Cakupan Masih Rendah, Vaksinasi Covid-19 bagi Tenaga Kesehatan Dikebut
Dari 1,4 juta tenaga kesehatan yang ditargetkan mendapatkan vaksin Covid-19, baru sebagian kecil yang menerima suntikan. Kendala pendaftaran berupaya diatasi dengan cara manual.
Oleh
Tim Kompas
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sepuluh hari sejak dimulainya vaksinasi tahap pertama yang diprioritaskan bagi seluruh 1,4 juta tenaga kesehatan, hingga kini baru 10 persen di antaranya yang telah mendapatkan suntikan vaksin. Kendala registrasi yang kerap dikeluhkan tenaga kesehatan kini coba diatasi dengan pendaftaran manual di tempatnya bertugas.
Cara ini diharapkan bisa mempercepat proses administrasi dan pendataan sehingga tenaga kesehatan (nakes) bisa lekas terlindungi saat bertugas. Pemberian vaksin diprioritaskan bagi nakes yang sehari-hari berisiko terpapar virus korona secara intens. Pemberian vaksin diharapkan bisa melindungi nyawa mereka meski tidak bisa menjamin 100 persen tidak akan tertular Covid-19.
Juru bicara untuk vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, Sabtu (23/1/2021) di Jakarta, mengatakan, per 23 Januari 2021 sebanyak 172.901 nakes telah mendaftar untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19. Mereka tersebar di 13.525 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di 92 kabupaten/kota.
“Dari data tersebut, ada sekitar 27.000 petugas kesehatan yang belum bisa mendapatkan vaksinasi karena batal atau pun ditunda dengan sejumlah alasan," kata dia.
Saya kontak 119 untuk registrasi ulang, tetapi data saya dibilang tidak terdaftar sebagai penerima vaksin. (Arifianti Nilasari)
Alasan itu yakni tidak atau belum memenuhi syarat vaksinasi, seperti tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg saat diperiksa, sedang menyusui, dan memiliki komorbid.
Nadia menyampaikan, sistem pendaftaran vaksinasi yang sebelumnya dilakukan melalui SMS blast, kini tidak lagi digunakan karena berbagai kendala dalam proses registrasi.
”Saya tunggu pesan dari PeduliLindungi, tapi tidak ada pesan masuk. Saya kontak 119 untuk registrasi ulang, tetapi data saya dibilang tidak terdaftar sebagai penerima vaksin,” kata Arifianti, Jumat.
Ia berkali-kali mencoba registrasi ulang dengan macam-macam cara dan dibantu juga oleh manajemen di rumah sakit. Setelah mencoba lebih dari lima kali, Arifianti berhasil mendaftar ulang dan ia kini menunggu penyuntikan kedua, pekan depan.
Pendaftaran manual
Nadia mengatakan pendaftaran nakes untuk divaksin sekarang bisa dilakukan manual melalui fasyankes tempat masing-masing bertugas. Adapun alur pendaftarannya, yakni, memastikan dirinya terdaftar dan mendapatkan e-tiket vaksinasi.
Kemudian, vaksinasi bisa langsung dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang teregistrasi. Bagi nakes yang belum terdaftar, dapat mendaftarkan diri melalui verifikasi dinas kesehatan setempat lalu disampaikan ke Kemenkes.
Nadia mengatakan dinas kesehatan dapat membuat kebijakan pengaturan pelaksanaan vaksinasi sesuai kapasitas untuk mengantisipasi penumpukan. Jumlah vaksin dan logistik juga dikelola oleh masing-masing kabupaten/kota.
Selain itu, dinas kesehatan tetap harus memperbarui data hasil vaksinasi ke dalam aplikasi P-Care dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Aplikasi ini mendukung proses registrasi sasaran penerima vaksin, penapisan status kesehatan, serta mencatat dan melaporkan hasil pelayanan vaksinasi Covid-19.
Cakupan masih rendah
Cakupan yang vaksinasi bagi nakes yang masih rendah ini contohnya di Papua. Data Dinas Kesehatan Provinsi Papua, pemberian vaksin Covid-19 baru mencakup 415 orang dari total 14.945 nakes setempat karena terkendala penyiapan tenaga vaksinator. Vaksinasi baru berjalan di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Mimika.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Ni Nyoman Sri Antari mengungkapkan, 323 orang dari total 3.463 nakes setempat yang telah mendapatkan vaksin Covid-19. "Kami menargetkan pemberian vaksin bagi tenaga kesehatan tuntas pada bulan ini," ucapnya.
Di Maluku yang memiliki 11 kabupaten/kota, vaksinasi baru berjalan di Kota Ambon. Kondisi geografis dan ketersediaan alat transportasi menjadi tantangan terbesarnya dalam distribusi vaksin.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Andre Kurniawan mengatakan kendala yang harus dihadapi di wilayahnya yaitu distribusi vaksin ke puskesmas yang sebagian besar berada di pulau-pulau. Alat transportasi mengandalkan perahu motor yang sangat tergantung kondisi cuaca.
Saat ini, Kepulauan Tanimbar dan sebagian besar wilayah di selatan Maluku dilanda gelombang tinggi. Diperkirakan cuaca baru mulai reda akhir Februari.
Olah bahan baku
Pararel dengan upaya pemerintah mengatasi kendala untuk meningkatkan cakupan imunisasi bagi nakes, PT Bio Farma telah memproduksi empat juta dosis vaksin Covid-19 yang diproses dari bahan baku vaksin Sinovac. Vaksin tersebut akan dikirim ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) untuk mendapatkan lot release atau sertifikasi penjamin mutu agar siap didistribusikan pada Februari 2021.
Bio Farma menerima 15 juta dosis bahan baku vaksin dari Sinovac pada 12 Januari lalu. Ini bagian dari 140 juta dosis bahan baku yang akan diterima dan diolah Bio Farma menjadi vaksin jadi.
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir, menuturkan, vaksin dari proses produksi bahan baku itu akan melengkapi 3 juta vaksin produk jadi dari Sinovac yang sejumlah 1,2 juta dosis telah didistribusikan ke 34 provinsi. Sementara 1,8 juta dosis sisanya akan dikirimkan dalam pekan ini.
Dalam mendistribusikan vaksin, Bio Farma bersama PT Kimia Farma dan PT Indofarma akan mengoptimalkan 48 warehouse atau tempat penyimpanan di seluruh Indonesia. Pendistribusiannya menggunakan sistem digital yang dapat dipantau setiap waktu di pusat komando holding BUMN farmasi.
Keterbukaan pejabat
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Sabtu kemarin mengumumkan secara terbuka dirinya positif Covid-19. Ia tertular meski telah berupaya disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya yang akhir-akhir ini kerap mengunjungi lokasi bencana alam.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan mengapresiasi keterbukaan Doni kepada publik. Ini sudah semestinya dilakukan sebagai bagian dari surveilans Covid-19.
Dengan informasi itu, orang-orang yang berkontak erat dengan Doni turut menjadi waspada dan segera melakukan tes. ”Tujuan ini untuk kewaspadaan bagi orang yang kontak erat. Pelacakan kasus juga dapat segera berjalan setelah itu dengan harapan potensi penularannya dapat dicegah,” ujar Ede. (TAN/SKA/NSA/FRN/FLO/TAM/DIV)