Dukungan Sektor Swasta Bisa Mempercepat Capaian Vaksinasi Covid-19
Pelibatan swasta diharapkan bisa kian mempercepat penjangkauan vaksinasi. Meski saat ini vaksinasi masih terbatas karena keterbatasan vaksin, diharapkan mulai Juli mendatang sudah bisa masif.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaksanaan vaksinasi perlu percepatan untuk menjangkau lebih banyak sasaran dalam waktu yang singkat. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pihak swasta dalam pelaksanaan vaksinasi, pun semakin menguat. Hal ini diharapkan dapat terus berlanjut agar kekebalan komunitas terhadap virus penyebab Covid-19 bisa segera terwujud.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya untuk mengejar kekebalan komunitas dengan memvaksinasi sekitar 181 juta penduduk Indonesia bukan perkara mudah. Target tersebut akan sulit tercapai apabila hanya dikerjakan melalui program pemerintah. Karena itu, gerakan bersama dari seluruh lintas sektor amat dibutuhkan.
Jumlah sasaran vaksinasi yang masih terbatas disebabkan ketersediaan vaksin yang baru bisa memenuhi kebutuhan 80 juta penduduk sampai Juni 2021.
”Saya percaya kalau seluruh komponen bangsa ini bisa membangun gerakan di mana semua modal sosial yang dimiliki oleh bangsa ini kita bisa keluarkan, tugas ini, memvaksinasi 181,5 juta rakyat Indonesia yang terbesar dalam sejarah Indonesia, bisa kita selesaikan dalam waktu satu tahun,” ujarnya dalam penyelenggaraan program vaksinasi tahap kedua dengan metode 3 in 1 yang disaksikan secara virtual dari Jakarta, Sabtu (13/3/2021).
Program vaksinasi dengan pendekatan 3 in 1 ini merupakan bentuk kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Tangerang Selatan, Grab, dan Good Doctor. Pelaksanaan vaksinasi yang berlokasi di kawasan ICE BSD Tangerang Selatan ini dilaksanakan pada 13-14 Maret 2021 dengan target memvaksinasi 5.000 lansia.
President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menuturkan, pendekatan 3 in 1 yang dijalankan untuk vaksinasi ini diklaim menjadi yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Pendekatan yang dimaksud terdapat tiga layanan yang disediakan, meliputi vaksinasi drive thru (layanan tanpa turun/lantatur) dengan kendaraan roda empat, vaksinasi drive thru dengan kendaraan roda dua, serta vaksinasi drive thru walk in.
”Kami juga membuka pendaftaran dengan sistem terlebih dahulu. Selain itu, ada juga praregistrasi yang lebih cepat dilakukan. Kita juga mengupayakan agar layanan yang diberikan lebih nyaman, terutama untuk warga lansia,” ucapnya.
Sebelumnya, layanan vaksinasi tanpa turun ini juga telah dilakukan di Bali dengan sasaran 5.492 petugas pariwisata selama enam hari. Jumlah itu melebihi target yang ditentukan sebesar 5.000 orang.
Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana menambahkan, vaksinasi massal dengan metode drive thru ini akan disiapkan untuk diperluas di 10-12 kota lain di seluruh Indonesia. Diharapkan hal itu dapat mendukung percepatan program vaksinasi nasional.
”Dalam layanan yang kami berikan juga diperkuat penambahan inovasi pre-screening (penapisan) untuk mengetahui kondisi kesehatan dari warga lansia yang menjadi sasaran vaksinasi. Dengan demikian, kasus tunda atau batal ketika hari H vaksinasi karena warga lansia tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan bisa diminimalkan,” tuturnya.
Budi menuturkan, kerja sama lintas sektor perlu semakin diperkuat seiring dengan semakin banyaknya vaksin yang tersedia. Jumlah sasaran vaksinasi yang masih terbatas disebabkan ketersediaan vaksin yang baru bisa memenuhi kebutuhan 80 juta penduduk sampai Juni 2021. Oleh sebab itu, vaksin yang tersedia diprioritaskan terlebih dahulu untuk kelompok rentan seperti petugas kesehatan dan warga lansia.
”Mulai Juli, jumlah vaksin yang tersedia baru cukup besar. Jika saat ini target vaksinasi sekitar 300 orang per hari, mulai semester kedua kita harus bisa mengejar target sekitar 1,5 juta orang per hari. Karena itu, kerja sama untuk pelaksanaan vaksinasi harus terus berlanjut dengan sasaran yang lebih besar,” ucapnya.
Budi pun menegaskan, masyarakat yang sudah divaksinasi harus tetap patuh pada protokol kesehatan, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Pasalnya, antibodi yang terbentuk dari vaksinasi baru efektif sekitar 28 hari setelah suntikan kedua diberikan. Itu pun tidak bisa mencegah 100 persen dari penularan Covid-19.