Secara prinsip tidak ada masalah dengan pencampuran vaksin Covid-19, terutama jika ditujukan pada tenaga kesehatan dan teknisi laboratorium. Hal ini telah dilakukan Pemerintah Thailand.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Thailand mengubah kebijakan vaksinnya untuk mencampur vaksin Sinovac dengan AstraZeneca dalam upaya meningkatkan perlindungan. Pencampuran vaksin ini perlu dipertimbangkan di Indonesia mengingat banyaknya tenaga kesehatan yang terinfeksi dan meninggal sekalipun sudah mendapatkan vaksin Sinovac.
Keputusan Thailand itu muncul setelah ratusan tenaga kesehatan mereka terinfeksi Covid-19 meskipun sudah divaksinasi lengkap dengan Sinovac. Seperti dilaporkan BBC pada Senin (12/7/2021), penduduk Thailand yang sudah mendapatkan suntikan pertama Sinovac akan mendapatkan AstraZeneca untuk dosis kedua.
Untuk petugas kesehatan yang sudah divaksinasi dua dosis dengan Sinovac akan mendapatkan suntikan ketiga dengan AstraZeneca atau vaksin lain berbasis mRNA, seperti Pfizer dan Moderna. Dosis ketiga ini akan diberikan tiga sampai empat minggu setelah suntikan Sinovac kedua mereka.
Laporan Kementerian Kesehatan Thailand menyebutkan, lebih dari 677.000 tenaga kesehatan mereka yang divaksinasi penuh dengan Sinovac, sebanyak 618 orang di antaranya terinfeksi antara April dan Juli. Satu perawat telah meninggal dan satu staf medis masih dalam kondisi kritis.
Menurut penelitian terbaru di Chile yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada 7 Juli 2021, vaksin Sinovac memiliki tingkat kemanjuran 65,9 persen terhadap Covid-19, efektif 87,5 persen mencegah rawat inap, dan 86,3 persen efektif mencegah kematian.
Tidak masalah
Ahli biologi molekuler yang juga dosen Pascasarjana Program Magister Biomedik Universitas Yarsi Ahmad Rusdan Utomo, di Jakarta, Kamis (14/7/2021), mengatakan, secara prinsip tidak ada masalah dengan pencampuran vaksin, terutama jika ditujukan pada tenaga kesehatan dan teknisi laboratorium. ”Hanya saja perlu diikuti dengan pendataan, apakah memang ada sinergi antara vaksin inaktivasi seperti Sinovac dengan vaksin mRNA,” ujarnya.
Secara prinsip tidak ada masalah dengan pencampuran vaksin, terutama jika ditujukan kepada tenaga kesehatan dan teknisi laboratorium. (Ahmad Rusdan Utomo)
Ahmad mengatakan, data yang ada tentang pencampuran vaksin sejauh ini baru antara AstraZeneca dan vaksin berbasis mRNA. ”Maka, yang dilakukan Thailand ini bisa jadi pembelajaran penting untuk pengkajian lebih lanjut,” ujarnya.
Ahmad menyarankan dilakukan kajian lebih lanjut mengenai efektivitas perlindungan vaksin Sinovac di Indonesia, khususnya untuk para tenaga kesehatan, sebagai data dasar. ”Jadi, kita belum bisa menyimpulkan bahwa Sinovac tidak berguna hanya karena ada tenaga kesehatan yang terinfeksi atau meninggal meski sudah divaksin. Perlu segera dianalisis,” ujarnya.
Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman David Handojo Muljono mengatakan, pencampuran vaksin merek yang berbeda telah diteliti di Eropa. Kajian yang dipublikasikan secara daring dan dimuat juga di Nature pada Mei 2021 ini menyebutkan, memvaksinasi orang dengan vaksin AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech menghasilkan respons kekebalan yang kuat terhadap virus SARS-CoV-2.
Hasil awal dari uji coba ini dilakukan terhadap lebih dari 600 orang di Spanyol dan menjadi yang pertama menunjukkan manfaat menggabungkan berbagai vaksin virus korona. Uji coba di Inggris dengan strategi serupa melaporkan data keamanan minggu lalu, tetapi masih menunggu hasilnya.
Data LaporCovid-19 menyebutkan, jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal karena Covid-19 sebanyak 1.245 orang dengan penambahan 159 orang selama Juli 2021. Jumlah ini merupakan rekor kematian nakes tertinggi.
Sebelumnya rekor tertinggi kematian nakes karena Covid-19 terjadi di bulan Januari 2021 dengan 158 orang meninggal, disusul Desember 2020 dengan 140 orang meninggal. Kematian nakes menunjukkan penurunan setelah Februari 2021 dan mencapai titik terendah pada April dengan 11 orang meninggal.
Sejauh ini belum ada data yang rinci mengenai status vaksinasi nakes yang meninggal ini. Namun, seperti disampaikan Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, dari 61 dokter yang meninggal dari Februari hingga awal Juni 2021, 14 orang telah divaksin lengkap. Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, dari 29 perawat yang meninggal sejak Mei-Juni 2021, sebanyak 10 orang sudah divaksin lengkap, 17 orang tidak divaksin karena komorbid, dan 2 orang belum ada datanya.
Ahmad mengatakan, kajian di Chile menunjukkan, vaksin Sinovac dosis pertama tidak menunjukkan adanya perlindungan terhadap Covid-19. ”Proteksi baru terlihat setelah dosis kedua. Secara imunologi, sel B perlu waktu untuk kondisi sehat yang fit untuk produksi antibodi,” ujarnya.
Menurut Ahmad, sejauh ini juga belum ada kajian mengenai kemampuan vaksin Sinovac terhadap varian Delta. ”Indonesia menjadi spot yang penting sebenarnya untuk analisis efektivitas Sinovac melawan Delta. Hanya saja, informasi ini di Indonesia sulit dilakukan karena persoalan pendataan yang buruk,” ujarnya.