Laboratorium Kedokteran Hewan Bantu Deteksi Dini Penyakit Zoonosis
Profesi kedokteran hewan memiliki kemampuan untuk memprediksi dan memproyeksikan penyakit zoonosis yang berpotensi menjadi wabah ataupun pandemi. Ini juga membutuhkan infrastruktur pendukung seperti laboratorium.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peran profesi kedokteran hewan beserta sistem pendukungnya seperti laboratorium sangat penting untuk mempercepat penanganan Covid-19. Di sisi lain, para ahli di bidang kedokteran hewan harus memiliki visi untuk memprediksi dan memproyeksikan hal-hal yang berkaitan dengan penyakit zoonosis pada masa depan.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita mengemukakan, sesuai dengan evaluasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), sistem laboratorium nasional merupakan salah satu indikator kesiapan dalam penanganan Covid-19 di setiap negara. Namun, ia menilai Indonesia relatif tidak siap terkait sistem laboratorium ini dan beberapa indikator lainnya.
”Struktur dan sistem harus dibuat untuk mengatasi Covid-19. Jejaring laboratorium kesehatan hewan itu bisa membantu, seperti laboratorium biosafety level 3. Jadi, kolaborasi itu penting untuk kecepatan deteksi dan jika dilihat kondisi kita saat ini sudah cukup baik dibandingkan negara lain,” ujarnya dalam webinar bertajuk ”Peran Dokter Hewan terhadap Krisis Covid-19”, Sabtu (24/4/2021).
Profesi kedokteran hewan harus memiliki visi untuk memprediksi dan memproyeksikan hal-hal yang kemungkinan bisa terjadi pada masa depan, khususnya yang berkaitan dengan penyakit zoonosis.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), terdapat lima balai besar dan lima balai vertiriner yang telah melakukan pemeriksaan sampel untuk konfirmasi Covid-19. Jumlah pemeriksaan pada 2020 mencapai 55.755 sampel dan 2021 sebanyak 25.736 sampel sehingga total 81.491 sampel telah diuji di laboratorium Kementan.
Direktur Kesehatan Hewan Kementan Fadjar Sumping Tjatur Rasa mengatakan, Kementan sejak awal pandemi telah aktif dan terlibat langsung dalam membantu melakukan pemeriksaan sampel Covid-19 dari manusia. Pemeriksaan sampel tersebut dilakukan di laboratorium kesehatan hewan yang telah menjalani penilaian dari Kementerian Kesehatan.
Pada masa pandemi ini, kata Fadjar, Kementan juga terus menjamin ketersediaan suplai pangan asal hewan dari aspek kualitas, kuantitas, hingga keamanan. Ketersediaan pangan asal hewan ini sangat penting di tengah pandemi untuk memastikan tercukupinya kebutuhan protein bagi masyarakat untuk menjaga imunitas.
Peran kedokteran hewan
Fadjar menegaskan, profesi kedokteran hewan harus memiliki visi untuk memprediksi dan memproyeksikan hal-hal yang kemungkinan bisa terjadi di masa depan, khususnya yang berkaitan dengan penyakit zoonosis. Dalam mengatasi ancaman zoonosis ini, diperlukan juga pengembangan sistem deteksi dan pengelolaan penyakit hewan dengan memperkuat layanan kesehatan hewan serta pendekatan kesatuan kesehatan (one health).
”Dokter hewan dan sistem pendukungnya berperan meningkatkan kesehatan hewan dan manusia serta mengurangi risiko zoonosis untuk membatasi dampak pandemi di masa depan. Layanan kesehatan hewan juga harus berusaha mendeteksi masalah yang muncul sejak dini dan meresponsnya secara cepat dan efektif,” katanya.
Senada dengan Fadjar, Wiku juga menekankan bahwa kedokteran hewan harus mampu menyampaikan kepada publik dengan bahasa yang mudah dipahami terkait penyakit zoonosis yang saling berhubungan dengan aspek lainnya.
Sebab, ia memandang sampai saat ini semua ahli genetika dari kedokteran hewan maupun umum belum mampu menjelaskan dengan mudah kepada publik karena kompleksitas virus SARS-CoV-2 termasuk mutasinya. Informasi yang tidak dipahami inilah yang membuat masyarakat masih mengabaikan bahaya virus dan penerapan protokol kesehatan sebagai bentuk pencegahan.
Meski demikian, Wiku juga menyadari penanganan pandemi tidak bisa hanya bertumpu pada ilmu kedokteran hewan atau kesehatan masyarakat. Namun, penanganan pandemi membutuhkan peran berbagai pakar dari kesehatan, sosial, hingga ekonomi.
Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Munawaroh mengatakan, dokter hewan memiliki pemikiran yang lebih maju terkait penyakit virologi karena sering menghadapi kasus virus pada hewan. Pada pandemi saat ini, dokter hewan yang bekerja sama dengan produsen juga turut membuat vaksin Covid-19.
Oleh karena itu, Munawaroh mendorong untuk semua dokter hewan dapat meningkatkan kompetensinya agar mampu menghadapi tantangan munculnya berbagai penyakit zoonosis. Sebab, WHO memprediksi 70 persen penyakit di masa depan berasal dari hewan.