Hipertensi menjadi komorbid yang paling banyak ditemukan pada pasien Covid-19. Selain rentan tertular, pasien dengan hipertensi juga berisiko mengalami perburukan ketika terinfeksi virus penyebab Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Kompas/Priyombodo
Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah warga lansia sebelum menerima suntikan vaksin Covid-19 dosis pertama di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (24/2/2021).
JAKARTA, KOMPAS – Hipertensi menjadi komorbid yang paling banyak ditemukan pada pasien Covid-19. Selain rentan tertular, pasien dengan hipertensi juga berisiko mengalami perburukan ketika terinfeksi virus penyebab Covid-19. Pengendalian kondisi tekanan darah semakin penting di masa pandemi ini.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) Tunggul D Situmorang di Jakarta, Jumat (26/2/2021) mengatakan, data terbaru menunjukkan hipertensi merupakan komorbid tertinggi dari Covid-19. Di Amerika serikat, pasien Covid-19 dengan hipertensi mencapai 56,6 persen, China sebesar 58,3 prsen, dan Italia sebesar 49 persen.
“Tingginya angka hipertensi sebagai komorbid Covid-19 juga ditemukan di Indonesia dengan perbandingan 50,5 persen. Pasien hipertensi juga berisiko mengalami mortalitas apabila terinfeksi virus SARS-CoV-2 (penyebab Covid-19) meskipun ini didapatkan bersama faktor risiko lain seperti usia yang sudah tua dan memiliki penyakit pada pembuluh darah,” katanya.
Sejumlah penelitian menunjukkan, reseptor pengikat virus penyebab Covid-19 banyak ditemukan pada pasien dengan hipertensi. Hal ini pula yang dapat menjadi dasar mengapa orang dengan hipertensi rentan tertular Covid-19. Selain hipertensi, komorbid lain yang juga banyak ditemui pada pasien Covid-19 yaitu pneumonia, diabetes, jantung, dan ginjal.
Ketua Kelompok Kerja Penelitian dan Registri InaSH Ario Soeryo Kuncoro menambahkan, monitoring yang ketat diperlukan dalam perawatan pasien Covid-19 dengan hipertensi. Selain itu, pemantauan saturasi oksigen juga perlu dipantau ketat. Jika saturasi oksigen kurang dari 94 persen, pasien bisa dipertimbangkan mengalami gejala Covid-19 yang berat.
Kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dan deteksi dini masih kurang sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu jika ia memiliki tekanan darah tinggi.
Sementara itu, pengobatan untuk hipertensi tetap harus dilanjutkan. Obat-obatan antihipertensi diberikan secara hati-hati dengan memantau ada tidaknya perburukan kondisi. Manifestasi stress pun perlu diperhatikan. Pola hidup yang sehat seperti menjaga pola makan dan tidur cukup menjadi keharusan.
Kompas
Ana (60) sedang mengukur tekanan darah di rumahnya di kawasan Tanah Baru, Beji, Depok, Kamis (3/9). Pengukuran tekanan darah ini merupakan salah satu prosedur pemeriksaan Posko Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk memeriksa kondisi kesehatan para kaum lanjut usia.
“Pasien-pasien hipertensi yang terkena Covid-19 harus tetap melanjutkan obat antihipertensi yang digunakan sebelumnya. Ini karena hipertensi dapat memperburuk perjalanan Covid-19. Perhatian dan kewaspadaan khusus diperlukan,” ucap Ario.
Ia menuturkan, besarnya risiko penularan Covid-19 pada pasien hipertensi juga perlu diwaspadai. Namun, kendala yang dihadapi saat ini masih banyak masyarakat yang tidak sadar akan kondisi hipertensinya. Kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dan deteksi dini masih kurang sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu jika ia memiliki tekanan darah tinggi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia dari hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk usia 18 tahun ke atas 34,1 persen. Jumlah itu meningkat dari tahun 2013, yakni 25,8 persen. Dari perkiraan jumlah penderita hipertensi, hanya sepertiganya yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan.
Sekretaris Jenderal InaSH Eka Harmeiwaty menyampaikan, sebagian besar masyarakat tidak menyadari dirinya memiliki hipertensi karena biasanya tidak ada gejala yang dirasakan. Akibatnya, ia tidak mendapatkan pengobatan sehingga berbahaya dan berisiko menimbulkan penyakit yang lebih parah, seperti stroke.
Oleh sebab itu, deteksi dini dan pemeriksaan secara mandiri perlu dilakukan secara rutin terutama pada usia dewasa lebih dari 18 tahun. “Menyediakan alat pengukur tekanan darah di rumah bisa dipertimbangkan mengingat kondisi pandemi yang membuat masyarakat enggan datang ke fasilitas kesehatan. Pada masyarakat yang memang berisiko, pemeriksaan mandiri ini bisa dikonsultasikan juga kepada dokter secara virtual melalui media sosial atau telemedicine,” ucap dia.
Baca juga: Cegah Hipertensi, Cek Tekanan Darah Tiap Tiga Bulan
