Meski Berharap Banyak pada Vaksin, Warga Tetap Bertekad Patuhi Protokol Kesehatan
Sebagian kalangan berharap bisa melewati pandemi dengan datangnya vaksin. Akan tetapi, proses panjang hingga vaksin siap disuntikkan ke warga membuat protokol kesehatan masih menjadi keharusan.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kedatangan vaksin Covid-19 Sinovac Biotech dari China di Tanah Air pada Minggu (6/12/2020) malam menambah optimisme warga untuk keluar dari situasi pandemi. Sembari menunggu uji klinis vaksin, protokol kesehatan masih menjadi keharusan untuk mencegah wabah meluas.
Kabar kedatangan 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech telah sampai ke telinga Didit (29), warga asal Semarang, Jawa Tengah. Ia mengaku tak sabar menunggu hasil uji klinis yang tengah dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Baginya, tidak masalah jika vaksin ini diprioritaskan kepada tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang lain. Hal itu dinilai tetap menguntungkannya. Pasalnya, hingga saat ini Didit masih harus rutin mengunjungi rumah sakit dan bertemu dengan tenaga kesehatan di sana.
”Selama ini khawatir banget kalau kontak sama tenaga kesehatan di rumah sakit. Gimana lagi, mau enggak mau ini harus dilakukan. Ya, saya hanya bisa mengandalkan masker. Semoga aman,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (8/12/2020).
Hampir setiap bulan, Didit harus mengantarkan ibunya menjalani kemoterapi di salah satu rumah sakit di Semarang. Kekhawatirannya semakin memuncak ketika mengetahui ruang perawatan yang biasa digunakan oleh ibunya kini dialihfungsikan menjadi ruang perawatan pasien Covid-19.
”Semakin banyak sekarang ruangan yang dipakai buat pasien Covid-19. Berarti tenaga medis yang kontak dengan pasien Covid-19 juga semakin banyak,” katanya.
Di sisi lain, sudah dua pekan ini ibu mertuanya juga mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sehingga harus dirawat di salah satu ruang isolasi rumah sakit di Kudus, Jawa Tengah. Dia menduga gedung di sebelah ruang isolasi ibu mertuanya adalah ruang perawatan untuk pasien Covid-19.
Didit mengatakan, hampir setiap akhir pekan dia mengunjungi ibu mertuanya. Dia dan istri hanya bisa berkomunikasi dengan ibu mertuanya dari balik pintu kaca ruangan. Di titik itulah Didit kerap berpapasan dengan tenaga kesehatan yang memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
”Setiap ketemu sama tenaga kesehatan yang pakai APD lengkap langsung deg-degan. Padahal belum tentu dia menangani pasien Covid-19,” katanya.
Sangsikan efektivitas
Meski begitu, Ayuda (29), dokter gigi di salah satu rumah sakit gigi dan mulut di Yogyakarta, mengaku masih berkeberatan mendapatkan suntikan vaksin buatan Sinovac Biotech. Hingga kini, dia masih menyangsikan efektivitas vaksin yang diproduksi dengan waktu yang cukup singkat ini.
Jika diperbolehkan memilih, dia akan menolak untuk disuntik vaksin Covid-19 pada gelombang pertama ini. ”Bukan antivaksin, tapi masih ragu saja sama kualitasnya karena cepat produksinya,” katanya.
Ayuda tidak menampik jika vaksin sangat dibutuhkan oleh para tenaga kesehatan seperti dirinya. Dia hanya ingin memastikan vaksin yang ia dapatkan efektif membentuk antibodi Covid-19 dan tidak berdampak buruk dalam jangka panjang.
Sebagai tenaga medis, sejujurnya Ayuda sudah tidak nyaman lagi memakai APD lengkap setiap menangani pasiennya. Sering kali, APD ini malah mengganggu tindakannya kepada pasien sehingga hasil kerjanya tidak optimal.
”Biasanya pakai APD ini 4-6 jam, tergantung sif kerja. Sekitar 10 pasien yang bisa saya layani. Sebenarnya, vaksin ini penting buat kami dokter gigi karena pasien, kan, selalu buka mulut,” ungkapnya.
Danti, karyawan swasta asal Jakarta, membayangkan, vaksin Covid-19 bagi warga baru bisa diterima 1-3 bulan mendatang. ”Tentunya setelah ada hasil positif dari hasil klinis dan mulai digunakan oleh tenaga kesehatan,” katanya.
Berdasarkan pemberitaan yang dia baca, dari semua calon vaksin yang akan masuk ke Indonesia, belum ada satu pun yang lolos sampai tahap ketiga. Dia meyakini vaksin yang ada saat ini belum cukup terbukti untuk menekan penyebaran Covid-19.
”Harapannya, sih, tingkat efektivitasnya benar-benar dipastikan sehingga kita tidak menjadi uji coba semata,” katanya.
Oleh sebab itu, dia bertekad tidak mengendurkan protokol kesehatan kapanpun dan di man apun dia berada. Dia akan berupaya mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Kepala BPOM Penny K Lukito menegaskan, aspek mutu, keamanan, dan efikasi dari vaksin Covid-19 akan terus dikawal secara menyeluruh. Mulai dari tahap kedatangan dari negara produsen, tahap produksi, tahap distribusi dan peredaran, hingga penyuntikan kepada masyarakat. Untuk memastikan aspek keamanan dan khasiat vaksin, masyarakat diminta menanti uji klinis yang masih berlangsung.
Sembari vaksinasi disiapkan, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengimbau warga untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Termasuk mendukung upaya pemerintah dalam melakukan 3T (trace, test, treat). (Kompas, 8 Desember 2020)