Setelah libur Lebaran, penularan Covid-19 meluas hingga bermunculan kluster permukiman di sejumlah daerah. Untuk mengendalikan penyebaran kasus, tes lacak dan isolasi kasus harus diintensifkan.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kluster Covid-19 yang bermunculan di lingkungan permukiman menunjukkan tingginya tingkat penularan penyakit ini di komunitas. Butuh pelacakan yang masif untuk memutus rantai penularan ini agar kasus Covid-19 tidak terus membesar hingga melebihi kapasitas layanan fasilitas kesehatan.
”Kluster di lingkungan permukiman menunjukkan Covid-19 telah menyebar antarkeluarga, terutama dipicu oleh aktivitas kumpul bersama selama musim liburan dan perayaan Idul Fitri kemarin,” kata epidemiolog di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, Kamis (27/5/2021).
Munculnya kluster-kluster pemukiman juga menandai kian longgarnya kesadaran warga menerapkan protokol kesehatan. Padahal, di saat yang sama telah terjadi transmisi lokal sejumlah varian baru yang lebih menular.
Iwan menambahkan, cakupan vaksinasi Covid-19 sejauh ini belum bisa efektif mencegah penularan. ”Vaksin mungkin bisa berguna menekan tingkat kematian, tetapi tidak bisa untuk menekan laju penularan. Cakupannya masih terlalu kecil, apalagi vaksin belum untuk masyarakat umum,” katanya.
Sejumlah kluster pemukiman telah terdeteksi di sejumlah daerah, antara lain, RT 003 RW 003 Kelurahan Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur dan RT 004 RW 002 Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kemudian di Perumahan Griya Melati, Bubulak, Bogor Barat, Kota Bogor; di Dusun Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta; serta di Desa Bangungalih, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Kluster di lingkungan permukiman menunjukkan Covid-19 telah menyebar antarkeluarga. Terutama dipicu oleh aktivitas kumpul bersama selama musim liburan dan perayaan Idul Fitri kemarin.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengatakan, penularan di komunitas merupakan tingkat penularan tertinggi dari penyakit menular. ”Saya khawatir penularan di lingkungan perumahan ini hanya sebagian kecil yang ditemukan karena di sebagian besar daerah, utamanya di luar Jawa, kapasitas tes kita masih sangat kecil,” katanya.
Kemunculan kluster penularan menambah tingginya kasus Covid-19 harian di Indonesia. Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan kasus harian di Indonesia pada Kamis (27/5/2021) mencapai 6.278. Ini merupakan penambahan kasus harian tertinggi dalam 20 hari terakhir.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, tren kasus positif Covid-19 mulai meningkat sejak satu minggu setelah libur Lebaran 2021 sebesar 32,01 persen. Peningkatan ini juga terjadi pada kasus meninggal yang naik sebesar 5,80 persen.
”Dari hasil evaluasi analisis data berdasarkan pengalaman liburan selama ini, puncak kasus biasanya teramati setelah 6-7 minggu seusai puncak mobilitas penduduk. Dengan begitu, pola peningkatan mulai terjadi minggu ini pada 23-28 (Mei) dan akan mengalami puncaknya pada pertengahan Juni,” tutur Dante dalam acara Rapat Kerja Komisi IX DPR RI di Jakarta.
Dante menuturkan, tren peningkatan kasus ini perlu diiringi dengan pemeriksaan dan pelacakan kasus yang masif. Namun, sebagian besar provinsi masih lemah dalam hal tersebut. Dari 34 Provinsi di Indonesia, hanya ada satu provinsi yang memiliki kapasitas respons kontak erat sedang, dengan kontak 5-9 orang dari satu kasus terkonfirmasi, yakni Provinsi Sumatera Utara. Sementara 33 provinsi lainnya memiliki rata-rata kontak erat per kasus kurang dari lima orang. Menurut Dante, kondisi ini akan ditingkatkan dengan mengerahkan kader puskesmas.
Belum berakhir
Saat memberikan arahan kepada seluruh kepada daerah se-Jawa Barat di Istana Bogor pada Kamis kemarin, Presiden Joko Widodo meminta penanganan Covid-19 lebih maksimal sehingga meningkatkan ekonomi daerah.
”Bapak Presiden menyampaikan bahwa ancaman belum berakhir. Bapak Presiden mengingatkan agar kepala daerah se-Jawa Barat bersama Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) tidak lengah, dan antisipasi jangan sampai terjadi ledakan seperti di India,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya di Balai Kota Bogor.
Untuk itu, lanjut Bima, Presiden Jokowi meminta para kepala daerah dan Forkopimda untuk fokus mempelajari data-data, seperti indikator, angka BOR (bed occupancy ratio), positivity rate, dan semuanya terkait penanganan pandemi Covid-19.
Untuk mencegah penularan Covid-19 meluas di Bogor, Bima menyampaikan akan berupaya maksimal menjalankan permberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro yang sudah berjalan selama ini.
Sementara itu, Kota Cirebon menjadi satu-satunya daerah di Jawa Barat yang memiliki risiko tinggi penyebaran Covid-19 atau zona merah. Pemerintah Kota Cirebon pun meningkatkan tes Covid-19 dan pengawasan terhadap penegakan protokol kesehatan.
Di Sumatera, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mempercepat vaksinasi Covid-19 di pulau-pulau terluar dengan menugaskan lima vaksinator di setiap kecamatan. Targetnya, 50 persen populasi telah divaksinasi pada akhir Juni 2021.(AIK/TAN/GIO/NDU/IKI)