Penambahan kasus harian dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia kembali mencetak rekor baru. Rumah sakit di sejumlah daerah telah dipenuhi pasien Covid-19.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
Penambahan kasus harian dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia kembali mencetak rekor baru. Rumah sakit di sejumlah daerah telah dipenuhi pasien penyakit itu.
JAKARTA, KOMPAS — Rumah sakit di sejumlah daerah telah penuh dan tak mampu lagi menerima pasien Covid-19. Di sisi lain, kasus penyakit yang disebabkan virus korona baru atau SARS-CoV-2 ini, Jumat (27/11/2020), mencapai rekor harian baru untuk penambahan kasus 5.828 orang dan kematian 169 jiwa.
Penambahan kasus harian itu membuat saat ini total ada 522.581 kasus Covid-19 di Tanah Air dengan 16.521 orang meninggal.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan, penambahan kasus selama beberapa hari terakhir ini menjadi alarm atau peringatan. ”Kasus positif dapat terus bertambah apabila tidak ada langkah serius dari masyarakat dan pemerintah daerah dalam mencegah penularan,” katanya.
Penambahan kasus positif ini, menurut Wiku, disebabkan masih terjadi penularan di masyarakat. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Protokol kesehatan itu harus diterapkan di setiap aktivitas dan keseharian masyarakat. Ia pun mengharapkan Satgas Covid-19 di daerah tidak ragu menindak masyarakat yang abai dengan protokol kesehatan sesuai peraturan tanpa pandang bulu.
Kewalahan
Penambahan kasus Covid-19 ini membuat rumah sakit mulai dipenuhi pasien Covid-19. ”Kemarin (Kamis) saya mencarikan tempat perawatan untuk sejawat, sudah menelepon 56 rumah sakit di daftar rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta, tetapi semua penuh. Baru bisa masuk setelah ada pasien yang keluar karena meninggal,” ujar Tri Maharani, dokter emergensi yang menjadi sukarelawan di Laporcovid-19.
Situasi serupa terjadi di Solo, Jawa Tengah. Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret, Solo, Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, ”Rumah sakit penuh. Terjadi antrean pasien Covid-19 di IGD (instalasi gawat darurat) kami.”
Menurut dia, kondisi serupa juga terjadi di rumah sakit di seluruh Solo. Kesulitan mencari kamar kosong dan harus antre membuat korban bisa meninggal di luar rumah sakit dan kemungkinan tak terdata.
Dokter dan epidemiolog Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Joko Mulyanto, mengatakan, seluruh ruang isolasi pasien Covid-19 di Banyumas, Jawa Tengah, juga telah penuh. ”Tempat tidur di ruang isolasi tak tersisa lagi,” katanya.
Lonjakan pasien juga terjadi di luar Jawa. Robert Naiborhu (47), dokter spesialis paru di RS Umum Daerah Abdul Rivai, Berau, Kalimantan Timur, mengatakan, dalam seminggu terakhir, rumah sakitnya penuh. ”Lonjakan pasien sudah terjadi sebulan terakhir. Ada penambahan 102 pasien. Kemungkinan karena pengaruh cuti panjang dan perjalanan pulang dari pegawai perusahaan tambang,” katanya.
Menurut Robert, persoalan di daerah lebih rumit karena pasien tanpa gejala atau gejala ringan kesulitan melakukan isolasi mandiri karena penolakan atau stigma di masyarakat. ”Situasi makin sulit karena kontak lokal yang tidak diketahui sumber penularannya juga meningkat,” katanya.
Di sisi lain, 25 tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Goeteng Tarunadibrata, Purbalingga, terkonfirmasi Covid-19. Pelaksana Tugas Direktur RSUD Goeteng Tarunadibrata Sulistya Rini Candra Dewi menyampaikan, para tenaga medis dan tenaga kesehatan itu terdiri dari 3 dokter, 16 perawat, serta 6 lainnya adalah ahli gizi, petugas kebersihan, dan sopir di rumah sakit.
Di Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, 177 santri pondok pesantren setempat terkonfirmasi positif Covid-19. ”Mereka karantina di pondok (pesantren) saja, sudah dikondisikan,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein.
Agar diantisipasi
Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Australia Dicky Budiman, mengatakan, penambahan kasus Covid-19 yang signifikan dan penuhnya rumah sakit harus segera diantisipasi agar korban jiwa tidak bertambah tinggi. Apalagi, penularan di masyarakat jauh lebih besar dibandingkan yang terkonfirmasi karena pemeriksaan masih minim.
Jumlah pemeriksaan di Indonesia per Jumat sudah mendekati ambang minimal Organisasi Kesehatan dunia (WHO), tetapi hal itu hanya berlaku jika rasio positif kurang dari 5 persen. Dengan rasio positif di Indonesia masih di atas 10 persen, menurut Dicky, jumlah pemeriksaan minimal sudah harus 100.000 per hari. (AIK/MTK/HRS/DIT/VIO/DKA/OKA/NIK)