Pemerintah saat ini mempersiapkan vaksinasi bagi 9 juta petugas pelayanan publik dan penduduk lanjut usia yang akan dimulai pekan ketiga Februari hingga Mei 2021.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sasaran penerima vaksinasi Covid-19 di Indonesia terus diperluas. Pemerintah saat ini mempersiapkan vaksinasi bagi 9 juta orang petugas pelayanan publik dan penduduk lanjut usia yang akan dimulai pekan ketiga Februari hingga Mei 2021.
Ini bagian dari target vaksinasi bagi 16,9 juta petugas pelayanan publik dan 21,5 juta penduduk lansia. Karena ketersediaannya terbatas, vaksin diberikan pada prioritas penerima seperti usia dan profesinya.
Perluasan sasaran ini dijalankan setelah vaksinasi diklaim berhasil mencakup 1 juta petugas tenaga kesehatan dari target 1,46 juta orang. Pemberian vaksin ini bukan tanpa kendala. Di Papua, misalnya, masih ada 10 kabupaten yang belum menjalankan vaksinasi Covid-19.
Bakal butuh lebih banyak rumah sakit, tenaga kesehatan, laboratorium, dan penyesuaian vaksin. Padahal, kita punya keterbatasan. Karenanya, kita perlu percepatan cakupan vaksin dan surveilans. (Bambang Brodjonegoro)
”Untuk mempercepat sekaligus memperluas cakupan program vaksinasi dalam mencapai kekebalan kelompok, pemerintah akan memulai vaksinasi tahap kedua ini dengan memberikan pada petugas pelayanan publik dan kelompok masyarakat usia lanjut 60 tahun ke atas mulai minggu ketiga Februari dan diharapkan selesai pada Mei,” tutur Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Senin (15/2/2021).
Vaksinasi mulai dilakukan pada 17 Februari 2021 bagi pedagang pasar di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Petugas pelayanan publik perlu divaksin karena memiliki tingkat interaksi serta mobilitas yang tinggi sehingga rentan terpapar virus penyebab Covid-19. Sementara kelompok lansia, mereka sangat rentan mengalami perburukan kondisi sampai pada kematian apabila tertular penyakit tersebut.
Setidaknya, ketersediaan vaksin Covid-19 pada akhir Februari 2021 sekitar 7,5 juta dosis dan pada Maret 2021 akan bertambah sebanyak 11 juta dosis.
”Dari 9 juta penduduk sudah dipetakan, sebanyak 70 persen atau sekitar 6,3 juta vaksin (dua dosis) akan didistribusikan ke wilayah Jawa dan Bali. Ini didasarkan karena sekitar 70 persen kasus positif yang dilaporkan berada di tujuh provinsi di Jawa dan Bali,” ucapnya.
Maxi menuturkan, prioritas pertama akan diberikan kepada lansia dengan proporsi pemberian 20-30 persen populasi lansia di setiap provinsi. Dengan proporsi itu terdata 2,1 juta lansia di kawasan Jawa dan Bali. Kemudian, proporsi untuk TNI dan Polri sebanyak 20-30 persen dan proporsi untuk pejabat publik juga 20-30 persen.
Mutasi virus
Saat menghadiri diskusi daring, Senin, Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro menyatakan perlu mempercepat pencapaian cakupan vaksin untuk mengantisipasi mutasi virus korona. Selain lebih menular dan mematikan, varian baru virus korona yang telah ditemukan di sejumlah negara juga memengaruhi kemanjuran vaksin.
”Jenis virus baru ini, terutama (mutasi) dari Afrika Selatan yang telah diuji terhadap beberapa vaksin, menunjukkan bahwa ada pengaruh dari strain virus baru ini terhadap efektivitas vaksin tersebut,” kata Bambang, Senin.
Ia mengatakan, terdapat tiga varian hasil mutasi SARS-CoV-2 yang saat ini menjadi kekhawatiran global. Varian pertama yaitu B.1.1.7 dari Inggris yang lebih menular 50 persen dan 70 lebih mematikan. ”Namun, vaksin yang ada masih efektif untuk mutasi ini,” katanya.
Varian yang juga dikhawatirkan adalah hasil mutasi di Brasil, yaitu, B 1.1.28.1, yang diketahui menyebabkan terjadinya reinfeksi. Berikutnya, terdapat varian B 1.351 dari Afrika Selatan yang menyebabkan beberapa vaksin menjadi lebih tidak efektif.
Sejumlah studi, menurut Bambang, telah dilakukan terhadap efikasi vaksin terhadap varian B 1.351. Misalnya, vaksin Pfizer masih berfungsi, tetapi menjadi lebih kurang efektif. Vaksin Moderna juga masih efektif walaupun respons imun tidak sekuat sebelumnya.
Vaksin Novavax yang diujikan terhadap varian ini menunjukkan efikasinya tinggal 60 persen untuk mencegah gejala. Sementara vaksin Johnson & Johnson hanya 57 persen efektif untik varian Afrika Selatan dibandingkan efikasinya saat diujikan di Amerika Serikat sebesar 72 persen. Sejauh ini belum ada data terkait efikasi vaksin Sinovac terhadap varian baru dari Afrika Selatan.
Bambang menegaskan, kemunculan varian-varian baru ini bisa berimplikasi serius, terutama terhadap kesehatan publik. ”Bakal butuh lebih banyak rumah sakit, tenaga kesehatan, laboratorium, dan penyesuaian vaksin. Padahal, kita punya keterbatasan. Karenanya, kita perlu percepatan cakupan vaksin dan surveilans,” katanya. (TAN/FLO/AIK/DIV)