Rasio Kasus Positif Covid-19 Tinggi, Saatnya Injak Rem Darurat
Penularan Covid-19 di Indonesia semakin menjadi-jadi dan rumah sakit kewalahan menangani pasien. Tingkat kematian karena Covid-19 pun cenderung meningkat.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 di Indonesia semakin menjadi-jadi dan rumah sakit kewalahan menangani pasien. Tingkat kematian karena Covid-19 pun cenderung meningkat. Sudah saatnya pemerintah memberlakukan pembatasan sosial secara lebih tegas guna mengantisipasi ledakan kasus yang semakin parah.
Tingginya penularan Covid-19 di Indonesia ditandai dengan rasio kasus positif yang sangat tinggi, yaitu 22,1 persen. Rasio positif ini didapatkan dari ditemukannya tambahan 6.528 kasus pada Minggu (27/12/2020) dengan jumlah pemeriksaan hanya 29.425 orang.
Rasio kasus positif dalam sepekan terakhir 21,5 persen, yang berarti setidaknya dari 5 orang yang diperiksa ada 1 yang positif. Adapun rasio kasus positif secara keseluruhan sampel yang diperiksa selama ini 14,9 persen yang menunjukkan kondisi saat ini lebih tinggi dari rata-ratanya.
Jumlah kasus aktif, baik yang menjalani perawatan maupun isolasi mandiri saat ini, sebanyak 108.452 orang, sedangkan suspek 69.325 orang. Besarnya angka suspek dibandingkan dengan jumlah orang yang diperiksa menunjukkan kurangnya tes yang dilakukan.
Kasus aktif yang cenderung meninggi ini menyebabkan rumah sakit semakin penuh dan kewalahan menampung pasien. ”Saat ini semakin sulit merujuk pasien karena ruang isolasi Covid-19 dan ICU (ruang gawat darurat) rumah sakit telah penuh. Selain itu, stok obat juga terbatas dan tenaga kesehatan semakin banyak terpapar dan meninggal,” kata guru besar yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam.
Menurut Ari, sudah saatnya pemerintah memberlakukan pembatasan sosial lebih ketat dan meluas, terutama menjelang libur Tahun Baru yang dikhawatirkan bakal semakin memperparah tingkat penularan. ”Imbauan kemanusiaan, para kepala daerah harus kompak meniadakan acara malam Tahun Baru dan memberlakukan jam malam sebagai upaya nyata menekan penularan,” tuturnya.
Dokter emergensi yang juga sukarelawan Lapor Covid-19, Tri Maharani, mengatakan, saat ini semakin sulit merujuk pasien. ”Seluruh Jawa sudah sulit untuk merujuk pasien. Ini sudah dua hari ada pasien dalam kondisi kritis. Beberapa rumah sakit di Jawa Timur, seperti di Blitar dan Nganjuk, sudah membuka tenda darurat untuk menampung pasien. Tetapi, masalahnya ketersediaan nakes (tenaga kesehatan), khususnya perawat, juga terbatas,” ujarnya.
Tri mengatakan, saat ini risiko kematian pasien di UGD semakin meningkat karena keterlambatan penanganan intensif. ”Ada informasi dari sejumlah rekan pasien yang meninggal di UGD. Bahkan, sejawat di Malang juga mengabarkan tidak hanya nakes yang kewalahan, bagian pengurusan jenazah juga kelelahan karena yang meninggal semakin banyak,” ujarnya.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jumlah korban jiwa pada Minggu bertambah 243 orang sehingga totalnya menjadi 21.237 orang. Jumlah kematian dalam sehari ini merupakan rekor penambahan korban dalam sehari terbanyak kedua setelah tanggal 25 Desember sebanyak 258 orang. Penambahan kematian dalam sehari terbanyak terjadi di Jawa Tengah sebanyak 80 orang dan Jawa Timur 48 orang.
Sementara itu, data yang dikumpulkan Lapor Covid-19 berdasarkan laporan kabupaten/kota di Indonesia menyebutkan, jumlah kematian yang terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 24.945 orang, sedangkan yang terduga Covid-19 sebanyak 24.917. Secara total, total kematian terkait Covid-19 di Indonesia mendekati 50.000 orang.
Tri juga menyebutkan, jumlah nakes yang gugur karena Covid-19 terus bertambah yang menurut data terakhir Lapor Covid-19 sebanyak 499 orang terdiri dari 227 dokter, 158 perawat, 69 bidan, dan sejumlah nakes lain. ”Dalam sehari ini ada penambahan empat nakes yang meninggal,” ujarnya.
Menurut Tri, tanpa adanya upaya pembatasan penularan di tingkat hulu, kapasitas rumah sakit tetap tidak akan bisa menampung lonjakan pasien sekalipun dilakukan penambahan kapasitas ICU dan ruang isolasi. Jika itu terjadi, tingkat kematian pasti akan jauh lebih tinggi. Bukan hanya pasien Covid-19, risiko kematian juga bakal dialami pasien lain yang membutuhkan perawatan darurat.