Faktor Perilaku Manusia Lebih Dominan dalam Penularan Covid-19
Faktor perilaku manusia dan kebijakan yang ditempuh sebagai respons atas pandemi lebih dominan dalam memicu penularan Covid-19 yang lebih luas dibandingkan dengan faktor lingkungan seperti suhu dan kepadatan penduduk.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian terbaru menunjukkan bahwa faktor lingkungan seperti perubahan suhu lingkungan dan kepadatan penduduk berperan dalam penularan Covid-19. Sekalipun demikian, faktor perilaku manusia, seperti pembatasan mobilitas lebih berperan dalam pengendalian penularan.
Studi yang dipimpin oleh para peneliti Imperial College London (ICL) dan diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada Kamis (10/5/2021) ini menunjukkan peran kondisi lingkungan dalam penularan SARS-CoV-2, virus di balik Covid-19.
Dalam kajian ini, ditemukan bahwa suhu musim gugur dan musim dingin yang lebih rendah dapat menyebabkan virus menyebar lebih mudah. Pengaruh lingkungan ini juga terjadi dengan virus lain, seperti virus flu dan virus korona lainnya.
Suhu tinggi dan kelembaban rendah mengurangi penularan melalui tetesan pernapasan sehingga mencegah penyebaran flu. Suhu tinggi juga diketahui menonaktifkan virus korona lain di udara dan di permukaan.
Sekalipun demikian, menurut Tom Smith, penulis pertama studi ini dari Departemen Ilmu Hayati di ICL, perubahan suhu memiliki efek yang jauh lebih kecil pada penularan daripada intervensi kebijakan. ”Jadi, sebelum semua orang divaksinasi, pemerintah tidak boleh melonggarkan kebijakan penguncian dan mengabaikan menjaga jarak hanya karena cuaca sedang memanas,” katanya.
Menurut Smith, mengukur efek faktor lingkungan termasuk suhu, kelembaban, dan radiasi ultraviolet (sinar matahari) pada penularan SARS-CoV-2 menjadi sulit selama pandemi. Hal ini karena faktor manusia seperti kepadatan penduduk dan perilaku telah menjadi pendorong utama penularan.
Ketika kita bergerak menuju musim panas di belahan Bumi utara, kebijakan kesehatan masyarakat tetap sangat penting untuk pengendalian epidemi dan kepatuhan terhadap rekomendasi akan terus memainkan peran kunci terhadap penularan SARS-CoV-2.
Perbedaan intervensi dan penghitungan kasus antara negara dan wilayah juga membuat membandingkan faktor lingkungan dalam skala global menjadi sulit. Beberapa negara seperti Brasil, India, Iran, Indonesia memiliki penularan yang tinggi meskipun memiliki iklim yang lebih panas.
Akibatnya, beberapa model epidemiologi mengasumsikan respons SARS-CoV-2 identik dengan virus korona lain. Untuk mengisi celah ini, tim peneliti dari ICL bekerjasama dengan Imperial\'s MRC Centre for Global Infectious Disease Analysis, dan Utah State University, membandingkan penularan di seluruh Amerika Serikat. Negara ini memiliki berbagai macam iklim dengan kebijakan dan jumlah kasus yang sebanding, yang memungkinkan dampak faktor lingkungan dihilangkan.
Faktor Perilaku
Mereka menemukan bukti kuat bahwa suhu yang lebih rendah dan kepadatan penduduk yang lebih tinggi meningkatkan risiko penularan SARS-CoV-2. Anggota tim peneliti dari ICL, Will Pearse mengatakan, ”Meskipun suhu dan kepadatan penduduk memengaruhi penularan SARS-CoV-2, temuan kami menegaskan kembali bahwa pendorong terpenting adalah kebijakan publik dan perilaku individu. Hal itu, misalnya, selama pembatasan, faktor suhu dalam penularan menjadi tidak signifikan lagi.
”Ini berarti, misalnya, daerah yang lebih hangat seharusnya tidak berharap untuk mengurangi pembatasan mobilitas sebelum daerah yang lebih dingin. Apalagi, daerah yang lebih hangat cenderung memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi, misalnya, populasi di Florida lebih padat daripada di Minnesota,” kata dia.
Anggota tim peneliti, Ilaria Dorigatti mengatakan, pada fase awal pandemi, tempat-tempat dengan suhu lebih dingin dikaitkan dengan transmisi SARS-CoV-2 yang lebih tinggi. Namun, efek musim dan iklim pada penularan SARS-CoV-2 lebih lemah daripada efek kepadatan penduduk dan pada gilirannya, intervensi kebijakan.
”Ini menyiratkan bahwa, ketika kita bergerak menuju musim panas di belahan Bumi utara, kebijakan kesehatan masyarakat tetap sangat penting untuk pengendalian epidemi dan kepatuhan terhadap rekomendasi akan terus memainkan peran kunci terhadap penularan SARS-CoV-2,” katanya.
Para peneliti menyimpulkan, tidak ada penyebab dan solusi tunggal untuk mengatasi pandemi Covid-19 saat ini. Semua faktor harus dijalankan secara proporsional. Hal itu, misalnya, lingkungan (termasuk kepadatan penduduk) dan cuaca harian dapat berperan dalam penularan SARS-CoV-2.
Namun, pendorong utama penularan, dan metode terbaik untuk mengendalikannya, adalah kebijakan publik. ”Ketika langkah-langkah kebijakan publik yang ketat diterapkan, efek transmisi dari penggerak lingkungan dapat diabaikan. Oleh karena itu, sementara SARS-CoV-2 dapat menunjukkan variasi musiman dan spasial dalam tingkat penularannya, efek ini dapat dikurangi melalui intervensi kesehatan masyarakat,” kata para peneliti.