Darurat Covid-19 di Indonesia, Jumlah Kematian Kembali Rekor
Jumlah kematian per hari akibat Covid-19 di Indonesia mencapai rekor, yaitu 258 jiwa pada Jumat (25/12/2020). Rasio kasus positif pun masih tinggi yang menunjukkan situasi penularan kian kritis.
Oleh
Ahmad Arif
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat penularan Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan dan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan terus melonjak sehingga kapasitas rumah sakit semakin berkurang. Jumlah kematian karena Covid-19 kembali mencapai rekor baru.
Laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebutkan, jumlah kasus pada Jumat (25/12/2020) bertambah 7.259 kasus sehingga total menjadi 700.097 kasus. Jumlah kasus aktif mencapai rekor dengan 108.946 kasus. Penambahan jumlah orang yang meninggal juga mencapai rekor dengan 258 korban jiwa sehingga total menjadi 20.847 korban jiwa.
Penambahan kasus harian ini didapatkan dengan dengan memeriksa 35.131 orang sehingga rasio kasus positif sebesar 20,6 persen. Ini berarti dari 5 orang yang diperiksa, ada 1 yang positif. Angka ini hanya sedikit lebih rendah dibandingkan rasio kasus positif dalam sepekan sebesar 21,23 persen.
Rasio positif di atas 20 persen ini merupakan yang tertinggi di dunia dibandingkan dengan negara-negara lain. Angka ini juga rekor tertinggi sejak bulan Maret 2020 yang menandai tingginya laju penularan Covid-19 di komunitas.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 selama liburan Natal dan Tahun Baru dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan, khususnya perawat. ”Jumlah dokter cukup, alat kesehatannya cukup, ruangannya juga ada, bisa tambah 100, tetapi kita butuh perawat,” kata Budi seusai mengunjungi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta, Jumat.
Budi mengatakan, situasi pandemi saat ini merupakan masalah besar yang tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Kemenkes. ”Saya sudah bertemu dengan beberapa ketua asosiasi profesi, saya juga sudah bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat yang bergerak aktif untuk menangani masalah Covid-19 sendiri. Saya juga sudah berbicara dengan gubernur untuk bisa memastikan bahwa kita lakukan ini bersama-sama,” ungkapnya.
Untuk masyarakat, Budi berpesan agar lebih baik di rumah dan taat menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. ”Ini yang harus kita lakukan terus,” ucapnya.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyatakan sudah berkoordinasi dengan salah satu direktur RSCM untuk menyusun program perekrutan sukarelawan perawat untuk mengantisipasi lonjakan kasus pada masa libur panjang. ”Dengan begitu, akan terlihat kebutuhannya tepat terpenuhi dari masalah teknis yang kita hadapi,” tuturnya.
Kami akan memastikan obat-obatan, tempat tidur, dan tenaga medis tercukupi. (Dante Saksono Harbuwono)
Dante menambahkan, lonjakan kasus tidak bisa dihindari, tetapi yang tidak bisa dihindari adalah mencegah angka kematian tidak meningkat. ”Kami akan memastikan obat-obatan, tempat tidur, dan tenaga medis tercukupi,” ujarnya.
Kendalikan hulu
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, untuk mengurangi risiko kematian tidak bisa hanya meningkatkan kapasitas di hilir atau rumah sakit. Paling penting adalah pengendalian di hulu agar tidak terjadi lonjakan kasus yang tak bisa ditampung rumah sakit.
Dia menambahkan, upaya 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak/menghindari kerumunan) harus dilakukan secara simultan dengan peningkatan kapasitas tes, lacak, dan isolasi atau perawatan. Pemerintah tidak bisa hanya meminta masyarakat menjalankan protokol kesehatan, tetapi tidak melakukan tugas dalam tes, lacak, dan isolasi yang merupakan upaya paling signifikan untuk mengendalikan penularan yang telanjur membesar seperti saat ini.
Dia menyarankan, pemerintah juga harus berani memutuskan untuk melakukan pembatasan sosial seluruh Jawa untuk mencegah lonjakan kasus semakin besar. Penambahan kapasitas rumah sakit dinilai tetap tidak akan menampung kebutuhan pasien jika penularan terus membesar.
Pemodelan epidemiologi yang dilakukan oleh Imperial College London di Our World in Data menunjukkan, penambahan kasus Covid-19 di Indonesia diperkirakan 80.000 per hari dengan estimasi tertinggi 126.000 per hari dan estimasi terendah 42.000.
Kematian tenaga kesehatan Alarm bahaya situasi Covid-19 di Indonesia saat ini juga bisa dilihat dengan tingginya jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal. Data Lapor Covid-19 menunjukkan, jumlah nakes yang meninggal sebanyak 472 orang. Mereka yang meninggal terdiri dari 224 dokter, 152 perawat, 66 bidan, 13 dokter gigi, 10 ahli teknologi laboratorium medik, dan sejumlah tenaga kesehatan lain.
Kematian nakes terbanyak terdapat di Jawa Timur, yaitu 131 orang, di mana 43 jiwa di antaranya terdapat di Kota Surabaya. Jakarta kehilangan 61 nakes, Jawa Tengah 57 nakes, Sumatera Utara 36 nakes, Jawa Barat 42 nakes, dan sisanya berasal dari 24 provinsi lain.
Beberapa hari terakhir, dalam satu hari bisa dua teman kami (sesama perawat) meninggal. (Ave Sri)
Dalam diskusi daring yang diinisiasi Lapor Covid-19, Ketua Satuan Tugas Dewan Pimpinan Wilayah Pengurus Perawat Nasional Indonesia Jawa Timur Ave Sri mengatakan, kematian perawat mulai turun pada September-Oktober, tetapi meningkat kembali pada November. ”Desember ini yang paling banyak. Beberapa hari terakhir, dalam satu hari bisa dua teman kami (sesama perawat) meninggal. Saat ini bukan hanya masyarakat yang susah mencari tempat perawatan, nakes saja kesulitan karena ICU penuh,” ujarnya.
Ketua Tim Satgas Mitigasi Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaedi mengatakan, risiko keterpaparan dan kematian di kalangan nakes saat ini cenderung meningkat di layanan primer, seperti puskesmas dan klinik pribadi. Selain ketersediaan alat pelindung diri (APD), khususnya bagi nakes yang bekerja di klinik pribadi, kesulitan untuk mendapatkan pemeriksaan reaksi rantai berpolimerase (PCR) secara rutin juga masih terjadi. ”Harusnya minimal 2 minggu sampai 1 bulan sekali ada pemeriksaan PCR untuk nakes,” ujarnya.
Adib mengingatkan, kita harus lebih waspada sekarang karena laju penularan sangat tinggi, sementara tenaga kesehatan sangat banyak yang terpapar dan mengalami kelelahan mental. ”Kami mengingatkan kepada semua pihak bahwa ke depan mungkin bakal lebih berisiko lagi,” ujarnya.