Kenaikan Indeks Modal Manusia Indonesia tahun 2020 ini terutama disebabkan penurunan jumlah anak tengkes. Capaian ini terancam oleh dampak pandemi Covid-19.
Oleh
Ninuk Mardiana Pambudy
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 mengancam capaian pembangunan manusia di sektor kesehatan dan pendidikan yang telah diusahakan dengan berbagai upaya. Indeks Modal Manusia atau Human Capital Index 2020 untuk Indonesia adalah 0,54, sementara rata-rata dunia adalah 0,56.
Capain Indeks Modal Manusia (IMM) untuk Indonesia tersebut meningkat dari 0,50 pada tahun 2010. Indeks dirilis Bank Dunia pada 16 September 2020, yang dikumpulkan dari data 174 negara hingga Maret 2020.
IMM mengukur modal manusia yang diperkirakan akan didapatkan seorang anak yang lahir pada hari ini hingga nanti saat anak tersebut berusia 18 tahun. Modal manusia diakumulasi melalui pendidikan dan kesehatan.
Dengan IMM 0,54, berarti seorang anak Indonesia yang lahir saat ini akan mencapai 54 persen produktivitas maksimal saat usia 18 tahun jika memenuhi tolok ukur pendidikan dan kesehatan yang lengkap.
Hasil kaji cepat Unicef Indonesia pada awal pandemi memperlihatkan, 35 persen siswa terkendala akses ke pembelajaran jarak jauh (PJJ). Penyebabnya tidak ada gawai dan akses internet, ataupun kualitas jaringan internet buruk atau tidak stabil.
Survei pada Juni dan Oktober 2020 di 150 negara memperlihatkan, anak-anak di negara miskin dan berpenghasilan menengah-bawah kehilangan waktu 4 bulan waktu sekolah, sementara anak di negara kaya kehilangan 6 minggu (Kompas, 3/11/2020).
Laporan Bank Dunia mengenai IMM Indonesia mengingatkan, meskipun dari sisi akses pada pendidikan mengalami peningkatan, pada sisi pencapaian siswa sebagai cara mengukur kualitas sekolah mengalami penurunan. Keadaan ini menandakan pentingnya memperbaiki proses pembelajaran siswa.
Hal yang harus menjadi perhatian, bekas yang ditinggalkan pandemi Covid-19 akan dalam dan panjang. Kerugian ekonomi bagi masyarakat dan negara sangat besar apabila dikaitkan dengan IMM. Dampak Covid-19 terutama terasa pada perempuan dan anak dari keluarga miskin dan rentan miskin.
Berkurangnya lama sekolah dan turunnya asupan makanan bergizi karena kesulitan ekonomi keluarga miskin dan kelas menengah rentan berdampak menurunkan daya saing anak ketika memasuki dunia kerja saat berusia 18 tahun. Pewarisan kemiskinan antargenerasi akan sulit diputus.
Memutus rantai
Naiknya IMM Indonesia dari 0,50 dalam 10 tahun terakhir adalah sumbangan nyata turunnya jumlah anak stunting (tengkes); menggambarkan capaian terutama dalam pemenuhan kebutuhan gizi anak.
Aspek kesehatan dalam IMM mengukur kemampuan sintas anak, tengkes, dan tingkat sintas saat dewasa. Dari aspek pendidikan diukur lama sekolah (kuantitas) dan nilai skor yang didapat dalam uji dengan standar internasional (kualitas).
Kejadian tengkes, menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019, adalah 27,67 persen. Dalam Riset Kesehatan Dasar 2018, angka tengkes 30,8 persen. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), kejadian anak tengkes ditargetkan 19 persen pada 2024.
Walakin, angka kematian orang dewasa sebelum waktunya masih tetap tinggi walaupun ada peningkatan angka kelangsungan hidup orang dewasa. Hal ini menandakan perlunya memperkuat akses dan kualitas layanan kesehatan.
Merespons pandemi, pemerintah menyalurkan bantuan sosial untuk separuh penduduk Indonesia. Meski demikian, bantuan sosial tersebut belum tentu memperbaiki situasi anak.
Guru Besar Emeritus Bidang Gizi Soekirman mengatakan, belanja keluarga miskin atau rentan miskin sebagian besar untuk karbohidrat sederhana, kurang protein, dan hampir tidak ada sumber vitamin dan mineral. Situasi itu berbeda dari keluarga menengah yang dapat menganekaragamkan sumber pangan keluarga sehingga dapat mencapai gizi lebih seimbang.
Dalam webinar mengenai anak keluarga miskin dan peluangnya dalam dunia kerja saat dewasa pada Oktober lalu, Mayang Rizky dari lembaga kajian Smeru menguatkan pandangan Soekirman dan skor IMM Indonesia. Tidak ditemukan bukti bantuan langsung tunai dan raskin mengurangi dampak yang dialami anak keluarga miskin dalam penghasilan mereka saat dewasa.
Data dikumpulkan dari Indonesian Life Family Survey tahun 2000, 2007, dan 2014. Rekomendasi penelitian ini adalah perlu penelitian lebih dalam untuk mengevaluasi dampak program yang bertujuan memutus rantai kemiskinan antargenerasi.
Investasi modal manusia
Membangun modal manusia belum pernah sepenting saat ini ketika dunia bergerak menuju tatanan baru. Agar dapat ikut dalam perubahan besar secara berkelanjutan, investasi manusia untuk pendidikan dan kesehatan harus terus ditingkatkan hingga ke wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal.
Selain terus meningkatkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi menjangkau juga keluarga miskin dan rentan miskin, perlu peningkatan kemampuan tenaga pengajar, materi ajar, dan fasilitas pendidikan sesuai perubahan besar ke depan.
Menyediakan lapangan kerja berkualitas merupakan cara meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan hampir miskin. Namun, hal tersebut hanya memenuhi sebagian kebutuhan pemenuhan modal manusia anak.
Perlu transmisi pengetahuan kepada orangtua mengenai pentingnya menganekaragamkan pangan; harus lahir inovasi teknologi pangan yang menjangkau keluarga miskin, seperti fortifikasi vitamin dan mineral pada makanan; dan akses pada layanan kesehatan, antara lain melalui posyandu dan puskesmas.
Bank Dunia menyarankan Pemerintah Indonesia agar fokus pada dimensi kualitas dan keadilan (equity). Indonesia sepanjang usianya mempunyai sejumlah pengalaman dan menjadi contoh negara-negara lain dalam mengatasi kemiskinan struktural. Hal-hal baik itu dapat dikembangkan ke depan sebagai modal membangun manusia Indonesia.