Ingin Kuat Bertahan Dalam Ketidakpastian? Daya Lenting Kuncinya
Tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana pandemi ini akan berakhir. Dalam kondisi yang serba tidak pasti, seseorang pasti akan merasa resah dan tidak nyaman. Lantas bagaimana cara agar bisa bertahan dalam ketidakpastian?
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
Manusia cenderung menginginkan kepastian. Saat menghadapi situasi yang tidak pasti, munculnya keresahan adalah sesuatu yang wajar. Pandemi adalah salah satu ketidakpastian yang kini banyak dihadapi oleh manusia
Dalam situasi yang tidak pasti seperti saat ini, kita tetap harus mampu mengendalikan diri. Darjanti Kalpita Rahajuningrum, seorang psikolog klinis, membahasnya dalam konseling virtual Sahabat Hati Indonesia, Kamis (16/7/2021).
”Berada dalam ketidakpastian membuat manusia merasa tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman tersebut mendorong munculnya keresahan dalam diri manusia. Tak jarang ada yang menyerah karena capek dan tidak bisa mengelola emosi saat berada dalam ketidakpastian,” ujar Darjanti.
Saat berada dalam ketidakpastian tersebut, tak jarang kita mengalami gangguan psikologis ringan hingga berat. Tanda-tandanya, antara lain, menjadi lebih sensitif, cepat bosan, dan mudah marah.
Darjanti mengatakan, saat ini yang diperlukan ialah kemampuan untuk bisa bertahan dalam ketidakpastian. Karena itu, seseorang harus memiliki daya lenting (resilience) yang baik.
”Daya lenting ini dipengaruhi oleh spiritualitas, self efficacy (keyakinan diri untuk mengatasi masalah), self esteem (pemahaman kekuatan dan kelemahan diri) dan support system (dukungan sosial). Semakin baik empat aspek tersebut, semakin kuat seseorang bertahan pada ketidakpastian,” tutur Darjanti.
Darjanti menambahkan, dalam situasi ketidakpastian, kita tetap harus sadar, bergerak, menstabilkan emosi, membentuk support system, dan mengembangkan diri. Menurut dia, dalam situasi tidak nyaman karena ketidakpastian, seseorang tetap harus sadar pada kondisi dan apa yang ia lakukan.
Dalam situasi tidak nyaman karena ketidakpastian, seseorang tetap harus sadar pada kondisi dan apa yang ia lakukan. (Darjanti Kalpita Rahajuningrum )
Bergerak, lanjut Darjanti, juga diperlukan agar kita tidak larut dalam situasi yang tidak nyaman. Sebisa mungkin menyibukkan diri dan tidak hanya berdiam diri, melamun, atau tidur-tiduran di kamar.
Dalam kesempatan tersebut, Darjanti juga mengajak para peserta konseling untuk melatih diri menstabilkan emosi. Melalui sensing finger temuan dari Dra Tri Iswardani, MSi, Psikolog, Darjanti mengajak peserta untuk memotivasi dirinya masing-masing.
”Dalam ketidakpastian, kita juga perlu untuk tetap membangun support system dengan orang-orang di sekitar kita. Saling mendukung membuat kita dan orang lain lebih mampu berada dalam kondisi sesulit apa pun. Terakhir, kita juga harus tetap mengembangkan diri, bisa dengan membaca buku, mengasah talenta dan sebagainya,” tutur psikolog yang juga aktif pendampingi pasien Covid-19 tersebut.
Konsultasi virtual tersebut juga memberi ruang bagi peserta untuk menyampaikan langsung permasalahan yang dihadapi. Darjanti dengan sigap menjawab satu per satu pertanyaan yang dilayangkan kepadanya.
Salah satu peserta menanyakan apa yang bisa dilakukan bagi para pelaku usaha saat menghadapi kondisi ketidakpastian. Darjanti menjawab, situasi saat ini hendaknya dijadikan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas usaha.
”Dalam kondisi seperti ini, sahabat bisa menenangkan diri untuk kemudian mencari inovasi yang bisa dijadikan solusi. Sahabat mungkin juga bisa membangun support system dengan sesama pelaku usaha lain. Harapannya tentu tidak hanya Anda yang bisa bertahan, justru usaha Anda semakin besar setelah melewati kondisi sulit ini,” tutur Darjanti.
Peserta lain bertanya, bagaimana jika para mahasiswa yang harus belajar di rumah saja mendapatkan support system yang kurang baik dari keluarga. Oleh Darjanti, pertanyaan ini dijawab dengan sangat lugas.
”Kunci utama membangun support system yang baik ialah komunikasi. Komunikasi yang baik menghasilkan support system yang baik. Support system yang baik akan menghasilkan daya lenting yang baik dalam menghadapi ketidakpastian,” tuturnya.
Konseling virtual Sahabat Hati Indonesia tersebut merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh harian Kompas bekerja sama dengan Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada. Paparan dan konseling bersama Darjanti, Kamis (15/7/2021) malam, merupakan bagian kedua dari empat seri webinar konseling virtual.
Malam ini konseling virtual kembali digelar dengan tema ”Merawat Kebugaran Mental Saat Pandemi”. Hadir sebagai konselor, Retno IG Kusuma, seorang psikolog klinis.