apa pun kondisinya disuruh isoman,” ujarnya.