Vaksinasi Covid-19 agar Cepat untuk Kejar Kekebalan Bersama
Hingga kini tahapan vaksinasi Covid-19 terus berjalan sesuai jadwal. Vaksinasi pada tenaga kesehatan diharapkan bisa segera tuntas serta menyusul tahapan selanjutnya bagi petugas publik.
Oleh
Tim Kompas
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Jumlah penerima vaksinasi tahap pertama yang diprioritaskan bagi tenaga kesehatan kini telah mencapai 490.000 orang. Percepatan terus dilakukan agar pemberian vaksin ini bisa efektif membuka peluang kekebalan bersama.
Dengan pencapaian sepertiga target tenaga kesehatan di seluruh Indonesia ini, diharapkan seluruh tenaga kesehatan bisa mendapat vaksin sesuai jadwal yaitu akhir Februari 2021. Selanjutnya, menyusul tahap kedua vaksinasi yaitu kepada lebih dari 17 juta petugas publik, termasuk anggota TNI dan Polri.
Setelah tahap kedua bagi pelayan publik, vaksinasi berikutnya menyasar masyarakat lansia dan rentan yang berada di daerah penularan tinggi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Sabtu (30/1/2021), mengharapkan pada akhir April vaksinasi untuk seluruh penduduk sudah bisa dimulai.
Budi menyatakan, pemerintah menargetkan vaksinasi secara cepat karena belum ada kepastian jangka waktu kekebalan dari vaksin tersebut. Sebab, sampai saat ini vaksin dari berbagai produsen di dunia belum ada hasil uji klinis tahap tiga secara lengkap meskipun banyak negara telah mengeluarkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA), termasuk Indonesia.
Saat ini, kata Budi, Indonesia telah mendapatkan empat jenis vaksin yakni Sinovac (China), Pfizer (AS-Jerman), AstraZeneca (Inggris), dan Novavac (AS-Kanada) serta dengan skema kemitraan global Dewan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI). Empat vaksin dengan sumber yang berbeda ini diharapkan dapat mengamankan risiko jika negara produsen menunda mengirimkan vaksin tersebut.
“Vaksin ini harus dikirim dengan kondisi suhu antara 2 sampai 8 derajat celcius. Khusus vaksin Moderna dan Pfizer memerlukan logistik rantai dingin yang lebih rendah," ujarnya dalam webinar bertajuk “Vaksin Covid-19 Untuk Indonesia Bangkit”.
Obat-obatan yang beredar memiliki adverse reaction (efek samping) sedangkan vaksin juga ada KIPI. (Sukamto Koesnoe)
Ia pun menyatakan Indonesia beruntung karena sudah memiliki jaringan puskesmas yang cukup banyak sejak dulu sehingga terbiasa mengirimkan vaksin dengan suhu tersebut.
Meski demikian, di sejumlah daerah, pengiriman vaksin Covid-19 dilaporkan terkendala. Di Maluku, distribusi vaksin ke sejumlah pulau terhenti dan beberapa puskesmas di daerah terpencil kesulitan menyimpan vaksin. Karenanya, tenaga kesehatan diminta datang ke ibu kota kabupaten untuk menerima vaksin. (Kompas, 30 Januari 2021).
Anggota Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Sukamto Koesnoe mengatakan, sebagai kelompok pertama penerima vaksin, tenaga kesehatan perlu menjadi contoh bagi masyarakat untuk menjalani imunisasi. Sebab, masyarakat akan mau divaksin jika tenaga kesehatan juga melakukannya.
“Tenaga kesehatan harus memberikan informasi yang benar sesuai dengan sumber-sumber resmi yang bisa dipelajari. Jika ada informasi yang diragukan, diharapkan dapat dirujuk ke pusat informasi yang berwenang,” tambahnya.
Ia mengatakan orang dewasa membutuhkan vaksinasi karena sampai saat ini penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin belum hilang, bahkan masih menular.
Pantau kejadian ikutan
Di sisi lain, Sukamto menegaskan penting untuk memantau insiden kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI). Yang tak kalah penting juga, yaitu perlu mengkomunikasikan manfaat dan risiko vaksin kepada pasien sebelum divaksin.
“KIPI harus dipantau karena sama halnya dengan obat, tidak ada vaksin yang 100 persen aman dan tanpa risiko. Bahkan paracetamol juga bisa menyebabkan alergi berat hingga syok. Obat-obatan yang beredar memiliki adverse reaction (efek samping) sedangkan vaksin juga ada KIPI,” katanya.
Vaksin yang masuk ke dalam tubuh akan dikenali sebagai benda asing sehingga reaksi setiap orang akan berbeda-beda. Namun, dari hasil uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac yang dilakukan Indonesia, Brasil, dan Turki menunjukkan reaksi yang terjadi setelah tubuh menerima vaksin bersifat ringan.
Vaksin di dunia
Sementara itu, terkait perkembangan temuan dan uji vaksin, terdapat kabar baik bahwa vaksin Covid-19 yang diproduksi Novavax Inc memiliki efikasi sekitar 60 persen pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dan memiliki kemampuan melawan varian virus SARS-CoV-2 yang tengah berkembang di Afrika Selatan (Afsel). Studi lanjutan terkait hal ini terus didorong pada jumlah peserta uji yang lebih banyak.
Hasil studi kecil Novavax Inc di negara itu menunjukkan bahwa vaksin bekerja baik, meski tidak sebaik di Inggris yang memiliki efektivitas hampir 96 persen melawan virus SARS-CoV-2 dan 86 persen efektif melawan variasi virus tersebut. Namun, meski efikasi hanya 60 persen pada ODHA di Afsel, angka itu tetap disambut baik di negara yang memiliki 7,7 juta ODHA itu.
Selain Novavax, perusahaan Johnson & Johnson (J&J) juga mengumumkan efikasi vaksin buatan mereka yang mencapai 66 persen. Hanya saja, perusahaan itu tidak menjelaskan tingkat perlindungan vaksin dari varian baru di Afsel.
Namun, vaksin ini mampu memberi perlindungan 85 persen dari kondisi Covid-19 parah. Vaksini ini diuji coba pada 44.000 peserta di Amerika Serikat, Afsel, dan Brasil, atau mewakili tiga benua.
Di Amerika Serikat, kemanjuran vaksin untuk membantu kesembuhan pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang mencapai 72 persen. Di Brasil sedikit turun menjadi 66 persen sedangkan di Afsel 57 persen.
J&J kini mengupayakan otorisasi darurat kepada pemerintah AS agar mereka juga bisa turut ambil bagian dalam vaksinasi. Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, didorong data tersebut, Presiden AS Joe Biden akan melakukan evaluasi tersendiri.
Meskipun tidak begitu protektif, vaksin yang dikembangkan J&J ini memiliki keunggulan dalam hal penyimpanan dan pendistribusian. Vaksin hanya membutuhkan satu suntikan dan dapat disimpan hingga tiga bulan dalam tempat penyimpanan dengan suhu antara 2-8 derajat celcius.
Kemarin, Uni Eropa (UE), telah menyetujui penggunaan vaksin yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca untuk digunakan pada semua orang dewasa. Vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford menjadi yang ketiga mendapatkan persetujuan UE setelah Pfizer/BioNTech dan Moderna. (MTK/BBC/EVY/AP/AFP/Reuters/MHD)