Saat isolasi mandiri, menjaga kondisi fisik dan jiwa sama-sama penting. Pasien tidak perlu berpikir yang berat-berat untuk sementara waktu. Cukup pusatkan perhatian pada kesembuhan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·5 menit baca
Saat isolasi mandiri, menjaga kondisi fisik dan jiwa sama-sama penting, apalagi saat kenaikan kasus Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Pasien tidak perlu berpikir yang berat-berat untuk sementara waktu. Cukup pusatkan fokus ke kesembuhan.
Dalam buku The Secret oleh Rhonda Byrne, penyembuhan berkaitan dengan pikiran yang positif dan jernih. Penyembuhan lewat pikiran berjalan selaras dengan konsumsi obat-obatan. Mengontrol pikiran dapat dilakukan setiap orang dalam dirinya, terlepas dari hal yang terjadi di sekitarnya.
Mantra itu setidaknya digunakan Maria F Natalia (34), karyawan swasta di Jakarta, yang terkonfirmasi positif Covid-19 sejak 30 Juni 2021. Hasil tes reaksi rantai polimerasenya (PCR) masih positif hingga kini. Ia juga masih demam dan pilek.
Setiap hari ada orang sakit dan meninggal. Saya jadi enggan menonton berita. Melihat ada yang meninggal akan membuat saya takut. (Dior)
Kondisinya perlahan membaik setelah rutin mengonsumsi obat, makanan bergizi, hingga herbal tradisional. Selain menjaga makanan, ia juga menghindari membaca pesan berantai tentang Covid-19 di grup percakapan Whatsapp. Ia juga membatasi konsumsi berita Covid-19 dan lebih memilih membaca tentang pariwisata.
Hal itu dilakukan agar Natalia tidak stres. Terlebih, kasus Covid-19 di Indonesia per Rabu (14/7/2021) naik 54.517 kasus, tertinggi selama pandemi.
”Saya tidur supaya tidak mikir apa-apa. Belakangan saya tidur seharian dan hanya bangun untuk makan. Waktu jadi berlalu begitu cepat. Selain itu, saya tidur karena merasa sangat lemas,” kata Natalia saat dihubungi, Rabu.
Rasa jenuh selama isolasi juga dilawan. Sebab, bosan jadi salah satu sumber stres, sedangkan stres bisa memperburuk kondisi Natalia. Ia lalu mengusir bosan dengan nonton film, melakukan panggilan video dengan orang-orang terdekat, dan yoga. Pada dasarnya, Natalia berupaya agar pikirannya tetap positif.
Sumber pikiran positif lainnya diperoleh dari keluarga dan sahabat. Dukungan untuknya agar segera sembuh mengalir deras, mulai dari doa, kiriman makanan dan buah, hingga tawaran berlangganan akun Netflix dan Spotify untuk hiburan.
”Persediaan makanan yang saya beli sendiri bahkan belum tersentuh. Tidak sangka banyak yang menyayangi saya. Saya bersyukur memiliki mereka,” katanya.
Manajemen emosi juga dilakukan Dior (36), jurnalis di Jakarta, yang positif Covid-19 sejak awal Juli 2021. Ponselnya tidak lagi digunakan untuk memantau berita, tetapi untuk menonton film. Ia juga membatasi interaksi di grup percakapan daring.
Ia tahu kondisi Indonesia sedang tidak baik. Sebisa mungkin ia menghindari berita tentang Covid-19 yang akhir-akhir ini diisi kabar duka.
”Setiap hari ada orang sakit dan meninggal. Saya jadi enggan menonton berita. Melihat ada yang meninggal akan membuat saya takut,” katanya.
Dior memilih fokus ke kesembuhan dengan mendisiplinkan diri. Saban hari dia berjemur, minum obat, makan makanan bergizi, minum air putih, dan beristirahat. Ia berharap segera sembuh agar tidak menulari orangtuanya.
Dior dan istrinya kini menjalani isolasi mandiri di rumah. Mereka menempati kamar terpisah dengan orangtuanya yang negatif Covid-19. Hal ini mendorong seluruh penghuni rumah ikut disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Menurut Buku Panduan Isolasi Mandiri oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri harus memeriksa suhu tubuh di pagi dan sore hari, rutin memeriksa saturasi oksigen dan frekuensi nadi, memantau laju napas, serta mengonsumsi makanan bergizi.
Apabila isolasi mandiri dilakukan di rumah, pasien mesti tinggal di ruangan terpisah dengan penghuni rumah yang tidak sakit Covid-19, memakai masker, mencuci alat makan sendiri, dan memisahkan cucian kotor dengan milik penghuni rumah lain. Pasien juga disarankan berjemur matahari selama 10-15 menit pada pukul 10.00-13.00, rutin mencuci tangan, dan berolahraga 3-5 kali seminggu.
”Selain itu, saya juga membaca firman Tuhan untuk menguatkan diri. Saya sempat mengkhawatirkan soal rezeki selama sakit. Tapi, dari firman saya yakin pasti dicukupkan Tuhan,” ujar Dior.
Sementara itu, pekerja honorer di kantor pemerintah Anissa Dini (27) membuat rutinitas selama isolasi mandiri di sebuah hotel. Pagi adalah waktunya berjalan kaki mengelilingi hotel, berjemur, kemudian berkonsultasi dengan dokter. Sisa harinya dihabiskan dengan membaca buku, menonton, menghubungi teman-teman, dan beristirahat.
Kondisi pandemi di Indonesia yang memburuk beberapa pekan terakhir membuat Anissa tidak tenang. Kendati demikian, ia tetap fokus menjalani isolasi mandiri hingga dua pekan.
”Mungkin cara saya agar tidak stres adalah dengan terus berkomunikasi dengan teman-teman yang sakit Covid-19 bergejala berat. Ini supaya saya bisa selalu tahu perkembangan mereka dan berusaha membantu sebisa mungkin,” ucap Anissa.
Olah kecemasan
Menurut Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Indria Laksmi Gamayanti, kecemasan menghadapi pandemi adalah hal wajar. Namun, kecemasan perlu diolah agar tidak berlebihan dan menyebabkan depresi.
Orang yang mengalami emosi negatif mesti menyadari emosi itu dan menamainya, seperti cemas, kesal, dan takut. Setelahnya, seseorang perlu menerima dan memahami emosi tersebut. Pemahaman bisa muncul salah satunya dengan berdialog dengan diri sendiri. Setelahnya, seseorang baru bisa mengelola emosi itu dan mengekspresikannya dengan tepat, seperti memasak, menggambar, dan berkebun.
”Upaya pertama untuk mengelola kondisi psikologis negatif adalah self-help, seperti mengerjakan hal positif dan produktif. Yang penting tidak berdiam diri. Bisa juga melakukan self-talk, memberi afirmasi positif ke diri sendiri, serta mengolah tubuh untuk meningkatkan kebugaran dan imunitas,” kata Indria pada pertemuan daring akhir pekan lalu.
Hasil Survei Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19 dari WHO Infografik Kompas.id Kesehatan
Cara lain melepas kecemasan adalah dengan relaksasi napas dan otot. Apabila kecemasan belum juga teratasi, Indria mengimbau untuk melakukan konsultasi dengan psikolog. Pasien yang menjalani isolasi mandiri diharapkan tidak hanya sehat raga, tetapi juga jiwanya.
Di sampul belakang buku The Secret tertulis, ”Berpikir positif, maka kita akan mendapat sesuatu yang juga positif.” Semoga yang positif bukan lagi hasil tes PCR....