Ventilator Buatan Indonesia Resmi Mulai Dipasarkan
Kebutuhan ventilator sebagai alat bantu pernapasan bagi pasien Covid-19 sangat vital. Tak ingin bergantung impor, PT PHC Indonesia bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung memproduksi ventilator ini.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda mendorong PT Panasonic Healthcare Indonesia atau PHC berkontribusi dalam penanganan pandemi. PHC meluncurkan produk ventilator karya anak bangsa bersertifikat internasional bertipe Continuous Positive Airways Pressure atau CPAP Vent-I Esential 3.5, Selasa (26/1/2021).
Alat ventilator tersebut banyak dibutuhkan dalam menangani pasien Covid-19 fase 2 ketika pasien masih dapat bernapas secara mandiri, tetapi saturasi oksigennya berada di bawah 50 persen. Ventilator ini diklaim mampu meningkatkan saturasi oksigen pasien ke level yang cukup atau berada di atas 50 persen secara terus-menerus dengan tekanan terukur.
Peluncuran produk ventilator tersebut dilakukan di pabrik PT PHC Indonesia, kawasan Industri MM-2100, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Menurut siaran pers yang diterima Kompas, turut hadir pada acara itu Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Indonesia Bambang Sumantri Brojonegoro dan Wakil DPR Bidang Industri dan Pembangunan Rachmat Gobel.
Bambang mengapresiasi peluncuran produk ini. Diharapkan, inovasi teknologi ini mampu mengurangi ketergantungan terhadap ventilator impor. Apalagi, kerja sama ini melibatkan PHC Indonesia yang memang sudah dikenal sebagai produsen alat kesehatan yang telah memenuhi sertifikat internasional.
”Kebutuhan ventilator bagi mereka yang terpapar Covid-19 masih banyak dibutuhkan. Selama ini, sebagian besar masih diimpor. Kehadiran produk kerja sama PT PHC Indonesia dan ITB ini tentu sangat berarti,” kata Bambang.
Rachmat Gobel berharap, kehadiran Vent-I Indonesia bisa menjadi semacam bola salju bagi kemunculan produk-produk serupa karya anak bangsa lainnya, hasil kolaborasi dunia akademi dengan pelaku dunia usaha. Kerja sama seperti ini diharapkan terus bergulir untuk melahirkan berbagai produk agar pasar dalam negeri tidak terus tergerus oleh produk impor.
Rachmat juga meminta agar pemerintah memberi dukungan pada produk-produk karya anak bangsa dengan memprioritaskan belanja APBN untuk membeli produk lokal. ”Jangan sampai anggaran pemerintah sebagian besar digunakan untuk membeli produk impor,” kata Rachmat.
Jangan sampai anggaran pemerintah sebagian besar untuk membeli produk impor.
Ventilator CPAP Vent-I dirancang oleh ITB yang kemudian disempurnakan oleh PHC Indonesia. Secara kualitas, produk ini tidak kalah dengan ventilator impor.
Vent-I diklaim telah memenuhi standar internasional, yaitu International Electronical Commission (IEC 60601) dan standar persyaratan ventilator (IEC80601), dan standar kompatibilitas elektro magnetik (Electro Magnetic Compatibility/EMC) EN55011-CISPR 11. Produk ini juga telah lulus uji klinis oleh Universitas Padjadjaran dan lulus uji produk oleh Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemenkes RI. CPAP Vent-I Esential 3.5 juga dirancang untuk mudah digunakan dengan akurasi kinerja dan efikasi yang tinggi.
Dari segi harga, Vent-I juga bersaing, karena dibanderol Rp 60 juta per unit dibandingkan dengan produk impor yang mencapai Rp 180 juta hingga Rp 230 juta per unit. Di samping itu, melalui distributor PT Layani Indonesia dan Gobel Darma Nusantara, PHC Indonesia juga memberikan jaminan layanan aftersales.
Selain telah memenuhi standar internasional, Vent-I dibuat dengan bahan medical grade yang aman. Penggunaan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sudah mencapai 43 persen dengan kapasitas produksi mencapai 37.500 unit per tahun atau rata-rata 3.300 unit per bulan.
Pemasaran Vent-I Ventilator Indonesia akan ditangani konsorsium PT Rekacipta Innovasi ITB dan PT Layani Nahdlatul Utama, serta didistribusikan oleh PT Gobel Dharma Nusantara (GDN) yang mempunyai jaringan distribusi dan pelayanan purnajual di seluruh Indonesia.
Peralatan medis lain
Terkait dengan penanganan Covid-19, PT PHC Indonesia juga memproduksi peralatan biomedical freezer dan pharmaceutical refrigerator berbagai tipe dan ukuran. Untuk pembekuan sampai minus 40 derajat celsius, PHC Indonesia memproduksi biomedical freezer model MDF-MU549DH dengan kapasitas 479 liter. Alat yang sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan vaksin (vaccine development) ini telah menggunakan TKD sebesar 63 persen dan kapasitas produksi 7.500 unit per tahun atau rata-rata 650 unit per bulan.
Sementara untuk kebutuhan pembekuan berukuran minus 20 derajat celsius hingga minus 30 derajat celsius, bisa menggunakan produk PHC Indonesia tipe MDF-MU339 dengan volume 369 liter, MDF-MU539H dengan volume 504 liter, dan MDF-MU539DH dengan volume 479 liter. Freezer yang sangat dibutuhkan dalam penyimpanan vaksin ini telah menggunakan TKD sebesar 73 persen, dengan kapasitas produksi 7,500 unit per tahun atau rata-rata 650 unit per bulan.
Untuk peralatan jenis pharmaceutical refrigerator yang dibutuhkan bagi penyimpanan vaksin dalam suhu 2-8 derajat celsius, PHC Indonesia menyediakan alat pendingin tipe MPR-S150 H dengan daya tampung 165 liter dan MPR-S300H dengan daya tampung 345 liter. Untuk refrigerator ini, PHC mempunyai kapasitas produksi 7.500 unit per tahun atau rata-rata 650 unit per bulan dan telah menggunakan TKDN sampai 63 persen.
Direktur PT PHC Indonesia Dewanto Hary Sulaksono mengharapkan, berbagai karya anak bangsa berupa alat kesehatan ini dapat memberikan kontribusi besar dalam penanganan pasien, terutama pasien Covid-19 di Indonesia.