Kasus aktif dan kematian akibat Covid-19 meningkat setelah libur Lebaran. Itu seiring dengan peningkatan mobilitas warga dan munculnya varian baru. Kewaspadaan perlu ditingkatkan.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus aktif akibat Covid-19 di Indonesia meningkat seusai libur Lebaran. Situasi tersebut berdampak pada peningkatan keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan. Untuk itu, kapasitas fasilitas kesehatan mesti ditambah, dibarengi dengan peningkatan pelacakan, pemeriksaan, dan karantina pada masyarakat yang tiba dari luar daerah.
Selain itu, kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan jangan sampai kendur. ”Tidak boleh longgar. Setiap hari harus diingatkan. Bahkan, setiap jam, setiap menit, harus ada kelompok masyarakat yang saling mengingatkan,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (24/5/2021).
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat, kasus aktif Covid-19 di Indonesia pada 24 Mei 2021 mencapai 5,24 persen, meningkat daripada 19 Mei 2021, yakni 5,01 persen. Sementara angka kesembuhan turun dari 92,22 persen pada 18 Mei 2021 menjadi 91,97 persen pada 24 Mei 2021.
Di sejumlah daerah, kasus Covid-19 terus bertambah, antara lain di Malang dan Surabaya, Jawa Timur, serta Palembang, Sumatera Selatan. Di Surabaya, 12 penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Penjaringan Sari terjangkit Covid-19. Mereka dirawat sekaligus menjalani isolasi mandiri di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Doni mengatakan, Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. Strategi pemanfaatan PPKM mikro mesti dioptimalkan. Posko diharapkan menjabarkan program pemerintah terkait dengan karantina mandiri bagi mereka yang baru kembali dari bepergian.
”Apabila ada lima rumah yang (anggotanya) positif Covid-19, inisiatif melakukan micro lockdown skala RT (rukun tetangga) dilaksanakan,” kata Doni. Kerja sama di daerah perlu digalang, termasuk gotong royong membantu warga yang terpapar Covid-19 agar tidak mengalami kondisi kritis.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menuturkan, ada beberapa penyebab peningkatan kasus Covid-19 setelah Lebaran. Salah satunya mobilitas warga meningkat hingga beberapa pekan ke depan. Empat hari terakhir peningkatan kasus baru di atas 5.000 orang. ”Dari perhitungan kami, peningkatan kasus sampai pertengahan Juni nanti,” ujarnya.
Selain itu, Kementerian Kesehatan mengidentifikasi ada mutasi baru SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, dari India, Afrika, dan Inggris dengan total 54 kasus. Rinciannya, 35 kasus varian dari luar Indonesia dan 19 kasus lokal. ”Jadi, ada penyebaran secara internal varian itu. Kombinasi mobilisasi dan mutasi virus menyebabkan kasus ini akan meningkat,” kata Dante.
Keterisian rumah sakit
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Nasional Penanganan Covid-19 Alexander K Ginting mengatakan, tren kenaikan keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) mulai terjadi di rumah sakit rujukan Covid-19, khususnya RS di Pulau Jawa. Kenaikan itu terjadi di DKI Jakarta sebesar 2,3 persen, Jawa Barat naik 3 persen, Jawa Tengah 6,9 persen, dan DI Yogyakarta naik 6,3 persen.
”Pemerintah daerah diimbau lagi untuk meningkatkan kapasitas ruang perawatan Covid-19 sesuai zona risiko. Semua rumah sakit yang melayani (pasien) Covid-19 juga diharapkan menambah kapasitas ruang rawat dengan melakukan alih fungsi tempat tidur,” katanya.
Pemerintah daerah diimbau lagi untuk meningkatkan kapasitas ruang perawatan Covid-19 sesuai zona risiko.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, mayoritas provinsi di Sumatera memiliki tingkat keterisian tempat tidur di RS lebih tinggi daripada provinsi lain. Provinsi dengan tingkat keterisian di atas 50 persen ialah Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat. Dari 3.034 RS di Indonesia, 982 RS di antaranya menjadi rujukan penanganan pasien Covid-19.
Alexander menambahkan, angka kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan cenderung naik. Pada 5 Februari 2021, persentase kematian yang dilaporkan 2,75 persen. Ini naik menjadi 2,78 persen pada 20 Mei 2021. Persentase kasus kematian di Indonesia juga di atas kondisi global yang 2,07 persen.
Dari analisis Satgas Covid-19, populasi dengan usia 60 tahun berisiko tertinggi mengalami kematian akibat Covid-19 dengan angka kematian 49,35 persen dan 35,6 persen pada usia 46-59 tahun.
Selain itu, komorbid atau penyakit penyerta yang dialami juga meningkatkan risiko kematian. Penderita penyakit ginjal 13,7 kali lebih berisiko meninggal dibandingkan dengan yang tak berkomorbid. Begitu pula dengan penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit autoimun.
Usia 50 tahun
Oleh karena itu, pemerintah memprioritaskan masyarakat lanjut usia (lansia) sebagai sasaran vaksinasi Covid-19. Per 23 Mei 2021, pemerintah melalui Kemenkes memperluas sasaran prioritas vaksinasi mulai dari kelompok usia 50 tahun ke atas. Gedung Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Hang Jebat Jakarta menjadi tempat uji coba sasaran vaksinasi kelompok usia itu.
Sementara itu, Kepala BNPB yang juga Ketua Satuan Tugas Covid-19 Doni Monardo direncanakan diganti oleh Kepala Staf Umum TNI Letnan Jenderal Ganip Warsito. Pelantikan Ganip dijadwalkan pada Selasa ini di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo. Doni akan pensiun dari dinas TNI pada 1 Juni 2021.
”Ya, benar karena Pak Doni akan pensiun pada 1 Juni sehingga harus diganti perwira TNI yang aktif,” ujar Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Senin malam. (CAS/TAN/ESA/CIP/DIA/RAM/JUM/NCA/DKA/RTG/ERK/