Jumlah vaksin yang cukup, distribusi yang lancar, dan vaksinasi yang masif menjadi kunci keberhasilan program vaksinasi Covid-19. Dengan stoknya yang terbatas, vaksin diberikan dengan skala prioritas dan bertahap.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski bukan kunci utama dalam penanganan Covid-19, vaksinasi menjadi satu langkah pencegahan yang tetap harus dijalankan secara optimal. Pemenuhan kebutuhan vaksin baik untuk vaksinasi program pemerintah maupun vaksinasi Gotong Royong dilakukan secara bertahap.
Agar program vaksinasi berjalan lancar, tidak hanya jumlah vaksin yang harus dipastikan cukup tetapi juga kelancaran distribusi dan pemberiannya kepada masyarakat.
Kepala Divisi Ritel dan Pelayanan PT Bio Farma Mahsun Muhammadi di Jakarta, Selasa (8/6/2021), mengatakan, jumlah vaksin yang tersedia saat ini diharapkan bisa cukup untuk mencapai target satu juta penyuntikan per hari. Namun, kelancaran vaksinasi tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan dosis vaksin saja.
”Yang perlu diatasi dalam proses vaksinasi yaitu jumlah vaksin yang cukup, distribusi vaksin, dan pelaksanaan vaksinasi. Tiga hal penting ini tentunya yang harus disiapkan bersamaan agar pelaksanaan vaksinasi bisa berjalan dengan baik,” katanya.
Untuk vaksinasi program, stok vaksin yang tersedia adalah vaksin Covid-19 yang diproduksi PT Bio Farma dari bulk Sinovac serta vaksin jadi dari AstraZeneca. Sementara vaksinasi Gotong Royong menggunakan vaksin Covid-19 buatan Sinopharm.
Jumlah vaksin Covid-19 Sinopharm yang sudah diterima saat ini sebanyak 500.000 dosis. Menurut rencana, sebanyak satu juta dosis akan dikirimkan kembali oleh Sinopharm pada 10-16 Juni 2021. ”Kita akan atur sedemikian rupa agar dua program ini bisa saling mendukung sehingga kecepatannya secara kumulatif bisa sesuai target,” ujar Mahsun.
Prioritas
Guru Besar Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Pratiwi Pudjilestari Sudarmono menyampaikan, pemberian vaksin yang ketersediaannya terbatas membutuhkan prioritas. Program vaksinasi Covid-19 yang berjalan di Indonesia kini dinilai sudah sistematis dan terjadwal.
Hal itu tampak dari penentuan prioritas penerima vaksin yang diawali oleh tenaga kesehatan dan warga lansia. Usia mulai dari 50 tahun pun kini sudah bisa mendapatkan vaksin di sejumlah daerah. Karena itu, masyarakat yang telah mendapatkan giliran untuk divaksin diharapkan bisa segera menerimanya.
”Ada dua cara agar terhindar dari Covid-19, yakni melakukan 3M atau protokol kesehatan secara kuat dan vaksinasi. Jika ada kesempatan untuk mendapatkan vaksinasi, segeralah divaksinasi jangan pilih-pilih vaksin karena vaksin yang sudah mendapat izin izin penggunaan darurat itu aman dan efektif,” kata Pratiwi.
Namun, menjelang pembelajaran tatap muka bulan Juli nanti, minimnya cakupan imunisasi Covid-19 bagi guru dan tenaga kependidikan memicu kekhawatiran sejumlah organisasi profesi guru.
”Guru paham bahwa ada ancaman learning loss yang besar. Namun, ironinya vaksinasi guru di daerah berjalan lamban. Kami mendesak agar vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan dipercepat,” kata Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Perkumpulan Pendidik dan Guru Indonesia, beberapa waktu lalu.
Selain itu, edukasi dan sosialisasi terkait vaksin memakai bahasa yang mudah dimengerti dan bisa meyakinkan masyarakat juga perlu terus digencarkan.
Pendekatan budaya bisa dijalankan sesuai dengan kondisi di setiap wilayah. ”Karena daerah kita terdiri dari berbagai etnis ragam budaya jadi memang (edukasi) masuk lewat budaya menjadi penting. Edukasi ini bagian dari kunci vaksinasi massal di Indonesia,” ujar Pratiwi.
Ada dua cara agar terhindar dari Covid-19, yakni melakukan 3M atau protokol kesehatan secara kuat dan vaksinasi. Jika ada kesempatan untuk mendapatkan vaksinasi, segeralah divaksinasi jangan pilih-pilih vaksin karena vaksin yang sudah mendapat izin izin penggunaan darurat itu aman dan efektif.
Immunization Officer Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia, Olivi Silalahi, menambahkan, masyarakat juga perlu sadar bahwa vaksinasi merupakan salah satu alat untuk menjaga sistem kesehatan masyarakat bisa tetap bertahan di tengah situasi pandemi. Tujuan vaksinasi yaitu agar beban kesehatan bisa dikurangi.
”Jadi, vaksinasi ini untuk menyelamatkan nyawa terutama pada kelompok risiko. Karena itu, vaksin yang dijalankan juga perlu dibarengi dengan penguatan pada 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) serta 3T (tes, lacak, dan isolasi). Semua harus dijalankan bersamaan,” tuturnya.
Vaksinasi di daerah
Sejumlah daerah di Indonesia kini menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Sebagai provinsi kedua dengan kenaikan kasus Covid-19 tertinggi tiga pekan setelah Lebaran Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kepulauan Riau memperbanyak lokasi karantina terpadu dan mengebut vaksinasi di seluruh kabupaten/kota.
Hingga kini, jumlah warga yang sudah divaksinasi 230.000 orang. Jumlah itu masih jauh dari target vaksinasi Pemprov Kepri, yakni 700.000 orang pada akhir Juni 2021.
”Kami terus berupaya mempercepat vaksinasi di semua kabupaten/kota. Saat ini, warga yang bersedia bisa langsung mendatangi puskesmas terdekat untuk divaksinasi,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kepri Mohammad Bisri.
Kepri masih memiliki persediaan 140.000 dosis vaksin AstraZeneca. Bisri menyatakan, seluruh stok vaksin tersebut harus habis diberikan kepada warga paling lambat dalam dua minggu ke depan.
Pada 5 Juni, Wakil Gubernur Kepri Marlin Agustina menyatakan, pihaknya berharap pasokan vaksin dari pemerintah pusat dapat terus lancar agar vaksinasi di Kepri bisa dipercepat. Ia juga berharap warga dapat proaktif dan tidak takut mendatangi puskesmas terdekat untuk divaksinasi.
Meski demikian, Marlin mengimbau agar warga yang sudah divaksin tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Pembatasan mobilitas, penggunaan masker, dan kedisiplinan menjaga jarak tetap menjadi yang utama dalam menghindari penularan Covid-19.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur Messerasi Ataupah menyampaikan, cakupan vaksinasi Covid-19 di NTT masih rendah. Ini disebabkan keterbatasan pasokan vaksin dari Kementerian Kesehatan. Dari target vaksinasi sekitar 400.000 warga, baru tercapai sekitar 160.000 orang.(NDU/KOR)