Vaksin Sinovac Dinilai Efektif Melindungi Tenaga Kesehatan
Studi menunjukkan pemberian vaksin Covid-19 buatan Sinovac terbukti memberikan perlindungan optimal terhadap tenaga kesehatan. Untuk mencapai kekebalan komunitas, pelaksanaan vaksinasi terus dilakukan secara masif.
Oleh
Sekar Gandawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberian vaksin Covid-19 yang diproduksi Sinovac kepada tenaga kesehatan di Indonesia pada awal tahun 2021 dinilai efektif. Efektivitas vaksin mencakup pencegahan Covid-19 bergejala, serta perawatan dan kematian akibat Covid-19.
Hal ini berdasarkan kajian cepat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada 13 Januari-18 Maret 2021. Ada 128.290 tenaga kesehatan berusia lebih dari sama dengan 18 tahun yang terlibat. Subyek riset tidak memiliki riwayat Covid-19 berdasarkan data sekunder Kemenkes.
Peneliti Badan Litbangkes Kemenkes, Pandji Dhewantara, pada telekonferensi pers, di Jakarta, Rabu (12/5/2021), mengatakan, vaksinasi dosis lengkap bisa mencegah risiko Covid-19 bergejala sebesar 94 persen pada hari ke-28 hingga hari ke-63 setelah suntikan kedua.
”Risiko individu atau kelompok yang belum divaksinasi untuk terinfeksi Covid-19 jauh lebih besar. Dosis pertama hanya efektif menurunkan risiko Covid-19 bergejala sebesar 13 persen,” kata Pandji.
Pemberian vaksin Covid-19 juga mengurangi risiko perawatan karena Covid-19 hingga 96 persen sampai hari ke-28 setelah suntikan dosis kedua. Kemenkes mencatat ada tujuh orang yang dirawat akibat Covid-19 setelah menerima vaksin dosis lengkap.
Sementara itu, vaksin mencegah kematian hingga 98 persen pada hari ke-28 hingga ke-63 setelah suntikan kedua. Kemenkes mencatat satu kasus kematian setelah vaksinasi lengkap dilakukan.
”Dapat disimpulkan bahwa pemberian vaksinasi dosis lengkap bisa secara signifikan menurunkan risiko Covid-19 bergejala, perawatan, dan kematian,” ucap Pandji. Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan efikasi vaksin buatan Sinovac sebesar 65,3 persen.
Pemberian vaksinasi dosis lengkap bisa secara signifikan menurunkan risiko Covid-19 bergejala, perawatan, dan kematian.
Juru Bicara Kemenkes untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi mengatakan, hingga 11 Mei 2021, total ada 22,5 juta orang yang sudah divaksinasi. Sebanyak 13,6 juta orang di antaranya menerima vaksin dosis pertama, sedangkan 8,8 juta orang lainnya sudah menerima dosis penuh.
”Dari kajian efektivitas vaksin, (vaksin) dosis lengkap memberi proteksi yang lebih baik. Jika waktunya tiba, kita tidak perlu pilih vaksin mana (yang didapatkan). Saat ada vaksinasi, segera vaksin,” tuturnya.
Menurut Siti Nadia, proses vaksinasi akan dipercepat setelah bulan Ramadhan. Ini karena lonjakan kasus Covid-19 masih bisa terjadi akibat arus mudik dan arus balik Lebaran. Selain itu, target vaksinasi bagi 181,5 juta penduduk di akhir tahun 2021 perlu dikejar.
”Kita perlu optimalkan agar target capaian vaksinasi 1 juta dosis per hari bisa tercapai. Juni nanti, stok vaksin kita akan semakin besar jumlahnya dan kita kemampuan (melakukan vaksinasi) juga meningkat,” kata Siti Nadia.
Studi lanjutan
Penelitian tentang efektivitas vaksin akan terus dilakukan Badan Litbangkes Kemenkes. Pandji mengatakan, riset tidak hanya menyasar vaksin Sinovac, tetapi juga vaksin AstraZeneca dan Sinopharm yang akan segera digunakan.
”Tahun ini ada beberapa topik penelitian yang sedang berlangsung. Beberapa di antaranya tentang durasi proteksi (vaksin), antibodi pada kelompok atau individu yang sudah dan belum divaksinasi, manajemen vaksinasi, dan efektivitas vaksin terhadap penularan Covid-19,” ucapnya.
Saat dihubungi terpisah, Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengimbau agar warga yang sudah divaksinasi tidak lengah. Protokol kesehatan tetap harus dijalankan. Ini karena penerima vaksin masih bisa tertular dan menularkan virus.