LIPI dan Universitas Indonesia Mulai Mengembangkan Vaksin Merah-Putih
Pengembangan riset kandidat vaksin Covid-19 terus berlanjut. Kini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Universitas Indonesia resmi bergabung dalam tim nasional pengembangan vaksin Merah-Putih.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Universitas Indonesia secara resmi bergabung dengan Tim Nasional Pengembangan Vaksin Merah-Putih. Itu berarti dua lembaga tersebut bisa mulai meneliti calon vaksin Covid-19 untuk mewujudkan kemandirian produksi vaksin tersebut.
Kini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas Indonesia (UI) telah mengantongi surat keputusan dari Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional tentang Pelaksana Harian Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, Indonesia memiliki kebutuhan vaksin yang besar karena jumlah penduduk yang juga besar. Kebutuhan ini juga perlu mempertimbangkan keperluan revaksinasi atau vaksin booster.
”Karena itu, selain adanya vaksin kerja sama dengan luar negeri, pengembangan vaksin dalam negeri untuk mendukung kemandirian vaksin sangat diperlukan. Kami harap vaksin yang akan dikembangkan oleh LIPI dan UI bisa turut mendukung kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Kamis (3/12/2020).
Sebelumnya, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Universitas Airlangga Surabaya juga mendapatkan surat keputusan resmi untuk pengembangan vaksin Merah-Putih. Vaksin yang dikembangkan keduanya diperkirakan sudah bisa dialihkan ke industri untuk dilakukan uji klinis pada Februari-Maret 2021.
Selain adanya vaksin kerja sama dengan luar negeri, pengembangan vaksin dalam negeri untuk mendukung kemandirian vaksin sangat diperlukan.
Selain LBM Eijkman, Universitas Airlangga, UI, dan LIPI, terdapat dua lembaga lain yang turut mengembangan vaksin, yakni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setiap lembaga ini mengembangkan vaksin Covid-19 dengan platform berbeda. Namun, pengembangan vaksin dalam negeri ini akan memakai isolat virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 yang bertransmisi di Indonesia.
”Pemerintah akan mendukung penuh pengembangan vaksin dalam negeri. Dari Kemristek/BRIN, anggaran telah disiapkan mulai dari penelitian di laboratorium sampai uji klinis manusia pada tahap pertama, kedua, dan ketiga. Pada tahun 2021, setidaknya disiapkan sekitar Rp 300 miliar,” tutur Bambang.
Selain itu, pemerintah juga akan mendorong keterlibatan swasta untuk mendukung pengembangan vaksin Covid-19. Salah satunya melalui aturan pemberian tax deduction yang dipatok sampai 300 persen.
Secara terpisah, pakar imunisasi Elizabeth Jane Soepardi mengatakan, vaksinasi bisa menjadi salah satu cara untuk menekan penularan Covid-19. Namun, tanpa dukungan masyarakat dengan terus proaktif menjalankan protokol kesehatan, program vaksinasi tidak akan berjalan optimal.
”Kita semua harus sadar, kapasitas produksi vaksin tidak akan cukup untuk semua penduduk, sudah pasti vaksinasi akan bertahap. Oleh karena itu, 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) harus tetap kita jalankan. Bahkan setelah kita divaksinasi, jangan merasa terlindungi 100 persen,” tuturnya.
Sementara itu, Inggris menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin Covid-19 buatan Pfizer/BioNTech untuk vaksinasi massal. Regulator obat Inggris, MHRA, mengatakan, vaksin itu menawarkan proteksi 95 persen terhadap Covid-19 sehingga aman diluncurkan.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock kepada BBC, Kamis (3/12/2020), mengatakan, National Health Security akan menghubungi penduduk yang menjadi sasaran vaksinasi. Warga lanjut usia, anggota staf panti jompo, dan tenaga kesehatan menjadi prioritas. (EVY)