Situasi kritis Covid-19 saat menginjak liburan Natal dan akhir tahun ini agar menyadarkan para pihak untuk menjalankan protokol kesehatan. Tanpa upaya mendasar ini, penularan sulit terkendali.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menginjak liburan Natal dan akhir tahun, tingkat penularan Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan dan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan terus melonjak sehingga kapasitas rumah sakit di sejumlah semakin berkurang. Masyarakat dan pihak berwenang diminta menangkap situasi kritis dan berisiko ini dengan menjalankan protokol kesehatan secara baik.
Jumlah kematian karena Covid-19, menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Jumat (25/12/2020), mencapai 258 jiwa atau rekor selama sepuluh bulan pandemi ini dengan total 20.847 jiwa. Selain itu, jumlah kasus aktif pun mencapai rekor dengan 108.946 kasus.
Kasus positif Covid-19 pun bertambah 7.259 kasus sehingga total menjadi 700.097 kasus. Penambahan kasus harian ini didapatkan dengan memeriksa 35.131 orang sehingga rasio kasus positif sebesar 20,6 persen. Artinya, dari 5 orang yang diperiksa, ada 1 orang positif. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan rasio kasus positif dalam sepekan sebesar 21,23 persen.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 selama liburan Natal dan Tahun Baru dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan, khususnya perawat. ”Jumlah dokter cukup, alat kesehatannya cukup, ruangannya juga ada bisa nambah 100, tetapi kita butuh perawat,” kata Budi seusai mengunjungi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta, Jumat.
Di sisi lain, data Lapor Covid-19 menunjukkan, tenaga kesehatan, termasuk perawat, masih berguguran. Jumlah tenaga kesehatan yang meninggal mencapai 472 orang yang terdiri dari 224 dokter, 152 perawat, 66 bidan, 13 dokter gigi, 10 ahli teknologi laboratorium medik, dan sejumlah tenaga kesehatan lain.
Jalankan protokol
Kepada masyarakat, Budi Sadikin pun berpesan agar lebih baik di rumah dan taat menjalankan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak atau menghindari kerumunan. Langkah ini demi mencegah penularan Covid-19.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menilai imbauan pemerintah agar masyarakat berdiam di rumah tak cukup. Itu perlu didukung ketegasan yang membatasi mobilitas warga, terutama saat liburan akhir tahun.
”Selama ini pengalaman di Indonesia menunjukkan tren penambahan kasus Covid-19 selalu terjadi usai libur panjang. Penularan kian masif karena dipicu mobilitas warga,” katanya.
Di sejumlah wilayah, pemerintah daerah berinisiatif membatasi pergerakan warga saat liburan Natal dan Tahun Baru. Seperti di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, sejumlah tempat wisata dan pusat keramaian ditutup sampai awal Januari dan jam operasional tempat usaha, seperti resto, kafe dan mal, dibatasi hingga pukul 19.00.
Di Kendari, Sulawesi Tenggara, pemerintah kota melarang perayaan Tahun Baru yang berpotensi mengundang kerumunan. Namun, tempat hiburan malam dan keramaian lain masih boleh beraktivitas hingga dini hari.
Di Bandar Lampung, pemerintah kota menjaga wilayah perbatasannya. Pengendara dari luar daerah yang tak dapat menunjukkan surat tes cepat antigen dengan hasil nonreaktif dilarang masuk ke ibu kota Provinsi Lampung itu. (AIK/XTI/VIO/JAL/IKI/REN/IGA)