Inovasi dan Riset Mesti Implikatif dan Mampu Mengatasi Persoalan Bangsa
Penelitian diharapkan tidak sekedar jatuh pada ulasan teoritis dan akademis. Peneliti perlu terjun langsung melihat persoalan di masyarakat agar bisa menjawab persoalan aktual publik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Inovasi yang dihasilkan para peneliti harus menjadi solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa, termasuk persoalan pandemi yang kini terjadi. Inovasi tersebut juga diharapkan lebih implikatif sehingga dapat diterapkan dan dirasakan oleh masyarakat secara langsung.
Menteri Kesehatan RI 2012-2014, Nafsiah Mboi mengatakan, Indonesia harus bersiap untuk menghadapi pandemi di masa depan yang berpotensi besar akan terjadi kembali. Karena itu, penguatan riset dan inovasi terkait kesehatan menjadi sangat penting.
Namun perlu diperhatikan agar jangan membuat penelitian yang sifatnya sekadar teoritis dan akademis. Peneliti perlu terjun langsung melihat persoalan di masyarakat.(Nafsiah Mboi)
“Namun perlu diperhatikan agar jangan membuat penelitian yang sifatnya sekadar teoritis dan akademis. Peneliti perlu terjun langsung melihat persoalan di masyarakat. Di masa pandemi, persoalan itu misalnya kenapa peran dan tanggung jawab masyarakat masih sangat kurang dalam menghadapi pandemi,” katanya dalam acara peluncuran Mata Garuda Institute yang disaksikan secara virtual di Jakarta, Sabtu (6/2/2021).
Mata Garuda Institute adalah bagian dari asosiasi penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang mewadahi minat para penerima beasiswa dalam melakukan kajian kebijakan publik. Adapun bidang yang menjadi fokus kajian antara lain, pendidikan, kesehatan, politik, hukum, dan hak asasi manusia.
Menurut Nafsiah, kerja sama lintas sektor sangat dibutuhkan untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Masyarakat sendiri memiliki potensi yang besar dalam upaya pengendalian tersebut. Di berbagai negara yang menunjukkan ketika ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, pandemi Covid-19 bisa dikendalikan dengan cepat.
“Inilah yang menjadi tugas para peneliti untuk mencari tahu apa potensi dan peran masyarakat yang bisa dioptimalkan. Selain itu, perlu ditemukan juga bagaimana tingkat partisipasi dan tanggung jawab masyarakat dalam mengendalikan pandemi serta persoalana ekonomi saat ini,” kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Airlangga Hartarto menyampaikan, pandemi menjadi momentum yang baik untuk semakin mengembangkan inovasi dari dalam negeri. Indonesia perlu bertransformasi untuk membangkitkan kemandirian bangsa, termasuk dengan menciptakan berbagai inovasi produk kesehatan.
“Generasi muda diharapkan lebih gencar menciptakan inovasi. Inii juga menjadi kesempatan bagi Mata Garuda yang menjadi penerima beasiswa LPDP untuk berperan memberikan kontribusi kepada negara melalui inovasi yang nyata dan konkret,” tuturnya.
Pengendalian Covid-19
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kerjasama penta helix yang melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, komunitas, akademisi, dan pengusaha perlu semakin dibangun untuk memeperkuat pengendalian Covid-19 di Indonesia. Itu terutama dalam pembangunan layanan kesehatan esensial masyarakat.
Penguatan tersebut diperlukan agar dampak pandemi tidak meluas kepada kondisi kesehatan dan kesejahteraan seluruh penduduk. Kesehatan esensial yang dimaksud, meliputi, akses tempat dan waktu pelayanan keperawatan darurat serta prioritas layanan kehatan.
“Indonesia sebagai negara dengan populasi besar harus memiliki sistem ketahanan kesehatan yang kuat. Karena itu, berbagai upaya dalam pengelolaan kesehatan perlu dilakukan secara terpadu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,” katanya.
Alumni penerima beasiswa LPDP Muhammad Abdi Haryono yang sempat mengambil program master of epidemiology di Universitas Utrecht Belanda, menyatakan, sejumlah rekomendasi telah disusun oleh tim dari Mata Garuda untuk membantu mengatasi persoalan pandemi di Indonesia. Terkait dengan pemeriksaan PCR, layanan perlu diperluas dengan menyasar semua kontak erat dari orang yang telah terdiagnosis positf Covid-19, sekalipun kontak erat tersebut tidak bergejala.
“Perkuat juga surveilans berbasis masyarakat. Ini dilakukan dengan melatih masyarakat untuk melakukan kegiatan surveilans dan promosi kesehatan di lingkungannya. Alur pelaporan kasus yang terhubung ke puskesmas juga perlu dibentuk dengan baik sehingga tindak lanjut bisa cepat dilakukan,” katanya.