Angka prevalensi diabetes di Indonesia cukup tinggi, yakni 10,9 persen, lebih tinggi dari prevalensi diabetes di dunia pada 2019, yaitu 9,3 persen. Manajemen penyakit diperlukan, khususnya dengan pola hidup sehat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gaya hidup sehat diyakini sebagai cara terbaik mengelola penyakit diabetes untuk penderita di segala usia. Pengobatan tanpa diikuti pola makan sehat dan olahraga tidak akan memberi dampak positif bagi tubuh.
Presiden Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia (PB Persadia) Sony Wibisono mengatakan, dari semua kasus diabetes, rata-rata hanya sepertiga pengobatan diabetes yang berhasil. Ini tidak semata karena obat, tetapi juga komitmen menjalani pola hidup sehat.
”Pola hidup sehat berperan penting agar penderita diabetes punya kualitas hidup yang baik. Pengobatan jika tidak disertai dengan gaya hidup yang baik maka akan sia-sia,” kata Sony pada pertemuan pers virtual, Selasa (3/11/2020).
Kementerian Kesehatan mencatat diabetes sebagai salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi. Diabetes melitus dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi setelah penyakit jantung koroner dan kanker.
Menurut Ketua Umum Perkumpulan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Ketut Suastika, intervensi sejak dini diperlukan untuk mencegah pertumbuhan angka diabetes. Intervensi yang dimaksud ialah perubahan pola hidup. Ini penting karena International Diabetes Federal (IDF) memprediksi ada 630 juta-700 juta orang di dunia yang akan menderita diabetes pada 2045.
Pola hidup sehat berperan penting agar penderita diabetes punya kualitas hidup yang baik. Pengobatan jika tidak disertai dengan gaya hidup yang baik, akan sia-sia.
Suastika mengatakan, penderita diabetes perlu mengelola asupan gizi harian. Ini bisa dilakukan dengan menjaga jumlah kalori yang dikonsumsi, mengatur jenis makanan, dan menetapkan jadwal makan. Pasien dengan aktivitas rendah bisa mengonsumsi 25-30 kalori dikali dengan berat badan pasien.
”Jenis makanan bisa divariasikan, misalnya karbohidrat tidak harus nasi, melainkan kentang dan ketela. Protein tidak hanya hewani, tetapi juga nabati. Konsumsi lemak diperbolehkan, tetapi hindari lemak jenuh dan kolesterol,” kata Suastika.
Penderita diabetes sebaiknya menetapkan jadwal makan. Misalnya, tiga kali sehari ditambah jadwal makan penganan. Selain itu, olahraga yang sesuai dengan kemampuan tubuh juga diperlukan. ”Untuk menjalani ini semua, yang paling dibutuhkan adalah niat orang yang bersangkutan,” tambah Suastika.
Menurut Executive Board Member IDF Western Pacific Region (periode 2009-2011 dan 2012-2015) Sidartawan Soegondo, peran keluarga penting untuk menjaga semangat penderita diabetes. Keluarga harus bisa mendukung pola hidup sehat, seperti mengingatkan untuk minum obat dan mengajak pasien makan sehat.
Kasus meningkat
Angka prevalensi diabetes di Indonesia kini 10,9 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi dunia pada 2019, yakni 9,3 persen. Adapun prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Riset Kesehatan Dasar oleh Kemenkes, prevalensi diabetes pada 2013 dan 2018 adalah 6,9 persen dan 8,5 persen.
Sidartawan mengatakan, angka prevalensi diabetes meningkat, antara lain, karena sebagian orang masa kini punya gaya hidup tidak sehat, seperti merokok dan makan makanan manis berlebih. Jika gaya hidup tidak dikontrol, IDF memprediksi ada 630 juta-700 juta orang di dunia yang akan menderita diabetes pada 2045.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016 menyatakan bahwa 90-95 persen kasus merupakan diabetes tipe II. Diabetes tipe ini sangat mungkin dicegah karena bersumber dari gaya hidup tidak sehat.
”Pola hidup sehat itu mencakup mengatur makanan, berolahraga, dan menghindari rokok. Ini tidak hanya untuk mencegah diabetes, tetapi juga penyakit-penyakit lain,” kata Sidartawan.
Diabetes tipe II, menurut Sidartawan, juga dipengaruhi oleh faktor genetika. Orang-orang yang keturunan penderita diabetes diminta paham akan risiko penyakit yang diemban. Mereka diminta menghitung faktor risiko diabetes, kemudian memeriksakan diri jika faktor risiko cukup tinggi.
”Selain keturunan, faktor risiko diabetes adalah pernah melahirkan bayi dengan berat di atas empat kilogram. Dengan tahu faktor risiko, kita bisa mendeteksi penyakit lebih awal. Jika terlalu lama, dikhawatirkan pasien menderita komplikasi. Umumnya penyakit diabetes disertai dengan penurunan fungsi ginjal dan penyakit kardiovaskular,” kata Sidartawan.
Tingkatkan kesadaran
Menurut Sidartawan, sekitar setengah dari para penderita diabetes tidak sadar telah menderita penyakit tersebut. Kesadaran publik akan potensi diabetes perlu terus ditingkatkan. Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada 14 November menjadi momentum tepat.
”Banyak yang tidak sadar. Semakin lama menyadari dirinya kena diabetes, maka akan semakin besar peluang dia berobat dengan komplikasi,” ucap Sidartawan. Adapun gejala diabetes mencakup makan dan minum banyak, serta sering buang air kecil.
Director of Special Needs and Healthy Lifestyle Nutrition Kalbe Nutritionals Tunghadi Indra mengatakan, Kalbe berkomitmen mengedukasi publik tentang diabetes. Pada Hari Diabetes Sedunia, pihaknya berencana membuat 13 seri edukasi mini yang disiarkan secara daring di media sosial. ”Kami berharap dengan ini publik bisa mencegah diabetes,” katanya.