Pneumonia menjadi pembunuh utama anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun, di Indonesia. Kondisi itu diperburuk oleh adanya pandemi Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pneumonia masih menjadi pembunuh utama anak di Indonesia, terutama anak usia di bawah lima tahun. Setidaknya dua anak meninggal setiap jam akibat penyakit ini. Kondisi tersebut semakin buruk di tengah pandemi Covid-19.
Padahal, pneumonia bisa dicegah dengan pemberian ASI eksklusif, pemenuhan gizi yang cukup, pemberian imunisasi dasar lengkap, serta memastikan lingkungan anak bebas dari asap. Untuk itu, perbaikan infrastruktur kesehatan dasar serta peningkatan kesadaran masyarakat pun kian mendesak.
Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang yang juga anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko, di Jakarta, Kamis (12/11/2020), mengatakan, pneumonia atau radang paru akut disebabkan infeksi bakteri, virus, dan jamur. Infeksi itu menyebabkan kerusakan jaringan paru sehingga penyaluran oksigen dalam tubuh terganggu. Perburukan kondisi akibat penyakit bisa terjadi karena kekebalan tubuh dari bayi dan anak balita yang rendah.
”Anak juga dapat mengalami sesak napas, oksigen dalam tubuh berkurang, bahkan bisa menjadi sakit berat hingga meninggal. Kekebalan tubuh yang rendah disebabkan oleh banyak faktor, antara lain paparan asap rokok dan asap atau debu di rumah, tidak mendapatkan ASI, asupan gizi yang kurang, imunisasi yang tidak lengkap, serta berat badan lahir rendah,” tuturnya, dalam diskusi dalam rangka Hari Pneumonia Sedunia yang diperingati setiap 12 November.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-Anak (Unicef) menyatakan, pneumonia menjadi penyebab kematian anak balita terbesar di Indonesia. Data Unicef tahun 2018 memperkirakan, 19.000 anak di Indonesia meninggal akibat pneumonia. Itu berarti setiap jam ada dua anak meninggal dunia. Estimasi global menyebutkan, setiap jam ada 71 anak tertular pneumonia.
Anak juga dapat mengalami sesak napas, oksigen dalam tubuh berkurang, bahkan bisa menjadi sakit berat hingga meninggal.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2019, terdapat 153.987 kasus pneumonia pada bayi usia di bawah satu tahun dan 314.455 kasus pada anak usia satu sampai lima tahun. Sementara jumlah kematian anak akibat penyakit ini mencapai 550 kasus. Pada 2020, tercatat sudah ada 443 anak yang meninggal karena pneumonia. Indonesia ada di peringkat ketujuh dunia sebagai negara dengan beban pneumonia tertinggi.
Soedjatmiko mengatakan, kasus pneumonia yang tinggi dapat menjadi penyebab banyaknya anak yang tertular Covid-19 di Indonesia. Proporsi angka kejadian Covid-19 pada anak di Indonesia 9,1 persen. Itu lebih tinggi daripada Selandia Baru (8 persen), Amerika Serikat (5 persen), Australia (3 persen), Italia (1,2 persen), dan China (0,9 persen). Kasus kematian anak akibat Covid-19 pun merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Pasifik.
Setidaknya, angka kematian pada anak di Indonesia tercatat 1,1 persen. Di China, angka kematian Covid-19 pada anak 0,1 persen, Italia 0,1 persen, dan Eropa 0,03 persen. Pneumonia juga menjadi komorbid atau penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan pada kasus kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia.
”Kondisi pandemi dikhawatirkan menambah kasus pneumonia pada anak. Berbagai layanan kesehatan dasar terkendala. Padahal, pemantauan status gizi mulai dari masa kehamilan sampai anak usia balita serta pemberian imunisasi dasar lengkap amat dibutuhkan untuk mencegah pneumonia,” kata Soedjatmiko.
Kerap diabaikan
Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik yang merupakan bagian dari Save The Children Selina Patta Sumbung menilai, meskipun kasus kematian akibat pneumonia tinggi, penyakit ini termasuk dalam penyakit yang sering diabaikan. Kesadaran masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan perlu lebh ditingkatkan untuk bersama-sama mengatasi persoalan ini. Dengan begitu, semakin banyak anak yang menjadi penentu masa depan bangsa dapat diselamatkan.
Integrasi yang menyasar pada perubahan perilaku untuk mengatasi pneumonia pada anak juga perlu lebih disosialisasikan. Melindungi anak dari bahaya pneumonia sama dengan menjamin layanan kesehatan dasar pada anak. Tingginya kasus pneumonia juga dapat menunjukkan rendahnya fondasi kesehatan di Indonesia yang dapat dilihat dari faktor penyebab yang terkait.
Hal itu meliputi, antara lain, pemenuhan ASI eksklusif yang hanya 54 persen, bayi dengan berat badan lahir rendah yang mencapai 10,2 persen, cakupan imunisasi lengkap baru 42,1 persen, serta tingginya paparan polusi udara di ruang tertutup, terutama karena asap rokok, serta kepadatan yang tinggi pada rumah tangga.
”Harapannya, kondisi saat ini menggugah kita untuk meningkatkan upaya pemenuhan hak-hak anak yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Setidaknya pastikan ASI eksklusif dan kualitas MPASI, tuntaskan imunisasi dasar lengkap, obati jika anak sakit, serta pastikan kecukupan gizi dan hidup bersih sehat anak,” tutur Selina.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, upaya pemerintah untuk menanggulangi pneumonia pada anak dilakukan dengan meningkatkan tata kelola pneumonia. Hal itu dengan cara meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan anak balita, meningkatkan upaya deteksi dini, mendorong pemberian ASI eksklusif, serta memperluas cakupan imunisasi.
Organisasi masyarakat juga makin dilibatkan untuk berkontribusi mencegah pneumonia sekaligus mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat. Dukungan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak pun perlu ditingkatkan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menambahkan, semua pihak, terutama keluarga, bertanggung jawab untuk memastikan setiap anak mendapatkan gizi yang cukup. Sayangnya, kontruksi sosial yang berkembang saat ini menganggap tugas pengasuhan pada anak hanya menjadi tanggung jawab perempuan.
”Saya harap ayah bisa semakin berperan dalam tumbuh kembang anak. Kedua orangtua harus terus belajar agar memiliki pengetahuan yang luas tentang pengasuhan anak. Jadikan setiap anak ini menjadi generasi penerus bangsa yang unggul di masa depan,” katanya.