Vaksinasi Covid-19 secara massal mulai dilakukan di sejumlah daerah, Kamis (14/1/2021). Meski sudah mendapat imunisasi, masyarakat diminta agar tetap menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kekebalan tubuh yang terbentuk dari pemberian vaksin membutuhkan waktu dan proses. Karena itu, protokol kesehatan tetap harus dilakukan untuk mencegah penularan infeksi dari virus penyebab Covid-19.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), Iris Rengganis, yang juga Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia menyampaikan, vaksinasi tidak dapat melindungi seseorang sampai 100 persen dari penularan penyakit infeksi, termasuk Covid-19. Antibodi atau kekebalan tubuh yang terbentuk dari vaksinasi pun membutuhkan waktu setidaknya 14 hari dari suntikan kedua diberikan.
”Pembentukan antibodi ini pun bisa berbeda dari satu orang ke orang lain, bergantung pada kemampuan tubuh dalam membentuk kekebalan itu sendiri. Jadi, perlindungan yang terbentuk ini pun tidak bisa langsung muncul setelah divaksin, apalagi baru diberikan satu kali suntikan,” katanya, saat dihubungi di Jakarta, Kamis (14/1/2021).
Iris menuturkan, masyarakat juga perlu memahami bahwa kekebalan komunitas yang terbentuk dari vaksinasi baru bisa tercapai jika setidaknya 70 persen populasi di Indonesia sudah mendapatkan vaksinasi. Selama pandemi masih berlangsung, protokol kesehatan harus terus dipatuhi, antara lain dengan tetap menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan tidak merokok.
Edukasi
”Edukasi yang disampaikan ke masyarakat harus komprehensif. Vaksin memang penting diberikan. Vaksin Covid-19 juga sudah terjamin aman dan halal. Namun, itu tidak cukup. Komunikasi yang tidak kalah penting, yaitu vaksin bukan satu-satunya untuk menyelesaikan pandemi. Selama pandemi belum berakhir, protokol kesehatan tetap wajib dilakukan,” tuturnya.
Perlindungan yang terbentuk ini pun tidak bisa langsung muncul setelah divaksin, apalagi baru diberikan satu kali suntikan.
Secara terpisah, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, seusai mendapatkan vaksinasi Covid-19 di RSCM Jakarta, menyampaikan, pada tahap pertama program vaksinasi Covid-19 di Indonesia, 1,4 juta petugas kesehatan akan menjadi prioritas pertama yang menerima vaksin. Secara bertahap, vaksinasi itu akan diberikan mulai Kamis (14/1/2021) ini.
Petugas kesehatan dipilih menjadi penerima vaksin pertama karena mereka dinilai paling rentan tertular Covid-19. Petugas kesehatan menjadi garda terdepan yang setiap hari melakukan kontak dengan pasien yang tertular Covid-19.
”Saat ini sudah tersedia sekitar 3 juta dosis vaksin Sinovac. Jenis vaksin ini kita tetapkan untuk program vaksinasi berdasarkan atas tiga alasan, yaitu ketersediaan vaksin, vaksin itu sudah terakreditasi dari WHO, dan sudah mendapatkan izin dari Badan POM,” ucap Dante.
Vaksin buatan Sinovac ini pun sudah terjamin aman dan halal. Karena itu, masyarakat diharapkan bisa mendukung program vaksinasi ini agar kekebalan komunitas yang diharapkan melalui vaksinasi dapat tercapai. Vaksin pun akan diberikan secara gratis kepada masyarakat dan sementara belum dibuka untuk jalur vaksinasi mandiri.
”Sampai sekarang belum ada sanksi yang ditetapkan kepada yang tidak mau divaksin. Akan tetapi, pendekatan persuasif terus dilakukan, apalagi sekarang masih tahap pertama kepada tenaga medis. Jadi, kita ingin memberikan contoh ke masyarakat bahwa tenaga medis saja mau divaksin, apalagi masyarakat luas,” kata Dante.
Pemerintah menargetkan pelaksanaan vaksinasi terhadap 181,5 juta penduduk di Indonesia. Sebanyak 31.000 vaksinator telah disiapkan untuk membantu pelaksanaan vaksinasi itu. Setelah 1,4 juta petugas kesehatan mendapat vaksin, vaksinasi akan dilanjutkan untuk 17,4 juta petugas layanan publik esensial.
Plasma konvalesen
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dalam siaran pers, menyampaikan, donor plasma konvalesen perlu digalakkan di masyarakat, terutama pada penyintas Covid-19. Plasma konvalesen dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelamatkan pasien yang masih terjangkit Covid-19.
Pemerintah pun berencana untuk mencanangkan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen. Gerakan ini, menurut rencana, dimulai secara daring dan luring di Kantor Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta. Sejumlah donor dari pejabat publik juga akan dilibatkan dalam pelaksanaan donor plasma konvalesen ini.
”Gerakan ini diharapkan dapat menumbuhkan donor-donor potensial yang bersedia mendonorkan plasma darahnya sehingga mampu berperan untuk menekan angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia,” kata Muhadjir.