Pencegahan Preeklamsia Kunci Menekan Angka Kematian Ibu
Pemahaman masyarakat tentang preeklamsia masih perlu ditingkatkan. Ini penting untuk mencegah tingginya angka kematian ibu yang salah satunya disebabkan oleh kasus preeklamsia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Preeklamsia masih jadi salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Padahal, preeklamsia bisa dideteksi dan dicegah sejak dini. Pemahaman masyarakat tentang ini perlu ditingkatkan.
Berdasarkan Survei Penduduk Antarsensus (Supas) 2015, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 305 kasus per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Laos dengan AKI 357 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Singapura merupakan negara ASEAN dengan AKI terendah, yakni 7 kasus per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab terbesar tingginya AKI adalah preeklamsia dan pendarahan. Preeklamsia merupakan gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, yakni 140/90 mmHg atau lebih, pada ibu dengan usia kehamilan di atas 20 minggu. Preeklamsia juga ditandai dengan tingginya kadar protein pada urine.
Orang-orang menyebutnya ’keracunan kehamilan’. Penyebab preeklamsia belum diketahui. Namun, ciri-cirinya antara lain tekanan darah tinggi, bengkak di kaki, sakit kepala, penglihatan kabur, mual dan muntah, serta sulit bernapas. (Manggala Pasca Wardhana)
”Orang-orang menyebutnya ’keracunan kehamilan’. Penyebab preeklamsia belum diketahui. Namun, ciri-cirinya antara lain tekanan darah tinggi, bengkak di kaki, sakit kepala, penglihatan kabur, mual dan muntah, serta sulit bernapas,” kata anggota Himpunan Kedokteran Fetomaternal Surabaya, Manggala Pasca Wardhana, Jumat (21/5/2021), pada telekonferensi pers.
Sebanyak satu dari 10 perempuan mengalami preeklamsia. Adapun kondisi ini dialami lebih dari 10 juta perempuan per tahun. Ada lebih dari 2,5 juta kelahiran prematur karena preeklamsia.
Lebih jauh, preeklamsia bisa menyebabkan kematian ibu dan anak. Menurut data International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy dan Preeclampsia Foundation, preeklamsia mengakibatkan 76.000 kematian ibu dan 500.000 bayi per tahun.
”Preeklamsia bisa menghambat pertumbuhan janin sehingga persalinan harus dilakukan lebih awal. Untuk ibu, efek jangka panjang preeklamsia adalah risiko stroke, diabetes, serta penyakit ginjal dan jantung,” ucap Manggala.
Adapun Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan AKI tertinggi di Indonesia. Hari Preeklamsia Sedunia yang diperingati besok, 22 Mei 2021, diharapkan jadi momentum meningkatkan pemahaman masyarakat.
Ketua Himpunan Kedokteran Fetomaternal Surabaya Agus Sulistyono mengatakan, kematian karena preeklamsia bisa dicegah. Deteksi faktor risiko diperlukan pada ibu hamil atau pada orang yang merencanakan kehamilan.
”Kami menganggap serius masalah ini. Kami harap para ibu hamil, pasangan, dan keluarganya lebih sadar bahaya preeklamsia setelah mengenali gejalanya, kemudian terbuka dengan dokter kandungan tentang masalah kesehatan yang dialami,” kata Agus yang juga Ketua Penurunan AKI Surabaya.
Deteksi faktor risiko preeklamsia bisa dilakukan dengan melihat indeks massa tubuh, tekanan darah, dan usia ibu hamil. Usia optimal untuk hamil ialah 20-35 tahun. Selain itu, riwayat hipertensi, diabetes melitus, serta penyakit ginjal dan jantung pada ibu hamil turut menentukan risiko preeklamsia.
Dengan mendeteksi faktor risiko, preeklamsia diharapkan bisa dicegah. Ibu hamil yang sudah mengalami preeklamsia diharapkan segera mendapat penanganan, misalnya dengan konsumsi aspirin dosis rendah setiap hari sampai tujuh hari sebelum bersalin.
”Kami sering mendapati pasien datang ke dokter saat sudah mengalami preeklamsia berat. Jika preeklamsia diketahui masyarakat luas, pencegahan dan pengobatannya bisa dilakukan lebih baik,” ujarnya.
Anggota Himpunan Kedokteran Fetomaternal Surabaya, Nareswari Imanadha Cininta, mengatakan, perempuan yang memiliki riwayat preeklamsia perlu memeriksa kesehatannya secara rutin. Tekanan darah dan indeks massa tubuh normal pun harus dijaga.
Konseling kesehatan enam bulan sebelum kehamilan diperlukan. Untuk yang merencanakan kehamilan, konsumsi asam folat juga perlu dilakukan sejak enam bulan sebelum hamil.
”Semua perempuan yang hamil atau berencana hamil harus bicara kepada tenaga kesehatan tentang gejala preeklamsia. Gejala ini mungkin menyerang selama kehamilan hingga enam minggu pasca-persalinan,” tutur CEO Preeclampsia Foundation Eleni Tsigas dalam laman Preeclampsia Foundation.