Atasi Keterbatasan Pemeriksaan Spesimen dengan Tes Antigen
Gerakan solidaritas sejuta tes antigen yang didukung sejumlah tokoh masyarakat dicanangkan untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan Covid-19. Selain biaya lebih terjangkau, proses pemeriksaan antigen lebih cepat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pemeriksaan spesimen di Indonesia belum optimal. Ini terjadi karena kapasitas pemeriksaan spesimen dengan metode reaksi rantai polimerase atau PCR masih terbatas di sejumlah daerah. Padahal, upaya pemeriksaan diperlukan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Terobosan inovasi pun diperlukan untuk mengatasi persoalan itu. Salah satunya dengan memanfaatkan pemeriksaan tes usap cepat berbasis antigen. Selain biayanya lebih terjangkau, hasil pemeriksaan dari tes ini lebih cepat.
”Tes antigen lebih spesifik dengan sensitivitas mencapai 70-90 persen. Tes antigen langsung mendeteksi protein dari bagian virus. Ini berbeda dengan tes antibodi yang bisa saja belum terbentuk meskipun sudah terinfeksi,” ujar Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bio Informatika (PRBMB) Universitas Padjadjaran Muhammad Yusuf dalam peluncuran Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia, di Jakarta, Rabu (28/10/2020).
Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia merupakan gerakan yang diprakarsai sejumlah tokoh dari berbagai latar profesi, seperti Ahmad Mustofa Bisri, Ananda Sukarlan, Anita A Wahid, Atika Makarim, Arief T Surowidjojo, Boediono, Emil Salim, Pandu Riono, dan Toeti Heraty Roosseno. Melalui gerakan ini, diharapkan dapat mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan Covid-19 di Indonesia.
Muhammad mengatakan, sekalipun tidak lebih efektif dari tes PCR, pemeriksaan dengan tes antigen bisa menjadi menjadi dasar penentuan tatalaksana pasien selanjutnya. Risiko hasil negatif palsu atau false negative lebih kecil dibandingkan dengan tes antibodi. Selain itu, alat tes berbasis antigen ini telah diproduksi dalam negeri, seperti uji cepat yang dihasilkan Universitas Padjadjaran.
Secara teknis, tes antigen dilakukan dengan mengambil sampel spesimen dari pasien yang diambil dengan cara usap (swab) di bagian nasofaring. Setelah itu, spesimen yang sudah diambil dimasukkan ke dalam tabung yang berisi buffer sampel. Setelah beberapa menit, sampel tersebut diletakkan ke permukaan tes strip. Hasil tes pun bisa didapatkan setelah 20 menit sejak pengambilan spesimen dilakukan.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui penggunaan tes antigen untuk Covid-19. Salah satu produk tes antigen yang telah disetujui WHO adalah produk yang dihasilkan dari perusahaan Korea Selatan, SD BioSensor.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, berpendapat, pemanfaatan tes antigen secara masif bisa menjadi solusi mengatasi keterbatasan pemeriksaan di masyarakat. Kapasitas tes dengan metode PCR yang terbatas menyebabkan adanya jeda dalam proses pemeriksaan spesimen, baik sejak infeksi terjadi maupun jeda pada proses pelaporan.
”Semakin lama jeda tes dan jeda pelacakan kasus, efektivitas tes juga proses pelacakan untuk mengendalikan pandemi semakin rendah. Ini belum lagi dengan jumlah tes yang masih terbatas dan bervariasi setiap harinya,” katanya.
Ia menuturkan, jumlah tes pemeriksaan di Indonesia baru sekitar 703 tes per 1 juta penduduk atau baru 70,3 persen dari target WHO yang menetapkan 1.000 tes per 1 juta penduduk. Jumlah pemeriksaan ini pun belum merata di seluruh wilayah di Indonesia.
Dari Laporan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada 28 Oktober 2020, jumlah orang yang diperiksa dalam sehari bertambah 27.344 orang. Jumlah ini masih di bawah target Presiden Joko Widodo sebanyak 30.000 pemeriksaan dalam sehari.
Dari jumlah yang diperiksa tersebut, ditemukan 4.029 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan penambahan ini, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 400.483 orang dengan kasus sembuh 325.793 orang dan kasus kematian 13.612 orang.
Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo berharap, masyarakat dari berbagai sektor bisa bergerak bersama untuk mendukung upaya pengendalian Covid-19 di Indonesia. Gerakan 1 juta antigen yang diprakarsai oleh sejumlah tokoh masyarakat pun dapat menjadi salah satu contoh komitmen bersama untuk perluasan pemeriksaan Covid-19.