Uji coba vaksin kembali menunjukkan hasil menggembirakan. Analisis sementara dari uji coba vaksin Oxford dan AstraZeneca fase 3 menunjukkan bahwa kemanjuran vaksin mereka mencapai 70 persen.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Vaksin virus korona jenis baru SARS-CoV-2 yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca dapat mencegah 70,4 persen orang tertular Covid-19. Kemanjuran vaksin yang dikembangkan di Inggris ini lebih rendah dari kandidat vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, yang mencapai 95 persen.
Direktur Oxford Vaccine Group Andrew Pollard, dalam pernyataan di Kantor Berita BBC, Senin (23/11), mengatakan, ”Penemuan ini menunjukkan bahwa kita memiliki vaksin efektif yang akan menyelamatkan banyak nyawa.”
Analisis sementara dari uji coba vaksin Oxford dan AstraZeneca fase 3 menunjukkan bahwa kemanjuran vaksin mereka mencapai 70 persen. Analisis ini didasarkan pada 131 infeksi di antara peserta yang menerima kandidat vaksin dan mereka yang berada dalam kelompok kontrol yang diberi suntikan meningitis.
Akan tetapi, hal itu berasal dari menggabungkan hasil dari dua prosedur pemberian dosis yang berbeda, yang satu adalah 90 persen dan yang lainnya adalah 62 persen. Kemanjuran 90 persen didapatkan dengan pemberian setengah dosis pertama dan kemudian dosis penuh.
”Jadi, jika orang pertama kali diberi setengah dosis vaksin diikuti dengan dosis penuh sebulan kemudian, mereka memiliki perlindungan 90 persen,” sebut Pollard.
Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Universitas Oxford yang turut dalam kajian uji klinis fase 3 ini, mengatakan, ”Pengumuman hari ini membawa kita selangkah lebih dekat ketika kita dapat menggunakan vaksin untuk menanggulangai kehancuran yang disebabkan oleh Covid-19.”
Sebelumnya, dua perusahaan farmasi Amerika Serikat dan Jerman, Pfizer dan Moderna, mengumumkan bahwa kandidat vaksin mereka dapat memberikan perlindungan 95 persen dari Covid-19. Meski demikian, vaksin Oxford-AstraZenecca ini memiliki kelebihan karena dapat disimpan pada suhu lemari es, yang berarti dapat didistribusikan ke seluruh penjuru dunia dengan lebih mudah.
Vaksin Pfizer-BioNTech hanya bisa disimpan di suhu minus 70 derajat celsius, sedangkan vaksin Moderna perlu disimpan pada suhu minus 20 derajat celsius. Vaksin Moderna telah dipatok dengan harga 38 dollar AS atau sekitar Rp 539.600 (dengan kurs Rp 14.200) per dosis, Pfizer 20 dollar AS atau sekitar Rp 284.000 per dosis.
Sementara itu, hingga sejauh ini, belum ada laporan mengenai kemanjuran vaksin-vaksin buatan China, termasuk Sinovac yang tengah menjalani uji klinis fase tiga di Indonesia. Sekalipun demikian, berdasarkan laporan di jurnal The Lancet Infectious Diseases pada 17 November 2020, vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech disebut memicu respons imun walaupun kadarnya relatif rendah.
Vaksin Sinovac ini termasuk yang dipesan Pemerintah Indonesia dan direncanakan akan diberikan kepada masyarakat pada akhir tahun ini. Namun, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny Lukito dalam rapat dengan Komisi IX DPR pada Selasa (17/11) memastikan belum bisa mengeluarkan emergency use of authorization (EUA) atau izin penggunaan untuk kepentingan mendesak hingga akhir tahun ini.
Izin penggunaan vaksin ini, menurut Penny, belum bisa dikeluarkan karena masih ada sejumlah data yang belum lengkap. Di antaranya, belum adanya hasil uji klinik vaksin Covid-19 Sinovac yang telah diuji coba di Bandung dan hasil analisis uji klinik mid term untuk fase tiga.