Permintaan Plasma Konvalesen Meningkat, Antrean hingga 3.000 Orang
Saat ini permintaan plasma konvalesen mencapai 3.000 antrean secara nasional. Karena itu, dibutuhkan jumlah donor khusus dari penyintas Covid-19 agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
Oleh
mawar kusuma wulan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sehari menjelang implementasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat Jawa dan Bali, Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla berkunjung ke Unit Donor Darah PMI DKI Jakarta untuk meninjau proses pelaksanaan donor plasma konvalesen. Saat ini, permintaan plasma konvalesen mencapai 3.000 antrean secara nasional.
Kunjungan Kalla ini bertujuan untuk memastikan kesiapan PMI dalam melayani proses donor darah plasma konvalesen. Apalagi, saat ini, permintaan plasma konvalesen terus meningkat. ”Kita ingin melihat dan memastikan kemampuan PMI dalam melayani proses plasma darah konvalesen karena tingginya permintaan,” kata Kalla melalui keterangan tertulis, Jumat (2/7/2021).
Seiring dengan tingginya permintaan, dibutuhkan jumlah donor khusus dari penyintas Covid-19 agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Kalla yang didampingi Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said menjelaskan, di seluruh Indonesia ada 237 unit donor darah dengan 42 di antaranya mampu menyelenggarakan donor plasma.
”PMI juga memiliki 81 unit aferesis yang bisa mengolah plasma. Kapasitasnya bisa mencapai 1.000 donor per bulan. Saat ini yang diharapkan adalah kerelaan penyintas Covid-19 untuk menjadi donor plasma konvalesen. Peralatan kami siap,” ucap Kalla.
Sejauh ini, jumlah plasma darah yang telah disalurkan PMI sudah mencapai sekitar 48.000 kantong. Potensi donor plasma di Indonesia relatif besar karena terdapat 1,8 juta penyintas Covid-19 di Indonesia.
Dihubungi secara terpisah, CEO dan pendiri aplikasi donor darah Reblood, Leonika Sari, mengatakan, pihaknya turut membantu PMI dalam publikasi mengenai informasi seputar donor plasma konvalesen lewat aplikasi, laman situs web, dan media sosial Reblood.
”Kami blast pesan untuk mengajak donor plasma konvalesen, kepada lebih dari 50.000 user Reblood. Publikasi lokasi donor plasma konvalesen tidak hanya di PMI, tetapi juga di instansi yang membuka pendaftaran screening plasma konvalesen,” ujar Leonika.
Terkait krisis kebutuhan plasma ini, Reblood sempat kerepotan. Penyintas yang mendapatkan transfusi plasma pada saat dirawat di rumah sakit, misalnya, perlu menunggu beberapa bulan untuk bisa donor plasma konvalesen. Penyintas yang sedang menjalani vaksinasi harus menunggu minimal dua minggu setelah vaksin kedua untuk bisa donor plasma konvalesen. Jika baru vaksin pertama, mereka tidak bisa donor.
Penyintas yang sudah sembuh berbulan-bulan lalu juga tak bisa donor plasma lagi karena titer antibodi tak cukup saat dilakukan penapisan oleh PMI. Beragam kendala itu dialami ratusan donor plasma konvalesen yang terdata di Reblood.
”Kondisi jadi serba salah karena pemerintah sedang gencar vaksinasi usia 18 tahun ke atas, sedangkan jika vaksinasi, tak bisa donor plasma konvalesen maupun donor darah biasa,” tambahnya.
Leonika juga menyebutkan jumlah mesin belum mencukupi ketika terjadi lonjakan kasus harian Covid-19 seperti saat ini. Apalagi permintaan datang dari berbagai daerah dan tidak banyak unit donor darah yang bisa memproses plasma konvalesen. Akibatnya, banyak pasien yang harus masuk antrean, yang mungkin bisa dua minggu kemudian baru terlayani.
Reblood juga sudah mendapat banyak pesan dari pasien yang membutuhkan plasma konvalesen, tetapi saat dihubungi sudah meninggal sebelum mendapat plasma.
Saat ini Reblood bekerja sama dengan organisasi nonprofit untuk meningkatkan minat masyarakat dalam donor plasma, dengan memberikan reward sebagai bentuk apresiasi bagi donor.
Di Surabaya, misalnya, Reblood bekerja sama dengan Paguyuban Tulang Rusuk Surabaya dalam menyediakan undian motor serta voucer belanja bagi donor plasma konvalesen di Surabaya. ”Agar lebih banyak yang datang donor plasma di PMI sehingga mengurangi antrean yang menumpuk saat ini,” ucapnya.
Leonika berharap, instansi, organisasi, atau perusahaan di daerah lain ikut bergerak, salah satunya dengan mengadakan donor plasma dengan reward menarik yang ditujukan untuk anggota, karyawan, dan publik. Tidak hanya plasma konvalesen, saat ini stok darah biasa juga sudah menipis.
”Donor darah memang aktivitas sosial dan kemanusiaan. Namun, melihat kondisi saat ini banyak penyintas yang ekonominya juga sedang sulit selama pandemi, agak sulit jika kita hanya melakukan imbauan. Karena itu, harus dibarengi dengan sedikit apresiasi berupa reward,” ujar Leonika.