Sepertiga Tenaga Kesehatan di Indonesia Telah Divaksin Covid-19
Pemerintah menyatakan 490.000 orang yang mayoritas tenaga kesehatan telah divaksin Covid-19. Percepatan terus dilakukan agar vaksinasi efektif menimbulkan kekebalan komunitas.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga Jumat (29/1/2021) kemarin, 490.000 orang yang sebagian besar berasal dari tenaga kesehatan telah menerima vaksinasi Covid-19. Pemerintah terus mengejar target 1,4 juta tenaga kesehatan di Indonesia bisa divaksin sampai Februari 2021.
Pemberian vaksin bagi tenaga kesehatan (nakes) ini merupakan tahap pertama vaksinasi Covid-19. Sebagian dari mereka telah menerima suntikan kedua atau terakhir dari tahapan vaksinasi menggunakan vaksin Sinovac.
Selanjutnya akan menyusul tahap kedua vaksinasi pada Maret 2021 kepada para pelayan publik, yaitu aparat sipil negara serta anggota TNI dan Polri. Jumlah mereka diperkirakan 17 juta jiwa.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam webinar bertajuk ”Vaksin Covid-19 untuk Indonesia Bangkit”, Sabtu (30/1/2021), menyampaikan, 490.000 orang yang telah menerima vaksinasi mayoritas berprofesi sebagai nakes. Ini karena pada tahap pertama bukan hanya nakes yang disuntik vaksin, melainkan sejumlah pejabat, termasuk Presiden, serta sejumlah kepala daerah, tokoh masyarakat/publik, dan pesohor juga turut menerima vaksin. Diharapkan dalam dua minggu ke depan vaksinasi telah dilakukan untuk 500.000 nakes.
”Dengan ini target 1,5 juta vaksinasi untuk nakes diharapkan dapat diselesaikan akhir Februari 2021. Sesudah tenaga kesehatan, kita akan masuk ke vaksinasi bagi tenaga pelayanan publik, TNI dan Polri masuk pada kategori ini. Diharapkan pada akhir April vaksinasi untuk seluruh penduduk sudah bisa dimulai,” ujarnya.
KIPI harus dipantau karena sama halnya dengan obat, tidak ada vaksin yang 100 persen aman dan tanpa risiko. (Sukamto Koesnoe)
Budi menyatakan, pemerintah menargetkan vaksinasi secara cepat karena belum ada kepastian jangka waktu kekebalan dari vaksin tersebut. Sebab, sampai saat ini vaksin dari beberapa produsen belum ada hasil uji klinis tahap tiga secara lengkap meskipun banyak negara telah mengeluarkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA).
”Vaksin ini harus dikirim dengan kondisi suhu antara 2 sampai 8 derajat celsius. Khusus vaksin Moderna dan Pfizer memerlukan logistik rantai dingin yang lebih rendah. Indonesia beruntung karena sudah memiliki jaringan puskesmas yang cukup banyak dari dulu sehingga terbiasa untuk mengirimkan vaksin dengan suhu tersebut,” katanya.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Sukamto Koesnoe mengatakan, orang dewasa juga membutuhkan vaksinasi karena sampai saat ini penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin belum hilang. Pemberian vaksin juga penting untuk kesehatan sama halnya dengan diet dan olahraga.
Sukamto menegaskan, guna memastikan penerimaan vaksin secara terus-menerus, penting untuk memantau insiden kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dan menanggapi risiko yang baru teridentifikasi dari vaksin. Selain itu juga perlu mengomunikasikan manfaat dan risiko vaksin kepada pasien sebelum dilakukan vaksinasi.
”KIPI harus dipantau karena sama halnya dengan obat, tidak ada vaksin yang 100 persen aman dan tanpa risiko. Bahkan paracetamol juga bisa menyebabkan alergi berat hingga syok. Obat-obatan yang beredar memiliki adverse reaction (efek samping) sedangkan vaksin juga ada KIPI,” katanya.
Secara umum, reaksi dimungkinkan terjadi setelah imunisasi Covid-19. Beberapa reaksi itu antara lain reaksi lokal, seperti nyeri atau bengkak, abses (bisul) pada tempat suntikan, limfadenitis (peradangan), dan selulitas (infeksi bakteri).
Reaksi sistemik juga mungkin terjadi setelah imunisasi adalah demam, nyeri otot, badan lemas, pusing, perubahan nafsu makan, mual, dan diare. Sedangkan reaksi lainnya yang juga mungkin terjadi ialah alergi, syok karena alergi berat (anafilaksis), sindrom syok toksik, nyeri sendi, hingga syncope atau pingsan.
Vaksin yang masuk ke dalam tubuh akan dikenali sebagai benda asing sehingga reaksi setiap orang akan berbeda-beda. Namun, dari hasil uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac yang dilakukan Indonesia, Brasil, dan Turki menunjukkan reaksi yang terjadi setelah tubuh menerima vaksin bersifat ringan.
Sukamto menambahkan, sebagai kelompok pertama penerima vaksin, tenaga kesehatan perlu menjadi contoh bagi masyarakat untuk menjalani imunisasi. Sebab, masyarakat akan melakukan vaksinasi jika tenaga kesehatan juga melakukannya.
”Tenaga kesehatan harus memberikan informasi yang benar sesuai dengan sumber-sumber resmi yang bisa dipelajari. Jika ada informasi yang diragukan, diharapkan dapat dirujuk ke pusat informasi yang berwenang,” tambahnya.