Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA Lindungi Ibu Hamil dan Bayi
Hasil riset menunjukkan, vaksin Covid-19 yang dibuat dengan basis mRNA aman dan manjur digunakan oleh ibu hamil. Bahkan, vaksin ini diteruskan juga ke janin sehingga bisa melindungi bayi yang dilahirkan.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksin Covid-19 berbasis mRNA terbukti sangat efektif dalam memproduksi antibodi melawan virus SARS-CoV-2 pada wanita hamil dan menyusui. Vaksin ini juga terbukti memberikan kekebalan pelindung pada bayi baru lahir. Sejauh ini, Indonesia belum memiliki vaksin Covid-19 berbasis mRNA.
Studi ini diterbitkan di American Journal of Obstetrics and Gynecology (AJOG) pada 25 Maret 2021. Studi dilakukan dengan mengamati 131 wanita usia subur, 84 hamil, 31 menyusui, dan 16 tidak hamil. Semuanya menerima salah satu dari dua vaksin berbasis messenger ribonucleic acid (mRNA) baru, yaitu Pfizer-BioNTech atau Moderna.
Kajian ini menemukan, titer yang diinduksi vaksin atau tingkat antibodi setara pada ketiga kelompok. Selain itu, efek samping setelah vaksinasi jarang terjadi dan sebanding di seluruh peserta penelitian.
”Berita tentang kemanjuran vaksin ini sangat menggembirakan bagi wanita hamil dan menyusui, yang sebelumnya tidak disertakan dalam uji coba vaksin Covid-19 awal,” kata Andrea Edlow, spesialis kedokteran ibu-janin di Masschusetts General Hospital, Boston, yang menjadi salah satu penulis kajian ini.
Antibodi yang dihasilkan oleh vaksin juga ada di semua sampel darah tali pusat dan air susu ibu yang diambil dari penelitian, yang menunjukkan transfer antibodi dari ibu ke bayi baru lahir.
Temuan ini, menurut Edlow, diharapkan bisa mengisi kesenjangan informasi tentang kemanjuran dan keamanan vaksin kepada perempuan hamil yang berisiko lebih besar terkena komplikasi Covid-19. Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, individu yang hamil cenderung lebih parah jika tertular Covid-19 dan memerlukan rawat inap, perawatan intensif, dan bisa berisiko pada kehamilannya.
Tim peneliti juga membandingkan tingkat antibodi yang diinduksi vaksinasi dengan yang diinduksi oleh infeksi alami Covid-19 selama kehamilan, dan menemukan tingkat antibodi yang jauh lebih tinggi dari vaksinasi.
Kekebalan ke bayi
Kajian ini juga menemukan, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin juga ada di semua sampel darah tali pusat dan air susu ibu yang diambil dari penelitian, yang menunjukkan transfer antibodi dari ibu ke bayi baru lahir.
”Kami sekarang memiliki bukti yang jelas bahwa vaksin Covid-19 (pada ibu hamil) dapat memicu kekebalan yang akan melindungi bayi,” kata Galit Alter, anggota peneliti dari Ragon Institute.
Alter berharap, studi ini akan mempercepat pengembang vaksin untuk menyadari pentingnya mempelajari individu hamil dan menyusui, dan memasukkan mereka dalam uji klinis.
”Potensi desain vaksin untuk mendorong hasil yang lebih baik bagi ibu dan bayi tidak terbatas, tetapi pengembang harus menyadari bahwa kehamilan itu penting. Keadaan imunologis yang berbeda, di mana dua nyawa dapat diselamatkan secara bersamaan dengan vaksin yang ampuh. Kami berharap dapat mempelajari semua platform vaksin dalam kehamilan saat tersedia,” katanya.
Studi ini juga mampu memberikan wawasan tentang perbedaan potensial antara respons imun yang ditimbulkan oleh vaksin Pfizer dibandingkan dengan vaksin Moderna, menemukan tingkat antibodi mukosa (IgA) lebih tinggi setelah dosis kedua Moderna dibandingkan dengan dosis kedua Pfizer.
”Penemuan ini penting bagi semua individu, karena SARS-CoV-2 didapat melalui permukaan mukosa, seperti hidung, mulut, dan mata,” kata Kathryn Gray, dokter kandungan di Brigham and Women’s Hospital yang terlibat dalam kajian.
”Tapi itu juga sangat penting bagi wanita hamil dan menyusui karena IgA adalah antibodi kunci yang ada dalam ASI.”
Keragaman vaksin
Peneliti vaksin Indonesia yang bekerja di John Curtin School pf Medical Research, Australia National University, Ines Atmosukarto, Jumat (26/3/2021), mengatakan, vaksin Covid-19 ibu hamil sangat penting. Masalahnya di Indonesia belum tersedia vaksin Covid-19 berbasis mRNA. ”Menguji vaksin ke ibu hamil sangat sensitif,” kata Ines.
Vaksin yang sudah ada di Indonesia, yaitu Sinovac, berbasis pada virus yang telah dilemahkan, sedangkan AstraZeneca berbasis vektor adenovirus simpanse. Ini berarti bahwa tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.
Vaksin berbasis mRNA, yaitu Pfizer, masuk sebagai vaksin program Pemerintah Indonesia. Namun, hingga kini belum dapat dipastikan waktu pengirimannya ke Indonesia. Vaksin ini pun membutuhkan penyimpanan khusus, yaitu pada suhu di bawah minus 70 derajat celsius.
Sejauh ini, belum ada uji klinis atau kajian terhadap dua vaksin yang telah digunakan di Indonesia, yaitu Sinovac dan AstraZeneca, terhadap ibu hamil. Menurut keterangan Pemerintah Inggris, yang bisa diakses di https://www.gov.uk/government/publications/covid-19-vaccination, vaksin AstraZeneca tersebut belum diujicobakan untuk ibu hamil sehingga tidak dianjurkan disuntikkan ke ibu hamil.
Ines menyarankan, Indonesia perlu memperbanyak ragam vaksin Covid-19, yang memiliki karakter dan penggunaan berbeda. Misalnya, untuk lanjut usia dan masyarakat umum bisa menggunakan AstraZeneca atau Sinovac, tetapi untuk ibu hamil bisa menggunakan vaksin berbasis mRNA seperti Moderna dan Pfizer yang sudah ada data kajiannya.