Pasokan oksigen di sejumlah rumah sakit terus menipis seiring tingginya kebutuhan untuk pasien Covid-19. Pemerintah diharapkan bisa mengatasi krisis pasokan oksigen ini.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Oksigen sentral di Rumah Sakit Bhina Bhakti Husada, Rembang, Jawa Tengah, telah habis. Sebanyak 80 pasien harus bertahan dengan tabung oksigen yang diperkirakan akan segera habis dalam hitungan jam.
Habisnya oksigen sentral ini disampaikan Direktur Utama RS Bhina Bhakti Husada Bobet Evih Hedi, Kamis (15/7/2021) pukul 09.00 WIB. ”Oksigen sentral sudah habis sejak subuh tadi,” kata Bobet.
Padahal, saat ini masih terdapat 80 pasien di rumah sakitnya yang sangat membutuhkan bantuan oksigen. ”Kami sekarang bertahan dengan 15 tabung. Akan habis dalam hitungan jam,” kata Novita PW, mewakili pemilik Rumah Sakit Bhina Bhakti Husada. ”Kemarin vendor kami janjikan oksigen akan datang subuh ini, tapi sampai habis belum datang.”
Baik Bobet maupun Novita menyatakan sudah mengajukan permintaan bantuan untuk menjamin pasokan oksigen rumah sakitnya sejak pekan lalu. Pada Jumat (9/7/2021), Novita telah mengabarkan bahwa rumah sakitnya membutuhkan pasokan oksigen.
”Kami atas nama RS Bhina Bhakti Husada Rembang butuh bantuan oksigen, Pak. Oksigen tinggal untuk 3-4 hari ke depan, stok di mana-mana habis. Kami satu-satunya RS resmi pembantu RSUD dalam penanganan Covid-19 di Rembang, Pak. Tolong kami,” tulis Novita di akun Twitter-nya, yang ditautkan ke Gubernur Jawa Tengah Gandjar Pranowo dan sejumlah pihak lain.
Menurut Novita, rumah sakitnya juga sudah mengisi permintaan bantuan melalui aplikasi Jateng Oksigen Stock System (JOSS) seperti diminta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. ”Satgas Oksigen di Provinsi Jawa Tengah sebenarnya telah membantu menghubungi vendor. Namun, belum ada hasil, karena para vendor saling lempar, sementara vendor di luar Rembang seperti sungkan untuk memasok,” katanya.
Novita berharap pemerintah bisa turun tangan dengan mengumpulkan para vendor untuk menjamin pasokan oksigen bagi rumah sakit. ”Semua vendor harus dikumpulkan dan membuat komitmen bahwa oksigen di masa kritis ini boleh diisi oleh siapa pun,” katanya.
Satgas Oksigen di Provinsi Jawa Tengah sebenarnya telah membantu menghubungi vendor. Namun, belum ada hasil, karena para vendor saling lempar, sementara vendor di luar Rembang seperti sungkan untuk memasok.
Bobet mengatakan, sudah menghubungi vendor oksigen di luar daerah, termasuk ke Samator Kudus untuk ajukan nota kesepahaman (MoU) dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Sekretaris Daerah Rembang. ”Tapi, pihak mereka masih tidak mau karena tidak enak dengan vendor kita yang di Rembang,” katanya.
Novita khawatir, jika tidak ada aturan dan koordinasi antarvendor, akan terjadi persoalan baru, sebagaimana dialami RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta yang 250 tabung oksigennya ditarik vendor setelah RS PKU Muhammadiyah mengisi tabung tersebut di vendor lain.
Direktur RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta Mohammad Komarudin, sebagaimana ditulis Kompas.com, Selasa (13/7/2021), mengatakan, penarikan tabung oksigen itu buntut peristiwa pada 4 Juli 2021, di mana stok oksigen cair RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta mulai menipis.
Bersamaan dengan krisis oksigen RS Sardjito, RS PKU juga dalam keadaan kritis hitungan jam akan kehabisan oksigen. Akhirnya, mereka menyelamatkan pasien dengan mengisi tabung yang kosong. Namun, konsekuensinya vendor lama menarik tabung oksigen mereka.
Krisis oksigen saat ini juga terjadi di banyak rumah sakit. Sejumlah rumah sakit juga telah menghubungi LaporCovid-19 menginformasikan krisis oksigen yang dialami. Misalnya, Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Kota Blitar dan RSUD Srengat Kabupaten Blitar, Jawa Timur, telah menutup layanan IGD dan tidak menerima pasien baru karena kehabisan oksigen.